38. Semangat

3.8K 378 56
                                    

I just wanna tell the world that you're mine, girl

Kegiatan rutin yang dilakukan Radi setiap pagi di sekolah adalah menyeduh apapun yang akan mengisi perutnya. Pria dengan seragam batik itu sedang menyeduh kopi, ketika tiba-tiba sebuah tepukan mendarat di pundaknya. 

"Em, hai!"

Radi menaikan kedua alisnya, tanda menyapa balik.

Siska, perempuan dengan setelan pakaian navy itu menghela napas. Menatap Radi yang seperti biasa, selalu menarik di matanya. "Sorry."

"Okay!" balas Radi seketika. Ia sudah mengira apa yang akan dikatakan Siska. 

Mata Siska membulat mendengar respon secepat itu. "Okay?" ia memastikan tidak salah dengar. 

Radi tersenyum tipis. Sejak saat Siska mempermalukannya di depan keluarga Nadir, yang bisa Radi lakukan ketika bertemu perempuan itu adalah senyum tipis. Senyum formalitas. Dengan secangkir kopi di tangannya, Radi melangkah keluar dari pantry

"Ini hari terakhir saya disini."

"And then?" balas Radi. Padahal Siska berada di sekolah itu berapa lama pun, Radi tak peduli. 

Kepalan tangan Siska terlihat menguat. Sikap biasa saja Radi malah membuatnya semakin sakit. "Saya mau minta maaf aja sebelum pergi, karena kita gak tau kedepannya akan ketemu lagi atau ngga."

Radi menoleh, ia jadi ingat perkataan seseorang beberapa minggu yang lalu. "Saya maafkan, walau ternyata paku yang dicabut dari tembok tetap menyisakan bolong kan?" 

"Ha?" Siska tidak mengerti. 

Radi menganggat bahu. "Kalo saya gak bisa sama kamu. Saya juga gak bisa sama Nadir. Itu kan tujuan kamu mempermalukan saya di depan keluarga Nadir?"

Mata Siska terpejam. Jika kasus itu tidak terbongkar, ia tidak akan pergi keluar negeri. "Besok saya ada di Malaysia. Mungkin saya akan menetap kesana, di keluarga Ibu. Sebagai ucapan perpisahan, dan bukti permintaan maaf, saya mau ajak kamu dinner untuk terakhir kalinya kita ketemu."

Masih dengan senyum formalitasnya, Radi menggeleng. "Saya gak bisa," balasnya mantap. "Saya bilang selamat tinggal sekarang aja, ya? Bye." Dengan senyum itu, Radi berbalik arah. Kembali melangkah, meninggalkan Siska yang menahan kesal karena diperlakukan seperti itu. 

===

Kabar akan berhentinya Bu Siska menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Sebagian mengeluhkan karena tidak bisa melihat guru cantik itu lagi. Sebagian lagi biasa saja, karena kepergian Siska tidak mempengaruhi apapun. 

"Gue curiga. Ada sesuatu." Yuda berbisik. "Pasti dia kawin lagi sama juragan dari negri sebrang."

Anggun hampir saja menyemburkan air yang sedang ia minum. Dengan sedikit terbatuk, tangan gadis itu menoyor kepala Yuda.

Yuda mengaduh. "Sakit, yang!"

Di samping Anggun, Nadir berdecih melihat kelakuan dua orang itu.

"Sayang banget, gue gak bisa lagi liat dia di kelas." Suara lain menyaut, membuat Nadir mendelik.

Yuda mengangguk. "Bener, bro. Hilang satu pemandangan indah di sekolah ini."

"Jijik!" gumam Nadir saat melihat raut wajah Darriel dan Yuda yang di sedih-sedihkan. "Lo berdua kalo ikut casting, gak bakal lolos. Menjijikan."

Hubungan Anggun dan Yuda, membuat Darriel -sahabat Yuda- ikut dalam circle itu. Karena dimana ada Anggun, maka ada Nadir. Begitupun jika ada Yuda, maka ada Darriel. Keempatnya jadi sering berkumpul, walau suasananya lebih pantas disebut rusuh. 

Sir-ius? [Completed]Where stories live. Discover now