08 - Benang yang Kusut

2.1K 460 53
                                    

Tw! Mention of Mental Illness

"Bang Ajiiiiiii. "

Aji yang baru saja menghabiskan makan siangnya terkejut mendengar suara cempreng Jusuf. Oh, tidak hanya Jusuf. Dibelakang Jusuf ada Felix, Mahesa, Calvin, Kirino dan Bayu yang memasuki kamar tempat Aji dirawat. Bang Eja juga ada disana karena menemani Aji yang baru saja ngabisin makanan.

"Eh kalian, temenin Aji ya. Abang keluar dulu. " kata Eja.

"Oke bang. " jawab Bayu sambil menepuk pundak bang Eja.

Setelah kepergian bang Eja, mereka mengerubungi Aji. Aji cuma senyam-senyum doang, seneng rasanya bertemu mereka lagi. Meskipun Haris tidak ikut mereka.

"Gimana Ji? Udah baikan? " tanya Mahesa yang duduk di kursi disamping ranjang yang ditempati Aji.

"Udah dong, anak pinter sembuhnya cepet. " jawab Aji sambil menaik turunkan alisnya. Mau sakit apa sehat, Aji tetaplah Aji yang ngeselin seperti biasa.

"Nih gue bawain buah, tadinya mau gue bawain cewe, tapi ngga nemu jadi ya ini aja. " kata Calvin sambil memberikan parsel buah yang diterima dengan senang hati sama Aji. Walaupun kata cewe yang diucap Calvin membuat Aji ingin menggampar abangnya yang satu itu.

"Makasih bang Cal. " ucapnya.

"Yoi. "

"Dimakan Ji. " kata Kirino. Namun Aji hanya menjawabnya dengan anggukan tanpa menatap Kirino.

"Bang Aji tau ngga? Kemarin kak Felix malah beliin Jusuf baby oil, padahal yang ditumpahin kan baby cologne." ucap Jusuf dengan wajah cemberut sebal. Aji tertawa dibuatnya.

"Lixiano kenapa sih? Hidup di Aussie hampir 7 tahun lo ngapain ajaa gabisa bedain baby oil sama baby cologne. " kata Calvin yang tidak bisa untuk tidak tertawa mendengar cerita Jusuf.
"Ya maaf bang. Abisnya baby oil sama baby cologne bentuknya mirip" kata Felix. Seketika semua orang yang berada di dalam ruangan tertawa.

"By the way Ji, lo sakit apa?" tanya Bayu. Seketika Aji terdiam. Aji mulai memperhatikan teman-temannya satu per satu. Sebenarnya, Aji panik. Panik dan takut, jika teman-temannya mengetahui rahasia dirinya.

"Ehem, lo pada laper ga? Gua beliin makanan ya" kata Kirino sambil beranjak meninggalkan ruang rawat Aji.

Setelah kepergian Kirino, Aji semakin gugup, karena ditatap intens oleh lima orang lainnya. "Ehm.. Gue bakal jujur.. TAPI! Please jangan ada yang ninggalin gua setelah gua cerita" kata Aji.

"Enggaklah. Kita bocah amat ninggalin lu" kata Calvin. "Ehm.. Ada yang pernah denger gangguan kesehatan mental dengan nama PTSD?" tanya Aji.

Semua yang berada di ruangan itu menggeleng. Bahkan termasuk Esa dan Bayu yang pinternya kelewatan itu. Aji menghela nafasnya. Mempersiapkan dirinya untuk bercerita.

"PTSD atau Post-Traumatic Stress Disorder, adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang termasuk di dalam cluster Anxiety Disorder atau gangguan kecemasan.

Ya dari namanya aja ketauan. Setelah kejadian traumatis yang bener-bener changes your life, bisa terindikasi gangguan ini" kata Aji.

Aji memperhatikan raut wajah teman-temannya. Semuanya hanya menunjukkan wajah yang kebingungan. "Boleh abang bantu jelasin?"

Aji menengok ke pintu dan mendapatkan Eja yang sudah datang kembali. "Aji, minum obat dulu yuk. Besok Aji dah boleh pulang" kata Eja sambil memberikan beberapa butir obat.

Aji langsung meminum obat tersebut, dan tidak berapa lama, matanya terasa berat dan Aji menyamankan dirinya di kasur rumah sakit tersebut.

"Aji punya trauma. Kami kehilangan ibu kami secara tidak sengaja. Hari itu, ibu kami memiliki sebuah toko mainan yang lumayan sukses. Toko tersebut juga tidak jauh dari rumah kami.

Malam itu, hujan sedang melanda.Ketika ibu hendak menutup tokonya, ada sebuah mobil yang menabrak ibu kami, sehingga ibu kehilangan nyawanya.

Pengemudi itu langsung turun, dan memeriksa keadaan ibu. Namun, sayang, Aji melihat hal itu. Aji menganggap bahwa laki-laki itu yang membunuh ibunya.

Sejak hari itu, Aji mengalami trauma mendalam. Aji tidak bisa berada di tempat gelap. Jika ia berada di tempat gelap, ia akan mulai berhalusinasi bahwa ada orang yang menghampirinya untuk membunuhnya" jelas Eja panjang lebar.

"Lalu, kenapa Aji mendiamkan Ino? Maksudku, apakah Kirino ada hubungannya dengan ini?" tanya Bayu. Eja menghela nafasnya. "Iya. Pengemudi yang membuat ibu kami meninggal adalah ayah Kirino" kata Eja.

Semua yang berada di ruangan itu menahan nafasnya. "Jadi, maksud abang, ini alasan ka Ino tidak pernah mau mengenalkan ayahnya?" tanya Mahesa.

Eja mengangguk. "Sejak kejadian itu, ayah Kirino dipenjara. Seingatku, ayah Kirino dihukum 15 tahun, tetapi aku lupa" kata Eja. Semuanya terdiam. Menyambungkan setiap puzzle yang ada di pikiran mereka.

"Aku harap kalian tidak meninggalkan Kirino maupun Aji. Karena bagaimana pun, mereka berdua sama-sama kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka" kata Eja.

¤¤¤

Aji melihat langit sore dari kamarnya. Eja tersenyum kecil dan mendekati tempat tidur yang ditempati adiknya. "Menikmati langit sore?" tanya Eja.

Aji mengangguk kecil. Eja mengelus kepala adiknya. "Aji tau, Aji itu tetap adik kecilnya abang. Walaupun Aji udah gede, Aji tetep tanggung jawab abang.

Aji tau, abang sangat senang sekarang Aji uda dewasa. Aji lebih dewasa dari pemikiran Aji, dari sikapnya. Abang bangga banget sama Aji" kata Eja.

"Aji, udah keterlaluan ya sama ka Ino?" tanya Aji kepada Eja. Eja tersenyum. Benar, adiknya sudah dewasa.

"Aji harus tau, setiap manusia akan kehilangan sosok yang paling disayang. Aji kehilangan mama, pasti berat. Abang mengerti itu. Tapi aji harus liat, ada orang lain yang kehilangan juga kaya Aji" kata Eja.

Aji menunduk, menahan air matanya untuk jatuh. "Yang sudah terjadi, relakan. Tidak baik hidup dalam kesedihan. Life must go on. Kini, Aji dan Ino, harus temenan lagi.

Setiap hari, abang liat Ino selalu dateng kesini, tapi ga pernah berani masuk, karena takut diusir Aji" kata Eja.

"Jadi, Aji tau apa yang harus Aji lakuin?" tanya Eja. Aji mengangguk. "Heung.. Aji harus baikan sama ka Ino" kata Aji.

"Adik pintar.. Kakak bangga banget sama Aji. Tetap jadi adik yang membanggakan buat kakak ya" kata Eja tersenyum teduh.

















Hope you enjoy it!! Dan jangan lupa tinggalkan jejak hehe

STEP OUT ✔Where stories live. Discover now