Arsen sengaja memilih tempat didekat jendela dan pintu agar bisa dengan mudah mengawasi tamu-tamu yang berkunjung di kafenya.
"Gue sholat dulu ya, Sen." Pamit Althaf ketika lelaki itu baru saja sampai di meja yang telah ia siapkan.
Arsen mengangguk, menyuruh Althaf untuk langsung ke lantai 2. Tempat khusus hanya untuk Arsen dan teman terdekatnya. Tak lama kemudian, Oliv datang. Dengan sebuah sling bag menggantung di sebelah pundaknya. Ia tersenyum singkat lalu duduk disebelah Arsen.
"Althaf udah dateng?" Tanya Oliv sambil membetulkan ikat rambutnya.
Arsen mengangguk, "Masih sholat dia"
Oliv mengangguk paham, lalu mengeluarkan sebuah catatan dan bulpoin kecil dari tasnya. Catatan khusus untuk BEM. Tiba-tiba kursi di sebelahnya berdencit. Tanda ada seseorang yang datang. Oliv mendongak, dan melihat Althaf ada disana. Senyuman kecil terulas.
"Tinggal nunggu Kiara ya?" Althaf mengawali pembicaraan. Keduanya mengangguk membenarkan.
"Gue mau pesen dulu ya. Al, lo nitip nggak?" Tawar Oliv sambil membuka tasnya untuk mengambil dompet.
"Boleh. Minum aja ya, samain kaya lo. Nih pake uang gue aja." Jawab Althaf sembari memberikan selembar uang berwarna biru kepada Oliv.
Oliv terpekik bahagia, "Makasih banyak, Althaf! Gue doain lo cepet ketemu jodoh deh," Katanya terkikik. Althaf hanya berdehem sebagai jawaban.
"Lo nggak beliin gue juga, Al?" Tanya Arsen tak terima.
Althaf memutar bola matanya jengah, "Harusnya lo yang traktir gue sob! Ini kafe kan punya lo," jawabnya.
Arsen hanya meringis lalu menjawab "Iya kapan-kapan."
Perhatian Althaf teralihkan saat melihat seorang perempuan yang memasuki kafe. Althaf merasa tak asing dengannya. Tapi siapa ia sendiri tidak tau. Althaf mencoba mengingatnya, lalu otaknya dengan cepat tersambung. Perempuan itu, adalah yang ia tolong saat mau bunuh diri. Dan berakhir menginap dirumahnya.
Pandangan Althaf mengikuti langkah kaki perempuan itu yang berhenti di sebuah meja yang sudah terlebih dulu ada seorang lelaki. Althaf mengernyit.
'Siapa lelaki itu? Kakaknya? Atau pacar? Tapi kalau pacar kenapa ekspresi perempuan itu biasa aja? Tidak bahagia layaknya perempuan lain yang baru saja bertemu pasangannya'
Yang tidak Althaf sadari adalah datangnya Kiara dibelakang perempuan itu hingga suara Kiara datang merusak pikirannya.
"Ih Althaf kamu ngeliatin siapa sih? Kirain ngeliatin aku." Kiara mengerucutkan bibirnya sebal. Membuat pandangan Althaf teralih kepadanya.
Althaf berdehem sejenak, lalu meminum minuman yang baru saja diantarkan oleh salah satu pelayan.
Arsen mencebik, "Althaf ngeliatin lo? Mimpi aja sono."
Mendengar itu, Kiara mendelik. Sebuah sling blag melayang dikepala Arsen.
TAK! AU!
"Rasain lo!"
"Udah udah. Yuk segera dimulai." Lerai Oliv menghentikan keduanya. Althaf bersyukur ada temannya yang masih waras. Jika tidak, entahlah jadi apa dirinya berada diantara manusia-manusia itu.
Althaf melihat Kiara mulai membuka catatannya, "Jadi, wawancara kan ada 2 kali. Pertama dengan kementerian masing-masing dan kedua bersama pres wapres. Kita bahas yang kementerian dulu"
"Kalau kementerian, bukannya kita nggak bisa terlalu menentukan pertanyaannya ya, Al? Karena yang tau kondisi internal kementrian ya menteri dan wakil menteri masing-masing. Jadi, kayanya lebih baik kita tentuin yang lebih general aja," Saran Oliv.
YOU ARE READING
Unpredictable
Romance[Campus Story 1] [END] Start: 20 Juni 2020 Finish: 24 Juli 2022 Judul lama : Hai you! Haura Nasha Athaillah, seorang mahasiswi administrasi bisnis yang sedang menempuh semester 3. Perempuan cantik itu berubah menjadi pendiam, cuek, dan dingin seme...
Part 9 - No! I'm Late!
Start from the beginning
