🌵HELP🌵

184 43 11
                                    

Deive masih terheran-heran dengan kedua siswa yang secara ikhlas menolong dirinya membawakan buku-buku paket fisika yang seharusnya dibawa olehnya. Gausah sok-sokan deh:v

"Makasih ya." Ucap Deive sekali lagi, entah untuk keberapa kalinya, dirinya benar-benar berterimakasih pada kedua siswa yang berjalan di samping kanan dan kirinya, seperti bodyguard saja baginya.

Kedua sudut bibirnya tak berhenti terangkat, ia benar-benar senang saat ini, apalagi saat tadi Aldi yang dengan senang hati menawarkan dirinya untuk membantunya, tentunya dengan pembagian yang rata dengan Alvin.

Sayangnya, tak ada yang melihat fenomena langka ini selain dirinya, sebab sekarang ini sudah memasuki jam pelajaran, tentu saja tidak ada siswa atau siswi yang berada di luar kelas, mengingat guru piket hari ini adalah Pak Sigit. Benar-benar disayangkan ya!

Deive sempat berpikir, kenapa Aldi dan Alvin mau membantunya? Apakah karena kasihan padanya? Deive rasa, iya. Terutama Aldi, ia yang tadi mengatakan sendiri bahwa ia sama sekali tak menyukai Deive, lalu mengapa rasanya Deive seperti diberikan sedikit peluang untuk kembali berjuang mendapatkan hatinya,-lagi? Apakah benar Aldi membantunya karena alasan perhatian padanya? Kalau dirinya tidak suka pada Deive, bukankah seharusnya Aldi tidak usah menolongnya saja! Buktinya tadi pagi pun Aldi masih saja tak menghargainya! Ah! Sudahlah, Deive tidak ingin memikirkan hal itu terlalu keras! Yang penting, sekarang ini yang ada disampingnya adalah Aldi, seorang laki-laki yang ia perjuangkan sejak pertama masuk kelas sebelas meskipun sampai sekarang belum membuahkan hasil yang pasti. Jadi bang Alvin nggak dianggap keberadaannya di samping neng ya?

🌵🌵🌵

Aldi dan Alvin segera pergi setelah membawakan buku-buku fisika tadi dengan selamat sampai tujuan.

Suasana kelas yang baru saja hening tiba-tiba saja kembali ramai, ada satu lagi bahan gosipan baru di kelas XI MIPA 3, mengenai Deive yang diantar oleh Aldi dan Alvin tentunya. Huh dasar mulut pedes!

Erinka yang semula juga memperhatikan Deive datang bersama dengan dua siswa tadi pun kembali melakukan aktivitasnya lagi, menariki uang kas tentunya, mengingat hari ini adalah hari Jum'at.

Erinka sama sekali tak bertanya pada Deive mengenai yang barusan ia lihat, ia yakin, jika Aldi dan Alvin hanyalah membawakan buku-buku fisika yang kesulitan jika harus dibawa oleh Deive, ya, ia yakin mereka berdua hanya membantunya. Ya, kalian harus menggaris bawahi kata hanya.

Tak terasa jam pelajaran Bu Marni telah berakhir. Siswa siswi kelas XI MIPA 3 telah selesai mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru tersebut. Tentu saja dengan cara berjamaah, semuanya akan menjadi lebih mudah. Tidak perlu susah payah, pasti nilainya pun akan berkah. Aminnn...

Deive menyadari ada yang berbeda dari sahabatnya yang sedang mengemasi buku-bukunya. Erinka nampak berbeda, ia yang biasanya cerewet dan ribut dengannya kali ini hanya diam saja, seperti ada yang tidak beres terjadi pada Erinka. Nggak ada hujan nggak ada angin tiba-tiba aja nggak ada apa-apa:v

"Er?" Panggil Deive.

"Iya, kenapa?" Erinka menoleh kearahnya sembari tersenyum kecil.

"Lo nggak apa-apa, kan?" Tanya Deive memastikan.

"Nggak kok, emangnya gue kenapa, aneh deh lo, hahaha." Sahutnya dengan tawa yang terkesan dibuat-buat.

Deive menatap Erinka heran, kenapa ya dengan sahabatnya yang satu ini?

"Gue narikin uang kas lagi ya, hehe." Ujar Erinka dengan kikuk, seperti ada yang disembunyikan dari Deive.

Deive tersenyum, ia mengangguk pelan. Meskipun perasaannya mengatakan bahwa ada yang aneh dengan Erinka, karena tak biasanya ia bersikap seperti ini pada Deive. Apakah ada kesalahan yang Deive lakukan pada Erinka yang mungkin secara tidak sengaja dilakukannya sehingga ia bersikap begini pada Deive? Tapi kesalahan yang bagaimana? Adakah yang bisa memberitahu Deive dimana letak kesalahannya? Ayolah, Deive benar-benar bingung!

Annoyed [On Going]Where stories live. Discover now