•Part 51|| Memulihkan Hati

33.5K 1.8K 36
                                    

Udara sejuk khas pedesaan, ditambah suasana damai jauh dari kata keramain. Membuat siapapun bisa mendapat kenyamanan dari suasana alam yang masih asri. Pemandangan gunung yang berjajar dan hamparan sawah dengan padi yang menguning bagai permadani terbang. Sungguh menyejukkan mata bagi siapapun yang melihatnya.

Termasuk Fara.

Hal tersebut menjadi pemandangan yang setia menemaninya selama beberapa waktu ini, dan mungkin beberapa waktu kedepannya juga. Karena ia masih butuh tempat dan waktu untuk kembali memulihkan hatinya yang sedang terluka.

Memilih pergi dengan mengasingkan diri ke tempat yang jauh dari keramaian kota, Fara sengaja memilih sebuah desa sebagai tempat pelariannya. Desa yang cukup terpencil di kota kelahirannya dan memiliki jarak yang cukup jauh dari kediaman rumah orang tuanya. Jelas Fara memiliki tempat tujuan disini, sebuah rumah yang menjadi tempat tinggalnya saat ini dan merupakan hasil dari jerih payahnya sendiri.

Rumah sederhana khas pedesaan yang berbahan dasar kayu dan bambu berwarna coklat tua, layaknya seperti rumah-rumah khas di desa tersebut. Resmi menjadi milik Fara seutuhnya, sejak dua tahun lalu. Dengan cara ia cicil dari pemiliknya, sejak masih duduk dibangku kuliah dulu. Tidak banyak yang tau soal rumah miliknya ini, melainkan kedua orangtuanya dan Maya. Bahkan dalam beberapa kali kesempatan mereka sempat mengunjunginya.

Dengan menyisihkan sedikit demi sedikit uang hasil penjualan buku dan tabungan yang Fara miliki, akhirnya ia berhasil juga memiliki rumah yang sudah ia incar saat pertama kali datang ke desa tersebut untuk melakukan riset tugas kuliah.

Ini untuk pertama kalinya Fara datang lagi kesini setelah statusnya berubah menjadi seorang istri. Karena sebelumnya, Fara secara rutin mengunjunginya minimal seminggu sekali untuk sekedar menghilangkan penat.

"Neng Fara."
Lamunan Fara terenggut, saat seorang wanita paruh baya datang menghampirinya dengan membawa satu keranjang sayuran penuh.

"Bi Isah." Sahut Fara kepada wanita yang menjadi pengurus rumahnya selama ini.

"Bentar lagi magrib neng, gak baik atuh kalau masih duduk diluar."

"Oh iya bi, Fara juga mau masuk ko ini."

Wanita yang akrab di sapa Bi Isah itu menghampiri Fara dan menatapnya dalam. Sebagai seseorang yang dekat dengan Fara, jelas ia bisa merasakan apa yang sedang Fara rasakan saat ini. Mengingat saat pertama kedatangannya kesini, Fara sedikit menjelaskan soal permasalahan yang sedang dihadapinya walau tidak secara gamblang. Yang jelas, saat ini Fara sedang berada di fase membutuhkan dukungan serta kekuatan.

"Kurang-kurangin ngelamunnya ya neng! Mending kita banyak berdoa sama Gusti Allah biar masalahnya teh cepet selesai dan dipermudah dalam segala urusannya." Pesannya, mengingat akhir-akhir ini Fara banyak melamun dan lebih senang menghabiskan waktu sendirian.

"Inget neng! Apapun masalahnya, kita harus tetap bersyukur. Karena dengan cara itu Gusti Allah nunjukin kasih sayangnya sama kita. Yang jelas, Gusti Allah teh gak akan ngasih cobaan lebih dari kemampuan hambanya. Serahkan semuanya sama Gusti Allah ya neng!" Bi Isah kembali memberi nasihat untuk Fara. Agar Fara tidak lagi terpuruk dan lebih bisa menerima keadaan.

Sejenak Fara membalas tatapan dalam wanita yang sudah ia anggap seperti ibunya itu. Untuk kesekian kalinya, Bi Isah memberikan nasihat dan pesan yang semakin menguatkan hatinya.
"Iya bi, terima kasih banyak yah."

Fara bersyukur, keberadaan Bi Isah membuatnya jauh dari rasa sendiri. Hubungan mereka yang terjalin cukup lama, membuat Fara tidak segan untuk banyak cerita padanya. Mengingat, Bi Isah memiliki sikap yang baik dan sudah ia anggap sebagai ibu sendiri.

"Ya sudah bibi masuk duluan yah. Inget, jangan ngelamun-ngelamun lagi!"

"Iya Bi, bentar Fara nyusul."
Sahut Fara sebelum Bi Isah meninggalkannya.

Perfect With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang