"Kamu gak capek kita berantem terus?" tanya Bintang agak keras saat sudah sampai di rooftop.

Langit memutar kedua bola matanya malas, jika Bintang sudah begini ia harus menyiapkan rasa sabar yang banyak.

"Capek Bi, makanya udah, kita gak usah berantem karena masalah sepele doang." Timpal Langit.

"Sepele? Iya sepele, tapi gara-gara kamu ngulang terus, masalah sepele itu jadi besar!" seru Bintang tak tahan lagi.

"Bintang ... kalo emang kamu gak kuat sama aku, kenapa kamu mau pacaran sama aku? Kan kamu tau sebelumnya, kakel-kakel disini emang suka caper ke  aku." Jelas Langit berusaha tenang.

Bintang berdecih, "i know by, emang kamu pikir aku selama 6 bulan bertahan ini karena apa? Karena aku sayang sama kamu Langit ..." Bintang memelankan nada suaranya saat di kalimat akhir.

"Yauda kalo emang kamu sayang, kamu terima ini semua. Yang penting hati sama rasa sayang aku cukup untuk kamu seorang. Percaya sama aku," katanya dengan sorot mata keyakinan penuh.

"Iya sekarang, gak tau kalo nanti. Kamu tau kan masih banyak seribu cara yang bisa cewek lain lakuin buat dapetin kamu" Bintang melipat kedua tangannya di depan dada.

"Capek Bi."

Bintang menurunkan kedua tangannya menatap kekasihnya bingung. *Capek kenapa?"

"Ya capek berantem terus, udah ya aku mau ke kelas" Bintang melongo, bisa-bisa nya Langit berniat meninggalkanbya disaat masalah ini belum selesai.

"Kamu kok malah pergi sih?!" tanya Bintang tak terina sambil mencekal lengan Langit yang hendak pergi.

"Daripada disini, berantem terus, mending ke kelas dinginin pikiran. Aku lagi mau sendiri, kamu pikir selama ini aku sabar ngadepin kamu gak pake tenaga? Pake, hey!" ucap Langit agak tinggi membuat Bintang tersentak bukan main ditambah lengan Bintang yang di tepis begitu saja.

Plak.

"Kamu jahat! Kamu berubah ... hiks hiks." Tamparan keras mendarat di pipi kiri Langit. Bintang menangis selepas tangannya menampar pipi Langit.

MANTAN [ REVISI BERJALAN ]Where stories live. Discover now