24. No. I'm not.

2.6K 377 57
                                    

"Lo gila?!"

Nadir manaikan satu alisnya. "Dih! Lo yang gila! Dateng-dateng bilang gue gila. Gak jelas."

Darriel mencekal tangan Nadir, menahan gadis itu untuk tidak turun tangga.

"Apa?" sentak Nadir karena kesal.

"Lo jangan lapor ke guru soal kemaren!" ucap Darriel penuh penekanan.

Nadir tersenyum sinis menanggapi cowok ganteng dihadapannya itu. "Oh, lo nyegat gue karena takut gue ngadu?" Nadir tertawa sarkas, "Yaudah lepasin deh!"

Darriel malah mencengkram erat pergelangan tangan Nadir. "Engga, sebelum lo janji gak bakal lapor siapapun!"

Nadir menghempaskan tangan Darriel. "Ha! Kemaren gue emang niat banget minta bantuan buat nolongin Anggun. Tapi harusnya lo bersyukur, karena orang itu gak respon telpon gue."

Nadir menunjuk pelipisnya. "Mikir, Dar. Gimana kalo kemaren orang itu dateng dan liat lo semua baku hantam. Gue yakin, pala lo sama temen-temen lo pasti jadi botak sekarang!"

"Wah ini bukannya masuk kelas, malah pacaran di tangga." Lembut namun menyindir, suara itu membuat Nadir dan Darriel menoleh.

Darriel melepaskan tangan Nadir, "Ini mau masuk kok, Bu," balasnya kemudian pamit untuk kembali ke kelas.

Sebelum pergi, Darriel melepaskan tatapan mautnya untuk Nadir. Seakan berkata 'urusan kita belum selesai'.

Nadir menghela napas. Satu buaya pergi, eh satu singa malah datang. Padahal Nadir hanya ingin ke toilet, tapi malah bertemu orang-orang menyebalkan itu.

Bu Siska melangkahi anak tangga hingga berdiri sejajar dengan Nadir. Sambil melemparkan senyum, Bu Siska menatap Nadir lekat. Seakan memindai gadis itu dari ujung rambut sampai sepatunya. Lalu tersenyum lagi, dan kembali melangkah menaiki tangga.

Nadir bergidik ngeri. Senyumnya cantik, tapi menyiratkan banyak hal. Jelas Nadir jadi sedikit was-was. Ia jadi ingat kembali chat semalam yang tidak ia balas, dan Nadir semakin yakin jika itu adalah Bu Siska.

===

"Abis tawuran dimana, Dar?"

Seisi kelas jadi hening karena suara itu.

"Ngga tawuran, Pak. Kemaren ketonjok adek saya yang ngajak perang-perangan," jelas Darriel sambil mengusap rahangnya yang terlihat sedikit memar. Tentu saja karena tawuran kemarin.

Radi menunjuk satu murid lagi yang menutupi wajah dengan buku paket, sebelumnya Radi juga melihat ada memar di pelipis muridnya itu. "Yudha! Abis maen perang-perangan juga sama adeknya?"

Yang disebut malah nyengir, "ngga pak. Ini disambat si mamah gara-gara gak mau beliin telor."

Radi mengangguk, "Kalian berdua, kurang babak belur!" katanya tajam lalu mengakhiri pembelajaran.

Radi sudah memperhatikan mereka sejak masuk ke kelas. Ia hapal bagaimana bentuk memar karena pukulan yang disengaja.

Radi yakin apa yang menyebabkan memar di wajah Darriel dan Yudha. Besar kemungkinan itu karena aksi tawuran. Hanya saja, ia tidak punya bukti yang lebih kuat selain insting dan pengalaman.

===

"Ribet amat sih! Segala jadi vampir. Sekalian aja jadi zombi!" Anggun melempar jubah hitam.

Sir-ius? [Completed]Where stories live. Discover now