Prolog

54 18 5
                                    

    Kaki yang terbalut sneakers abu-abu itu berjalan cepat menyusuri koridor kampus. Langkahnya menuju kelas mata kuliah jam pertama, manajemen bisnis. Dilihatnya jam tangan yang melingkar ditangan kirinya, ternyata dirinya sudah telat tujuh menit.

Gawat!, semoga pak Sudi masih berbaik hati, dengan mengizinkan ku masuk kelas batinnya berkecamuk cemas.

Langkahnya semakin dipercepat seiring dengan bertambahnya waktu ia terlambat. dengan sambil berlari-lari akhirnya pintu ruang kelas yang tertutup itu sudah terlihat.

Menarik napas dalam sambil menormalkan detak jantungnya yang berpacu cepat, juga mengumpulkan keberanian untuk mengetuk pintu dihadapannya. Tangannya terangkat guna mengetuk pintu.

Tok
Tok
Tok

"Masuk!" terdengar suara pak Sudi menyuruhnya masuk. Dengan perlahan dia menekan handel pintu dan mendorongnya.

"Permisi pak, maaf saya telat masuk. Tadi saya dipanggil ke ruangan Dekan untuk menghadap pak Satrio"

"Alah... Bohong itu pak! Itu mah alasan dia aja supaya bisa masuk" sembur seorang lelaki yang duduk dipojok kiri belakang. Semua atensi mata diruangan itu tertuju kearah sumber suara, termasuk pak Sudi dan gadis itu.

"Diam kamu Riki!, Disini tidak ada yang mengajak kamu bicara, main samber aja kayak petir" riuh gelak tawa terdengar memenuhi ruang kelas itu.

"Sudah-sudah jangan ribut"

Perhatian pak Sudi kembali kearah gadis didepannya.

"Oh iya, tidak apa-apa. Tadi Asdos pak Satrio sudah mengabari saya. Kalau begitu silahkan duduk di tempatmu" gadis itu mengangguk dan mengucapkan terimakasih, lantas berjalan kearah satu-satunya bangku kosong yang tersisa. Dan itu berada di paling belakang, kabar buruknya bangku itu tepat di samping kanan Riki. Si cowok resek!.

Dari tempatnya berjalan dia bisa melihat seringai licik dari cowok itu. Firasat nya mengatakan ada rencana-rencana sesat di otak Riki. Matanya terlihat waspada melihat gerak-gerik cowok itu, yang kakinya sengaja di goyang-goyang kan.

hati-hati, dia Pasti mau jegal kaki lo! seru dewi batinnya berbicara.

Dan... Benar saja saat dua langkah lagi ia sampai di tempat duduknya, tiba-tiba kaki panjang cowok itu diserongkan kearahnya, berniat menjegal. Untungnya Respon refleknya sangat bagus, dengan tidak sengaja gadis itu menginjak kaki panjang itu bagaikan kayu yang teronggok tanpa guna.

"Aawww!!..." teriak suara bas itu, membuat orang-orang di kelas melihatnya. Termasuk juga pak Sudi yang sedang mengutak-atik laptopnya.

"Ada apa kamu teriak-teriak Riki?"

Ia melirik sinis kearah gadis di sampingnya lalu menjawab "gapapa pak, urat kaki saya kejetit  gara-gara diinjak gajah!"

Lirikan sinis kembali ia layangkan kearah gadis itu. Mulutnya berbisik pelan "awas aja lo gadis kulot, selesai kelas ini habis lo ditangan gue!" kalimat bernada ancaman itu hanya direspon kedikan bahu oleh gadis itu.

***

    Mata tajam bak elang yang siap memangsa itu menelanjangi sekeliling, mencari keberadaan si gadis kulot. Koridor terlihat lumayan ramai dengan mahasiswa dan mahasiswi lain. Diantara orang-orang yang ada di koridor. Matanya melihat postur tubuh seseorang yang tengah dicari cari nya sejak tadi itu tengah berjalan bersama ketiga temannya.

Ide jail mempermalukan gadis itu seketika muncul.

"heh, gadis kulot! lo cuma punya satu celana aja ya? perasaan lo pake celana itu-itu terus nggak ganti-ganti!" seru lelaki itu lantang, memancing perhatian mahasiswa lain. Tanpa melihat siapa muka sipelaku gadis berhijab hitam itu sudah tau, siapa yang memanggilnya gadis kulot.

cowok itu berjalan menghampiri gadis itu berdiri, dan berhenti tepat didepan gadis itu.

Mendongakkan kepalanya, gadis itu menatap cowok yang berdiri menjulang tinggi dihadapannya "Apa celana saya semenarik itu hingga anda mempermasalahkannya?"

"menyingkirlah dari hadapan saya!" sambungnya

Riki bersedekap angkuh sampai memperlihatkan lengan bisepnya, dengan  tatapan remeh yang ia layangkan untuk gadis dihadapannya.

"Wo wo wo... Lihat guys!, si gadis kulot yang miskin! ini berani melawan rupanya. Kuliah cuma ngandelin beasiswa aja sombongnya minta ampun. Orang kayak gini enaknya diapain nih guys?" ucapnya dengan menekan kata 'miskin'

Suara riuh Orang-orang disekitarnya terdengar dengan tertawa mengejek. Tak lupa dengan Tatapan merendahkan dan meremehkan. Hanya sedikit orang yang menatapnya iba.

Baginya kuliah dengan beasiswa  adalah sesuatu yang membanggakan, dan suatu pencapaian yang luar biasa. Dirinya termasuk beruntung, karena diluar sana banyak orang yang ingin mendapat beasiswa demi meringankan beban orang tua,tetapi tak bisa seberuntung dirinya.

Tangannya terkepal kuat, matanya mulai berkaca-kaca.

"Saya memang miskin, dan saya memang murid Beasiswa. Tetapi saya bangga dengan pencapaian dari usaha saya sendiri. Tidak seperti anda, tidak seperti kalian yang terlahir dari keluarga kaya. Tetapi hanya bisa menghambur-hamburkan kekayaan orang tua kalian, tanpa tahu seberapa susah mencari uang walau hanya seribu. Bahkan mungkin ada diantara kalian, yang memanfaatkan kekayaan orang tua kalian sebagai ajang pamer. Itu yang kalian banggakan?"

Koridor itu seketika hening, Semua terdiam membisu mendengar kalimat panjang dan menohok, yang dilontarkan gadis itu. Dan itu semua memang seratus persen fakta. Bahkan Riki dibuat terdiam seperti patung, hanya matanya saja yang berkedip.

"Terserah anda semua ingin memperolok saya dengan mengatai saya miskin, atau semacamnya. saya tidak perduli, karena itu memang faktanya. Tetapi ingat satu hal, jangan sombong karena sekarang kalian berada di atas. Roda kehidupan itu selalu berputar, akan ada saatnya kalian dibawah dan orang lain diatas. Permisi, Assalamu'alaikum"

setelah meluapkan uneg-unegnya dia langsung meninggalkan kerumunan itu, diikuti oleh ketiga temannya dengan tangan menyeka setitik air mata yang menetes dipipinya. Dan itu semua tak luput dari perhatian Riki. langkah cepatnya membelah kerumunan mahasiswa/i yang berkumpul di koridor itu.

Riki masih melihat kepergian gadis berhijab pashmina berwarna hitam  itu. Dirinya sangat merasa bersalah, kedua tangan di sisi tubuhnya mengepal kuat. Entah kenapa ada denyut nyeri saat melihat air mata gadis itu menetes.

Bersambung🍃

.
.
Salam sayang❤
Coretankusam🍂
.
.
Publish:
19 Juli 2021

Shiren's JourneyWhere stories live. Discover now