🌵KEJADIAN PERPUSTAKAAN🌵

238 48 12
                                    

Sekarang ini sudah jam istirahat, semua siswa kelas XI MIPA 3 telah pergi ke kantin untuk menyerbu jajanan apapun yang disediakan ibu-ibu kantin sejak tadi pagi.

"Lo nggak ke kantin?" Tanya Erinka sembari membenarkan dasinya yang kurang rapi.

"Hm... Ayo." Deive beranjak dari kursinya dan berjalan ke deret kursi paling belakang dekat dengan lemari kayu.

"Ayo cepetan." Seru Erinka yang telah sampai di depan kelas.

"Gue mau ngaca dulu sebelum ngece Er." Teriak Deive bercanda, kemudian menyusul Erinka yang masih setia menunggunya. Gakaya doi:(

Mereka berjalan beriringan, Deive dengan Erinka memanglah bersahabat, dari kelas sepuluh malahan. Bahkan mereka benar-benar saling terbuka satu sama lain, kejadian yang dialami Deive dari tadi malam yang susah tidur hingga dihukum oleh Pak Sigit pun telah ia ceritakan semuanya pada Erinka, termasuk kejadian yang melibatkan Aldi tadi pagi.

Deive menghentikan langkahnya sejenak, membuat Erinka pun ikut berhenti. Erinka mengikuti arah pandangan Deive, ia menyipitkan kedua matanya, hendak memperjelas penglihatannya dan untuk memastikan yang ia lihat adalah benar.

"Udahlah, ayo ke kantin aja nggak usah ngurusin dia lagi." Ucap Erinka sembari menarik lengan Deive.

Deive pun hanya bisa menurut pada Erinka. Terpaksa dirinya kehilangan kesempatan mencuri pandang seseorang yang ia sukai dari dulu itu. Deive sebenarnya sudah menyerah, tapi...

Duggg

Deive segera menghadap ke arah Erinka yang sudah jatuh terduduk di depannya. 

"Er, lo nggak apa-apa?." Deive panik ketika melihat raut wajah Erinka yang sepertinya sedang menahan sakit.

Seseorang nampak mendekat ke arah mereka berdua, ia nampak mengenakan kaos olahraga, dengan keringat yang sudah membasahi seragamnya itu. Bukannya menolong, ia malah mengambil bola basket yang tadi sempat mengenai lengan Erinka.

"Sorry, gue ga liat, lo nggak apa-apa kan?" Ujar siswa tersebut dengan datar.

Erinka segera bangkit, setelah melihat siapa pelaku yang tadi melempar bola basket kearahnya, ternyata Aldi. Ya, sudah cukup, ia tak mau memperpanjang urusan ini.

Erinka menatap Aldi sebentar, ia merasa kesal sekali dengannya saat ini. Namun rasa kesalnya dikalahkan oleh perasaaan yang menjalar ditubuhnya ketika setiap kali menatap mata Aldi.

"Iya." Sahutnya singkat, membuat Deive membelalakkan kedua matanya tak percaya, bagaimana bisa Erinka yang super cerewet tiba-tiba dengan mudahnya memaafkan seseorang tanpa memaki-makinya terlebih dahulu, apakah ini efek dari terkena bola tadi?

Aldi tersenyum puas, kemudian menatap Deive sejenak sebelum akhirnya ia melangkah pergi kembali ke lapangan bola basket.

"Udah ah, ayo lanjut ke kantin aja." Ujar Erinka dibalas dengan anggukan dari Deive.

"Nggak ke UKS dulu Er?" Tanya Deive sedikit khawatir.

"Nggak usah, gue kan strong, hahaha." Jawabnya dengan semangat.

Erinka kembali tersenyum, ia lalu menarik lengan Deive lagi, membuat Deive segera mengikuti langkah semangat dari Erinka yang telah kembali ceria, seperti melupakan kesakitannya barusan. Kantin! I'm Coming!!!!



🌵🌵🌵

"Lo seriusan masih suka sama Aldi, Deive?" 

Deive yang mendengar pertanyaan Erinka barusan sontak mendongakkan kepalanya, ia tampak berfikir.

Annoyed [On Going]Where stories live. Discover now