11. Kisah Yang Belum Usai

12 3 0
                                    

Pagi hari di dalam rumah, keempat gadis itu sudah sibuk mengerjakan kegiatan rutinan. Yaitu, memasak, mencuci, dan bersih-bersih seisi rumah.

Lola, gadis itu sedang menjemur baju di halaman rumah. Ada tetangga juga yang sedang melakukan hal yang sama dengannya.

"Duh, rajin banget nih mbak Lola" ujar ibu-ibu tetangga sebelah kanannya.

Lola hanya terkekeh kecil "harus dong Bu. Biar nanti kalau sudah bersuami, jadi gak kaget lagi sama pekerjaan rumah"

"Nah, betul itu. Apalagi kalau yang jadi suaminya, kayak mas yang di belakang mbak Lola" ucap Ibu itu tersenyum menggoda

Sontak Lola menolehkan kepalanya ke belakang. Betapa terkejutnya gadis itu mendapati Rizal tepat berdiri di belakangnya.

"Hai" sapanya dengan tangan terangkat tak lupa senyum manisnya yang seketika langsung menghipnotis Lola.

Gadis itu kembali tersadar saat Ibu itu berpamitan duluan karena sudah selesai menjemur baju. Lola hanya menjawab seadanya, terlihat sekali dia tengah menahan malu.

"Ngapain kesini?" tanya Lola cuek lalu berbalik untuk melanjutkan kegiatan menjemur baju yang sempat tertunda. Rizal ikut mengambil baju dalam ember berniat membantu, namun Lola langsung melarangnya. Beruntungnya segala macam pakaian dalamnya dan teman-temannya, memang sengaja tidak di jemur di luar ruangan, jika tidak entah akan seperti apa lagi rasa malu Lola.

"Gak usah. kamu duduk aja di kursi teras" interuksinya. Jelas Rizal langsung menuruti apa yang Lola katakan. Dari pada gadis itu semakin kesal dengannya.

Dari tempat duduknya sekarang tak hentinya Rizal memperhatikan setiap pergerakan Lola. Tiba-tiba saja sekelebat bayangan halu melintas di otaknya. Rizal membayangkan jika Lola sekarang sedang menjemur pakaiannya dan pakaian anak mereka. Tangannya berpangku tak luput senyum yang menghiasi bibirnya. Sepertinya kehaluannya sudah terlalu jauh, sampai tak menyadari ada seseorang yang bersandar di ambang pintu.

"Ngehaluin apaan, bang, sampe senyum-senyum gitu"

Rizal bukan main kagetnya. Pria itu hanya nyengir kuda kearah Indri yang melemparkan senyum jahil.

"Cepet banget Zal, pagi-pagi udah nyamper Lola. Mau ngedate ya kalian?" jarinya mengacung menunjuk bergantian antara Rizal dan Lola dengan tatapan memicing.

"Gak!"

"Iya"

Jawaban berbeda itu sontak mengundang kekehan Indri. Lalu kembali masuk kedalam tak ingin mengganggu dua orang itu. Sedangkan Lola kini gadis itu menatap Rizal malas.

"Mau ngapain sih kesini?"

"Kamu gak ada balas chat sama angkat telpon aku, makanya aku langsung datang kesini. Aku juga mau minta maaf. Maaf soal kejadian di pa-"

"Stop! Gak usah bahas itu lagi. Aku udah maafin, jadi, sekarang kamu pulang" usir Lola dengan sadis dan hendak melangkah masuk. Tentu Rizal dengan sigap langsung mencekal lengan Lola.

"Aku belum selesai bicara La"

Terdengar helaan nafas keluar mulus dari hidung Lola. Kepalanya menoleh dengan tatapan sedikit melunak

"Mau bicarain apa lagi? Aku rasa gak ada hal yang perlu kita bahas"

"Ada" jawab Rizal cepat

Beberapa menit terjadi keheningan diantara mereka. Lola menunggu apa kiranya yang akan pria itu bicarakan. Sedangkan Rizal sendiri tampak ragu menanyakan hal yang berkecamuk di kepalanya.

Lola menarik paksa lengannya yang di cengkeram tangan besar Rizal.

"Kamu masih marah?" Rizal merutuki diri sendiri kenapa pertanyaan itu yang keluar.

"Gak" singkatnya

"Kalau sudah gak marah kenapa masih cuekin aku terus?"

"Aku bilang nggak ya nggak! Kenapa sih ngeyel banget" Lola mulai jengkel dan membalikkan badan, tak ada ekspresi terkejut sama sekali ketika melihat ketiga sahabatnya tengah menguping perdebatannya. Lola berjalan melewati mereka dengan wajah kesal.

Sedangkan Rizal tampak menatap sendu kepergian Lola yang sudah berbelok kearah dapur. Indri menghampiri Rizal.

"Sabar. Pelan-pelan aja, kasih Lola waktu dulu. setelah itu selesaikan baik-baik. Gue tau ini masalah hubungan kalian, yang gue rasa kita-kita gak perlu ikut campur. Tapi gue sama yang lain juga siap kalau misalkan lo mintain bantuan" ucap Indri bijak disambut Naura yang menepuk bahu kiri Rizal dua kali.

***

Shiren berjalan menuju dapur dimana ia melihat Lola yang tengah duduk di kursi meja makan. Tangannya menarik kursi di sebelah gadis itu untuk di dudukinya.

"Kamu bertengkar lagi sama Rizal?" seharusnya tanpa bertanya lagi pun Shiren sudah lebih dari tau situasi apa yang barusan terjadi.

Lola menghela napas untuk kesekian kalinya

"Gak tau kenapa. Aku selalu merasa kesal dengan Rizal, padahal dia gak ada ngelakuin hal yang gimana-gimana ke aku. Tapi... Di satu sisi aku juga bingung sama diri aku sendiri" kedua mata Lola mulai berkaca-kaca. Kepalanya sedikit menunduk.

Detik selanjutnya kepalanya spontan menoleh dengan mulut membisu mendengar dua pertanyaan tak terduga dari Shiren.

"Apa karena Rizal mutusin kamu?"

"Kamu masih sayang kan sama dia?"

***

      Keesokan harinya di kampus. Lebih tepatnya di dalam kelas Rizal sudah duduk stay menunggu Shiren. Dia ingin menanyakan bagaimana keadaan Lola apakah gadia itu sudah lebih baik mood nya. Pria itu langsung berdiri saat melihat seseorang yang sedafi tadi ditunggunya terlihat memasuki kelas.

Rizal tak memperdulikan keberadaan Riki yang sepertinya lagi-lagi membuat Shiren kesal.

"Ren"

Raut kesal di wajah Shiren seketika sirna berganti ekspresi ramah.

"Eh, Zal. Kenapa?"

"Boleh bicara sebentar?"

Riki menyela pembicaraan mereka berdua "mau ngomong apa lo?" terdengar nada tak senang dari pertanyaan Riki.

"Boleh" jawab cepat Shiren tak menggubris Riki begitupun Rizal yang sekarang fokusnya hanya satu, yaitu tentang Lola.

Kedua orang itu berjalan keluar kelas dan berbicara disana.

"Gimana sama Lola, apa moodnya sudah sedikit membaik?"

"Yah, Alhamdulillah sudah kembali seperti biasa. Tapi sepertinya untuk sementara waktu kamu jangan dekatin Lola terlebih dahulu"

Rizal hanya mengangguk lesu. Sedangkan Riki tengah menebak-nebak apa kiranya yang sedang dibicarakan oleh kedua orang itu. Jiwa keponya meronta-ronta. Riki masih duduk di kursi shaf kedua netranya senantiasa mengawasi pintu yang terbuka lebar. Tak lama kemudian Rizal dan Shiren kembali masuk ke dalam kelas.

Riki mendudukkan paksa Sbiren di kursi depannya. Kedua tangannya menahan pundak kanan kiri Shiren agar gadis itu tidak bisa kabur.

"Lepasin!" Shiren memukul tangan Riki di pundaknya.

"Kalian ngombrolin apa barusan?" badannya dicondongkan kedepan

"Kepo anda"

Riki mendesis mendapat jawaban seperti itu yang memang sangat tepat sekali. Kini dia beralih menatap Rizal yang sedang memainkan ponselnya. Riki menatap seorang gadis yang menghampiri Shiren dan menyampaikan sesuatu.

"Lo dicariin kak Tirtha di depan" ucap gadis itu lalu langsung pergi.

Shiren merasa bingung. Untuk apa Tirtha mencarinya? Tanpa membuang waktu Shiren langsung menghampiri Tirtha. Riki yang semakin kepo pun tak tinggal diam, dia mengikuti Shiren di belakang tanpa gadia itu sadari.

Bersambung🍃

.
.
Salam sayang❤
Coretankusam🍂
.
.
Publish:
28 September 2021

Shiren's JourneyМесто, где живут истории. Откройте их для себя