13. Suara kesal Nadir

3.3K 440 15
                                    

Happy reading :)

===

Satu dari sekian hal yang menyenangkan adalah;
menyebalkan di mata orang yang disukai.

-Sir-ius?-

🌏🌏🌏

Setelah melewati weekend dengan marathon drakor, kini Nadir kembali memandang gedung sekolahnya dengan malas.

Seperti biasa, Deo hanya mengantarnya sampai depan minimarket. Hal yang selalu membuat Nadir misuh-misuh karena berbeda dengan siswa lain yang diantar sampai depan gerbang sekolah.

"Aturan tuh dianter sampe depan gerbang. Ya kali gue selalu diturunin disini," semprot Nadir sambil melirik minimarket yang buka 24 jam itu.

"Lo nyuruh gue sekolah di alfa, hah?"

Deo mendengus dibalik helm full facenya. "Bacot!" katanya lalu menarik gas.

Nadir berjalan beberapa meter menuju gerbang dengan menekuk wajah.

"Pagi-pagi dah asem, Neng!"

Nadir menoleh ke belakang, lalu mendengus. "Lo tiap hari bucin."

Yudha malah cengengesan. Di pundak cowok itu tergantung ransel navy. Nadir jelas tahu itu milik Anggun.

"Kesiangan lagi tu orang?"

Yudha mengangguk. "Gue bawain tas nya, biar kalo dah upacara, doi bisa alesan dari kamar mandi."

Nadir berdecak. "Sesat lo, ya!"

"Hello! My bro!"

Nadir yang paginya sudah bertanduk, ditambah lagi dengan apa yang sekarang ada di depan pos jaga.

Seperti biasa, Pak Ujang dengan suara baritonnya menyapa salah seorang guru.

Pak Radi menepikan motornya di dekat pos jaga. Terlihat memberikan bingkisan makanan pada Pak Ujang.

"Buat cemilan, Pak."

Nadir bisa mendengar itu, karena beberapa langkah lagi ia akan melewati pos jaga.

"Widih. Thank you, bos. Buatan Pak Radi, nih?"

Radi tertawa. "Mana bisa saya, Pak."

"Sering ngasih ini, saya kira bikinan sendiri," ucap Pak Ujang lalu tersenyum jail, "Atau buatan calon istri ya, Pak?"

Entah sengaja atau refleks, Nadir memelankan langkah kakinya sampai Yudha yang tadinya berjalan di sebelah gadis itu jadi berada beberapa langkah di depan Nadir.

"Itu dibuatin Bu Siska, saya bagi-bagi lagi biar bermanfaat."

Oh gitu. Dibuatin Bu Siska. Calon istri yang kompeten.

Seperti mendapat energi, langkah Nadir berubah jadi tempo cepat. Melewati Yudha. Melewati siswa lain. Melewati pos jaga, tempat Pak Radi dan Pak Ujang yang masih mengobrol.

"Lah, kenapa tu anak?" gumam Yudha, menatap aneh punggung Nadir yang semakin tak terlihat.

===

Karena dipaksa ketua osis yang galaknya minta ampun, Nadir yang punya badan mungil ditarik untuk berada di barisan paling depan.

Jika ada Anggun, ketua osis itu tidak akan berani memaksa Nadir ke barisan depan. Ya, masih ada yang lebih galak daripada orang galak.

Sir-ius? [Completed]Onde histórias criam vida. Descubra agora