Arsen menyetujui, "Benar apa kata Oliv, Al. Kita tentuin pertanyaan yang general aja. Yang lebih dalam biar mereka sendiri."
Althaf terdiam sejenak, "Boleh." jawabnya.
Perhatiannya kembali ke arah perempuan yang sedari tadi diam-diam diliriknya. Pikirannya semakin bercabang tatkala melihat perempuan itu yang terlihat emosi dengan lelaki di hadapannya. Althaf bisa melihat raut kesombongan di wajah lelaki itu.
"Berarti kalau general cuma nanya alasan masuk kementerian itu aja kan?" Tanya Oliv lagi. Diam-diam perempuan berambut sebahu itu tahu,, bahwa perhatian Althaf bukan lagi ke rapat mereka, tetapi ke hal lain.
"Iya Liv. Sisanya biar dibuat menteri aja," Arsen menambahkan, matanya memperhatikan Kiara yang sibuk mencatat saran dari teman-temannya. "Gimana Al?" Sambungnya lagi.
Althaf menoleh dengan cepat, membaca sekilas catatan Kiara, "Bisa Sen, jangan lupa nanti bilang di grup inti ya Ki biar masing-masing menteri nyiapin pertanyaan juga," tambahnya.
Kiara mengangguk sambil tersenyum manis, "Siap presiden masa depanku"
"Terus berarti kita tinggal bicarain daftar pertanyaan dari pres wapres kan?" Tanya Oliv. Matanya kembali melihat Althaf yang sibuk memperhatikan sepasang lelaki dan perempuan yang terlihat berdebat.
"Iya Liv. Saran gue lebih ke birokrasi sih. Apa yang dia ketahui tentang FEB," Jelas Arsen.
Perhatian Althaf sepenuhnya teralihkan ketika perempuan yang sedari tadi ia amati terlihat ketakutan tetapi berusaha tetap melepaskan diri dari cengkeraman tangan lelaki didepannya.
'Ada apa lagi sama dia? Apa itu lelaki yang sama dengan yang ngajak perempuan itu ke bar? Lalu berakhir bunuh diri? Kalau emang iya, gue nggak bakal ngebiarin itu terjadi lagi.'
Tepat ketika lelaki itu mengejar perempuan dan salah satu pelayan kafe menyatakan lelaki itu belum membayar, Althaf dengan sigap berdiri dari mejanya. Membuat ketiga temannya terkejut.
"Sen! Lo tangkap lelaki itu! Dia belum bayar pesenannya!" Perintah Althaf tegas sambil menunjuk lelaki yang dari tadi berbicara dengan perempuan itu.
Meski bingung karena perkataan Althaf yang terlalu mendadak, Arsen segera bertindak tanpa kata. Mengejar lelaki yang hendak melarikan diri itu. Althaf bersyukur, setidaknya perempuan itu tak berada dalam kejaran lelaki asing itu. Kini ia tinggal memastikan bahwa perempuan itu tidak melakukan hal gila.
"Al lo mau kemana?!" Teriak Oliv.
"Althaf!"
Althaf tak mempedulikan pertanyaan Oliv maupun Kiara. Ia berlari secepat kilat. Mencari tau kemana perempuan itu pergi. Sebelum semuanya terlambat.
BRAK!! ARGH!!
Althaf merasakan jantungnya mencelos, ketika ia melihat seorang perempuan yang jatuh tergeletak di depan mobil tak jauh dari tempatnya berdiri. Bajunya sama. Postur tubuhnya sama. Tak salah lagi.
Althaf dengan cepat menghampiri perempuan itu. Mendadak tubuhnya terasa seperti jelly. Kaki dan tangannya bergetar. Terlalu terkejut melihat apa yang terjadi. Tak lama kemudian banyak orang berkerumun. Sadar bahwa perempuan itu tak sadar, Althaf segera menelepon ambulans dari rumah sakit Zayn yang kebetulan tak jauh dari sini.
"Jangan berkerumun!" Tegas Althaf pada beberapa orang yang hanya ingin melihat dengan dekat. Mereka tersentak, lalu kembali mundur kebelakang dengan teratur.
Althaf panik, namun ia tak memperlihatkannya. Melihat perempuan pingsan dengan darah yang merembes di punggungnya, tapi ia tak berani bertindak lebih jauh. Bisa saja perempuan itu mengalami cedera tulang belakang, dan bila Althaf memindahkannya, itu hanya akan memperparah kondisinya. Yang bisa ia lakukan hanya menunggu ambulans datang.
Althaf bisa melihat wajah perempuan itu yang mulai memucat. Darah yang keluar semakin banyak. Keyakinan Althaf semakin kuat. Terjadi pendarahan pada tulang belakang. Althaf meremas tangannya kuat. Ia tak membawa apapun untuk bise menghentikan pendarahan itu.
Tak lama kemudian, suara sirine ambulans terdengar. Beberapa petugas rumah sakit terlihat cekatan mengambil tenda dan mengusung perempuan itu kedalam ambulans.
Althaf dengan cepat berbalik, berniat mengikuti ambulans tersebut dengan mobilnya dari belakang. Tak lupa ia mengambil sling bag serta iphone dengan layar retak yang tergeletak disampingnya.
"Siapa Al? Dan celana lo kok bisa ikutan berdarah gini?!" Tanya Oliv beruntun. Teman-temannya itu baru saja akan mendatanginya.
"Al lo mau kemana?!" Tanya Arsen
Althaf tak mengindahkan satu pun pertanyaan mereka, "Nanti gue jelasin. Gue ke rumah sakit dulu."
Tanpa mengucap apa-apa lagi, ia menaiki mobilnya dan dengan cepat menyusul ambulans yang sudah pergi ke rumah sakit. Diiringi dengan tatapan bingung dari ketiga temannya.
🌸🌸🌸
Yuhuuu!! Siapa yang nungguin Nasha Althaf update? Udah diupdate yaa!!
Btw, ini nge feel nggak si? Aku nggak tau bakal nge feel apa nggak sama kalian :( karena aku belum bisa bikin cerita yang menguras emosi huhu.. Semoga aja bisa nge feel :))
Jangan lupa vote and comment yaa 😉
Ini masih awal, dan masih banyak adegan-adegan selanjutnya. Stay tune!!
Sekian dulu yaa, terimakasih banyak buat yang udah nungguin cerita ini 😊
See you at next part! 😉
YOU ARE READING
Unpredictable
Romance[Campus Story 1] [END] Start: 20 Juni 2020 Finish: 24 Juli 2022 Judul lama : Hai you! Haura Nasha Athaillah, seorang mahasiswi administrasi bisnis yang sedang menempuh semester 3. Perempuan cantik itu berubah menjadi pendiam, cuek, dan dingin seme...
Part 9 - No! I'm Late!
Start from the beginning
