05 - Tentang Calvin

999 221 19
                                    

Jadi, ada yang sebenarnya terjadi pada Calvin? Mari kita ulas balik pada sore hari sebelum Calvin tiba di markas →→→

_____

Calvin baru saja menyelesaikan kuliahnya sore itu. Sebenernya udah ngga kuliah sih. Tadi cuma nyerahin revisian ke dosen pembimbing karena terakhir dia setor banyak yang dicoret sana sini.

Kehidupan kuliah Calvin semester ini sangat bikin pusing. Bukan cuma Calvin sih, semua mahasiswa semester akhir kaya Calvin pasti lagi pusing-pusingnya sekarang ini. Kalau begini, Calvin jadi merasa bersalah dulu udah ceng-cengin Kirino yang suka marah-marah kalo ada yang ganggu dia pas lagi nugas.

Ternyata emang sepusing ini. Pantes Kirino ngomel mulu.

Cowok itu sekarang lagi ngopi di warung kopi deket kampus, bareng Willy sama Yosef, sama-sama anak fakultas hukum teman seperjuangan Calvin. Rencananya sih abis revisian langsung pulang ke markas, eh malah diseret sama dua sohib nya itu buat ngopi. Yaudah Calvin iya-iya aja. Sekali-kali lah ngopi, pikir Calvin. Karena secara tidak sadar skripsi udah bikin Calvin jarang ngopi di warkop kaya gini, saking ribetnya.

"Revisian lagi lo? " tanya Willy sambil membuang puntung rokoknya, Calvin yang ditanya mengangguk. "Iyalah, gue ke kampus mau ngapain lagi kalo ngga nyerahin revisian. " sahutnya sambil menyeruput kopi.

"Ya santai dong lur, nggak cuma lu doang ini yang revisian. " kata Yosef. Cowok berambut pirang itu terlihat bersungut-sungut sambil menyomot pisang goreng.

"Pusing banget gue, salah mulu kaga ada benernya. " keluh Calvin.

"Iya kan? Rasanya tiap huruf yang gue ketik kena coret semua bangsat. " sahut Willy, ngegas pemirsa.

Pada akhirnya pertemuan sore itu menjadi ajang buat sambat, tapi ya gapapa lah. Sambat juga bikin beban jadi lebih ringan kan?

Di sela-sela ngobrol, perhatian mereka dialihkan pada bunyi getar dari HP Calvin. Cowok itu segera melihat siapa yang nelponnya sore itu, kemudian dahinya mengernyit heran.

"Siape tuh? " tanya Yosef sedikit melongokkan kepalanya berusaha mengintip. Namun Calvin segera berdiri.

"Gue cabut dulu ya, bokap gue telfon." ucap Calvin, kemudian cowok itu pergi begitu saja meninggalkan dua temannya itu di warkop.

"Bangsat juga tuh anak belom bayar main pergi aja. " ujar Yosef, menyadari semuanya setelah Calvin pergi.

"Gapapa kali cep, si Calvin sering traktir juga kalo dipikir. Itung-itung balas budi gitu. " sahut Willy sambil menandaskan kopinya.

"Terus siapa nih yang bayarin? " tanya Yosef, cowok yang lebih sering disapa Ocep itu terdengar ngegas sekarang. Willy, yang ditanya hanya nyengir.

"Lu aja ya Cep, hehe. "

"Buangsat. "

※※※

Setelah memakirkan mobil, Calvin segera memasuki rumahnya. Baru saja membuka pintu dia sudah disambut oleh bibi yang memang kerja di rumah orang tua Calvin.

"Eh mas Calvin pulang, udah liburan ya? " tanya si bibi itu sambil tersenyum ramah.

"Belum nih, bi. Cuma mampir bentar mau ketemu Papa. Oh iya, Papa di rumah kan? " Calvin bertanya kembali.

"Iya si Bapak ada di ruang kerja, Mas Calvin langsung kesana aja. "

Menuruti perkataan bibi, Calvin segera melangkahkan kaki menuju ruangan yang bernuansa apik dengan ukiran-ukiran kayu itu.

STEP OUT ✔Where stories live. Discover now