3. Rencana Riki

22 10 0
                                    

"We'll Meet Again" 
---------------------------------------------------------
Deg

    Shiren terkejut sekaligus merinding mendengar bisikan tepat disamping telinganya. Berbalik badan Shiren mendapati cowok yang seperti tak asing di mata nya.

"Siapa anda? Jangan berani kurang ajar ya sama saya!" tangannya menggenggam garpu yang masih terdapat busa sabun dan mengarahkannya tepat didepan wajah cowok itu.

"Well, Sepertinya si nona pahlawan kesiangan di taman belakang fakultas tadi, melupakan wajah tampan paripurnaku. Perlu bantuanku untuk mengingatnya nona?"

Ingatan Shiren kembali melayang sewaktu ia berjalan lewat belakang gedung fakultas Sastra. Namun tak sengaja dirinya mendapati seorang adik tingkatnya yang sedang ditindas. Meneliti ke wajah cowok dihadapannya, ternyata memang benar, wajah cowok itu memang cowok yang menindas Rendi, adik tingkatnya.

Pantas dirinya merasa sedikit familiar dengan orang ini.

"Ada urusan apa Anda datang kesini?" tanya Shiren To the point

Riki melihat name tag yang terpasang di dada kiri atas gadis itu. Sederet nama terpampang di matanya.

"Shiren Fitriana" gumam Riki pelan, namun gumaman itu masih mampu terdengar di telinga Shiren. mengikuti arah tatapan cowok itu, refleks tangannya menyilang di depan dada.

Melihat gerakan waspada yang dilakukan gadis bernama Shiren itu, Riki terkekeh mengejek. "Maaf nona saya tidak nafsu dengan yang datar"

Menghembuskan nafas kasar Shiren menurunkan kedua tangannya, dan kembali bersikap normal.

"Lo masih ingat kan dengan apa yang gue bilang terakhir kali di taman belakang. Nama lo sudah tercatat di daftar hitam gue, dan lo nggak akan pernah lepas dari cengkeraman seorang Riki Dheolovan Zhakhraf. Ingat itu!"

Tatapan datar ia layangkan kearah cowok bernama Riki. Terlihat jelas lagak sombong di wajah yang sayangnya tampan itu. Tuhan memang adil, orang-orang Yang dikaruniai kelebihan paras, harta, kepintaran dan lain-lain. Pasti ada saja cela dibalik kesempurnaan yang Fana itu.

Seperti kain putih yang jika dilihat dari jauh  terlihat bersih tanpa noda. Tapi siapa yang tahu, bahwa ada setitik noda kecil dibalik serat kain yang tersembunyi. Sifat angkuh itu terlihat jelas di dalam diri seorang Riki. mungkin bisa jadi, sifat angkuh dan sombong itu tumbuh karena sudah sedari kecil dia hidup dilingkungan keluarga kaya, yang selalu dicekoki oleh barang-barang mewah.

"Saya tidak takut dengan ancaman maupun marga yang tersemat dibelakang nama anda"

"Cih, jangan sombong dulu lo. Lo belum tau seorang Riki Dheolovan Zhakhraf itu seperti apa" lengan bisepnya bersedekap angkuh dengan dagu sedikit dinaikkan.

Shiren tertawa datar ketika dirinya dibilang sombong oleh lelaki yang sombong?

"Hahaha anda bilang saya sombong? Mirror please! "

"Lebih baik anda pergi dari sini, kawasan ini sudah mulai tercemar oleh hawa kesombongan anda. Dan itu tidak baik untuk kelangsungan Cafe ini" sambung Shiren mengusir Riki dengan terang-terangan.

Ia berbalik menghadap wastafel dan kembali ke kegiatan mencuci piring yang tertunda. Riki masih melongo tak percaya dengan kalimat yang Shiren lontarkan.
Gadis ini benar-benar membuat Riki semakin kesal. Akhirnya Riki memutuskan pergi dari area dapur, sebelum benar-benar pergi Riki menoleh kearah Shiren lagi yang sedang sibuk membilas cuciannya.

tunggu aja pembalasan dari gue. Apa lo masih bisa bersikap angkuh setelah gue mulai permainannya gumam Riki, lalu benar-benar pergi dari sana.

Shiren's Journeyजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें