•Part 45|| Rasa Yang Terbalaskan

30.2K 1.9K 39
                                    


Sunyi sepi langsung menyambut kepulangan Alvin, tidak ada yang menyambutnya dengan senyuman manis apalagi makan hangat yang siap untuk di santap. Hanya ada keheningan yang menyelimuti dan kerinduan yang mendalam malam ini. Ehh.

Terbiasa adanya Fara yang selalu menyambut dan menemaninya dirumah, Alvin merasa kehilangan saat Fara memilih untuk tinggal sementara dirumah Bundanya.

Dua hari setelah dirawat dirumah sakit, Fara bersikukuh untuk pulang kerumah Hana. Sekeras apapun ia memaksa, Fara tetap pada keinginannya. Begitupun Hana, yang seakan mendukung keinginan Fara.

Terhitung sudah tiga hari Fara dirumah orang tuanya. Bukannya Alvin tidak ingin menemani Fara disana, tapi istrinya itulah yang menolak untuk ia temani. Bahkan Fara selalu menghindar saat ditemui dirinya.

Perubahan sikap Fara akhir-akhir ini, membuat Alvin kelimpungan sendiri. Mulai dari sikap acuh dan mengebaikannya, tidak ingin bicara sampai enggan untuk bertatap muka. Alvin tidak membantah jika dirinya lah dalang dibalik sikap Fara yang berubah. Mengingat, malam terakhir mereka bersama yang diisi dengan perdebatan dan membuat Fara marah besar padanya.

Alvin mengusap wajahnya gusar, pikirannya berkecamuk seiring permasalahan yang terus berdatangan. Permasalahan dengan Fara saja belum usai, ditambah dengan Dira yang juga marah padanya.

Namun untuk saat ini, menyelesaikan masalah bersama Fara adalah yang paling utama. Biarlah urusan Dira belakangan, karena Alvin paham betul bagaimana sikap Dira yang tidak bisa marah padanya lama-lama. Yang jelas tujuannya hanya satu saat ini, yaitu Fara. Bagaimana pun, ia harus bisa berbaikan dengan Fara dan membawa wanita itu kembali kerumah.

Dengan tekad kuat, Alvin yakin akan bisa.

..........

"Gimana kondisi kamu?"

"Mulai membaik." Jawab Fara acuh. Kekesalannya bertambah, saat Alvin mengganggu tidurnya yang begitu nyenyak.

Alvin tersenyum simpul menutupi kecewa, karena mendapati Fara yang masih saja mengacuhkannya.
"Syukur kalau gitu, kamu udah makan? Udah diminum juga obatnya? Tanyanya beruntun.

"Udah." Jawab Fara sesimpel mungkin. Ia malas menanggapi pertanyaan Alvin yang so perhatian itu.

"Bagus kalau gitu, padahal tadinya aku mau ngajak makan diluar."

"Mana ada restauran buka dinihari gini?" Tanya Fara kesal. Waktu sudah menunjukan angka satu malam, tapi suaminya itu malah menganggu dengan alasan rindu. Basi, omel Fara dalam hati.

"Ehh iya ya, tapi aku laper. Belum sempat makan malam." Alvin terus berusaha mencari topik pembicaraan dan kesempatan agar bisa bersama Fara.

"Ya terus?"

"Masakin aku boleh? Aku kangen masakan kamu." Pintanya dengan wajah penuh permohonan.

Fara berdecak kesal. "Tadi bilangnya kangen aku, sekarang masakan aku. Mana yang bener?"

"Dua-duanya." Jawab Alvin cepat. Untuk kali ini, ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri dan Fara harus tau apa yang ia rasakan saat ini.

Pipi Fara sempat memanas dan hatinya berbunga, sebelum ia mengingat bahwa sedang marah besar kepada Alvin. "Aku ngantuk, lain kali aja."
Ucapnya, setelah beringsut untuk kembali masuk ke dalam selimut.

"Tapi aku laper Ra."

"Di dapur masih ada makanan sisa tadi, makan aja yang ada."

"Tapi aku mau masakan kamu." Alvin kembali memohon. Cacing diperutnya sudan demo sejak tadi, dan lidahnya hanya menginginkan makanan yang Fara masak.

Perfect With You [END]Where stories live. Discover now