🌵MARAH🌵

63 27 11
                                    

To : Erinka Valencia

Lo nggak apa-apa kan?
19.50

Er, bales pesan gue, gue khawatir banget sama lo.
20.22

Er, lo kalo ada masalah cerita dong sama gue.
20.45

Erin, lo kemana aja? Gue telfon dari tadi kok nggak diangkat?
21.32

Erin, lo marah sama gue? Kalo gue ada salah, gue minta maaf Rin, tapi tolong jangan acuhin gue kayak gini.
22.39

Deive menutup ponselnya, air matanya nampak jatuh perlahan membasahi pipinya. 

Sungguh, ia benar-benar kehilangan sosok ceria Erinka. Yang biasa menghiburnya ketika sedih. Yang biasa tertawa bersamanya ketika dirinya tengah berbahagia.

Namun sayangnya, tiba-tiba Erinka menghilang begitu saja dari hidupnya. Tak ada lagi kisah yang bisa ia bagi bersamanya. Tak ada lagi kisah yang bisa ia dengar darinya.

Entah menghilang kemana sahabatnya yang satu itu. Benar-benar layaknya rayap yang bersembunyi di dalam tanah, sulit untuk dijamahnya. 

Tak terasa sudah dua hari Erinka tak masuk sekolah, dua hari itu pula dirinya tak mendapat kabar dari Erinka. Entah apa yang terjadi pada sahabatnya itu? Apakah ada masalah dalam keluarganya sehingga membuatnya tak bisa hadir di sekolah?

Erinka bukanlah tipikal murid yang menjadikan bolos sekolah sebagai kebiasaan. 

Memang sih, selama dua hari itu SMA TRIBAKTI untuk sementara tak melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikarenakan rapat yang secara berturut-turut dilakukan pada hari Senin, serta hari Selasa. Entah dengan besok, mungkin sudah bisa memulai pembelajaran seperti biasanya.

Deive membuka ponselnya kembali, berharap notifikasi yang baru masuk ke ponselnya berasal dari Erinka. 

Dengan mata yang penuh air, Deive membuka notifikasi tersebut, namun bukan balasan dari Erinka yang tertera di sana.

From : Aldi Jovian E.

Gue jemput, besok.

Tak seperti biasanya dimana Deive langsung berteriak senang ketika Aldi mengiriminya pesan, sekarang ini ia hanya menanggapinya dengan senyuman kecil.

Erinka, apa kabar?

🌵🌵🌵

Hari ini Deive dijemput oleh Aldi untuk berangkat ke sekolah bersama, sesuai dengan apa yang dituturkannya semalam. Sempat menjadi tontonan para warga sekolah, namun tentu saja ia tak menghiraukannya. 

Sekarang ini Deive lebih percaya diri, ia tak lagi menilai dirinya tak pantas bagi Aldi. Mantap, jan insecure.

"Aldi, makasih ya." Deive menyerahkan helm yang sudah berada ditangannya.

"Santai," ujarnya, singkat.

"Em... Nanti kamu pul-"

"Bareng lo," potong Aldi.

"Aku seneng kamu sekarang udah hargain aku," ujar Deive menunduk, sebenarnya ia malu harus berkata seperti ini.

Aldi tak menanggapi, ia malah tersenyum miring. Ternyata rencananya berjalan mulus. Puas sekali rasanya.

"Ke kelas gih," suruh Aldi, membuat Deive kembali mendongakkan wajahnya.

"I... Iya." Deive tersenyum kemudian membalikkan badannya dan melangkah pergi.

Annoyed [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang