🌵BERKUNJUNG🌵

44 14 29
                                    

Pagi hari yang cerah. Tidak seperti biasanya di mana ibukota selalu diselimuti oleh awan mendung.

Dari kejauhan nampak gerbang SMA Tribakti telah tertutup rapat. Pak satpam berdiri di bagian dalam gerbang, bersiap sedia menghadang siswa-siswi yang kedapatan terlambat.

Pak satpam menyipitkan matanya hendak mempertajam penglihatannya pada seorang siswa yang baru turun dari sepeda motornya di seberang jalan. Rambutnya acak-acakan, baju seragamnya tak dimasukkan, dasi yang ia pakai tidak rapi sesuai aturan. Benar-benar menambah kesan nakal dari seorang siswa tersebut.

Pak satpam yang bernama lengkap Mijan Bin Kasno itupun menggeleng-gelengkan kepalanya ketika dirinya berhasil mengetahui siapa siswa terlambat itu. Ia lumayan akrab sebenarnya dengan bocah itu. Ya, siapa lagi jika bukan Aldi.

"Ijinin masuk, Pak," ujar Aldi dengan nafas terengah-engah dan satu tangan yang menyender di pagar gerbang SMA Tribakti.

"Aduh! Nggak-nggak deh! Kapok saya lolosin kamu terus! Yang ada nanti saya dimarahin sama Pak Sigit!" tolaknya dengan wajah ketakutan yang dibuat-buat. Hadeh!

Dengan segera Pak Mijan pun menahan pintu gerbang berharap Aldi tidak nekat menerobos masuk. Padahal, sebenarnya pintu gerbang tersebut sudah dikunci olehnya sedari tadi.

"Ck! Sama Sigit aja takut!" decaknya kesal, memukul pagar gerbang tersebut dengan tangannya.

"Oh, jadi kamu nggak takut sama saya?" timpal Pak Sigit yang tiba-tiba berada di sebelah tubuh Aldi. 

Aldi menoleh. Menyengir sebentar. 

"Ikut saya!" bentak Pak Sigit kemudian memberi aba-aba kepada Pak Mijan untuk segera membukakan pintu gerbang.

Pak Sigit menjewer telinga Aldi, ia menariknya masuk ke dalam sekolah guna memberi pelajaran bagi siswa kurang ajar tersebut.

🌵🌵🌵

Hari ini Ardiyan berniat untuk mengunjungi Taman Greenland guna menyelidiki siapa sebenarnya yang bersama dengan Diana dalam foto tempo lalu.

Ardiyan keluar dari apartemennya, menuju lantai bawah untuk mengambil mobilnya. 

Taman Greenland letaknya ada di ibukota bagian timur, paling timur tepatnya. Melewati perkebunan pohon pinus seluas kurang lebih tiga hektar. 

Pukul 09.00, Ardiyan berangkat ke sana. Dengan berbekal foto Diana bersama pria sialan itu, dirinya berharap dapat mengetahui siapa sebenarnya pria tersebut. 

"Tidak akan aku biarkan anak-anak yang menanggung derita atas semua yang telah terjadi," gumamnya lirih.

🌵🌵🌵

Kedua utusan Chelsea yang berpostur seram layaknya preman masih mengikuti mobil hitam yang melaju di depannya. Mereka berdua menggunakan mobil Jeep untuk misi kali ini.

Sasaran mereka kali ini nampaknya mudah. Gadis SMA yang mengendarai mobil berplat nomor yang telah tertulis dalam pesan singkat Chelsea. Begitulah sekiranya yang Chelsea bicarakan pada mereka berdua. Keduanya disuruh memberi pelajaran pada gadis yang dibenci bos dadakan mereka, tentu saja akan dilaksanakan dengan mudah jika bayarannya pun memadai.

Beruntung sekali sekarang ini mereka tengah melewati jalur hutan, sehingga dengan mudah dapat menjalankan misinya tanpa menunggu keadaan sekitar sepi terlebih dahulu, karena di jalan ini benar-benar tak diisi oleh pengendara lain selain mereka bertiga. 

Dan ditambah lagi dengan sang pemilik mobil hitam yang masih tak menyadari keberadaan mereka berdua yang mengikutinya sejak tadi. 

Tanjakan sekaligus belokan yang menikung. Jauh lebih menikung daripada teman sendiri yang menikung gebetan kita. Yah bucin:v

Annoyed [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang