31. Pukulan Telak

2.8K 411 55
                                    

Cuitan diatas tidak berlaku untuk Radi di part ini😩

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Cuitan diatas tidak berlaku untuk Radi di part ini😩

Tetap tpwk, gais🤗

===

Kain dengan motif polkadot itu terhempas ke lantai. Membuat Nadir misuh-misuh karena kehilangan kehangatannya.

"Bangun, woy!"

Nadir membuka sedikit, melirik pelaku yang menganggu tidurnya. "Ish! Alarm gue belum bunyi, kali!" balasnya sambil menenggelamkan wajah di bantal.

"Belum bunyi, matamu!"

Nadir melirik jam wekernya yang ada dinakas, mengingat sesuatu, lalu beringsut duduk. "Hehe iya lupa, udah mati jamnya," katanya tak tau diri.

Deo mendengus. Mengambil guling yang tergeletak di lantai, melemparnya pada muka bantal Nadir. Lalu keluar begitu saja dari kamar adiknya.

Kan, kan! Begitu punya abang cowok. Nyebelinnya kurang asem emang!

===

Rasanya, bertengkar dengan sosok Ibu lebih sering daripada dengan Ayah.

Itu yang Nadir alami. Gadis bungsu itu lebih sering diem-dieman dengan Santi, Ibunya.

Masalah remeh temeh dari A-Z rasanya selalu ada yang diributin. Apalagi untuk perdebatan semalam yang sudah termasuk kategori big. Jelas diem-dieman antara Ibu dan anak itu juga makin hebat.

Nadir meneguk air mineral dari gelas yang sudah disiapkan Ibunya. Ya, walaupun sedang diem-dieman, tapi Santi tetap memenuhi kebutuhan anaknya.

Suara berisik Deo, membuat Nadir menoleh. Pantas saja abangnya itu bisa leha-leha, rupanya dia sedang bebas tugas karena kedatangan satu pria yang sedang sibuk dengan smartphone-nya. Tubagus.

Dulu, Nadir senang kalo diantar oleh Bang Tebe. Secara, Tubagus lebih keren kemana-mana dibanding Deo. Tapi setelah mengetahui masalah Bang Tebe dan Kak Lyra, Nadir malah jadi tidak sesemangat dulu.

Ia malah lebih nyaman diantar Deo, tapi juga tidak mungkin menolak ajakan Tubagus.

Setelah menyalimi tangan kedua orang tuanya, serta saling melet-melatan sama Deo, Nadir akhirnya diantar Tubagus ke sekolah.

"Nanti chat Abang kalo pulang, Abang jemput lagi." Tubagus berteriak di balik helm-nya.

Nadir balas berteriak, "gak usah, Bang! Pulang sendiri aja."

Tubagus hanya melirik Nadir dari spion, kemudian kembali fokus ke jalanan.

Tidak ada lagi percakapan sampai akhirnya tiba di sekolah.

"Hati-hati." Nadir melambaikan tangan, lalu masuk ke area sekolah.

Sementara itu, di dalam mobil, Siska yang menyaksikan gerak-gerik Nadir tampak terlihat kesal. "Dianterin siapa itu anak? Punya apa sih, sampe hidupnya bisa dikelilingi cowok-cowok good looking gitu?"

Sir-ius? [Completed]Where stories live. Discover now