Dan sepertinya rasa kesal terhadap Robert menjadi tidak terlalu penting baginya sekarang. Bella lebih takut jika Romeo harus berurusan dengan Robert. Karena itu tidak akan berakhir baik.

"Setidaknya kau bisa mencari seseorang yang lebih pantas untukmu, Bella." Ucap Robert selanjutnya.

"Lalu kau pantas?" Romeo menyela.

"Kau yakin menanyakan hal itu?" Robert bersidekap. "Aku mempunyai pekerjaan paling layak daripada orang lain di seluruh kota. Gedung tertinggi di kota ini adalah perusahaanku," Robert memperbaiki letak dasinya sehabis dibanting Romeo tadi. "Juga tabungan yang lebih daripada cukup untuk membahagiakan Bella." Robert memperhatikan Romeo dari atas sampai bawah. "Apa yang bisa dimiliki orang sepertimu?"

Ucapan Robert sangat tidak pantas dan kasar. Meremehkan seseorang karena pekerjaannya adalah keterlaluan. Setiap orang punya pengorbanan masing-masing dalam hidupnya.

Romeo memang tidak mengenakan setelan jas, tapi bukan berarti t-shirt hitamnya menjadi terlihat biasa. Di mata Bella saat ini, dengan tato yang mengintip keluar di lengan pendeknya, dengan cara yang sulit dijelaskan, Romeo justru terlihat lebih hangat.

Kecuali ucapan Romeo di rofftop tadi yang membakar harapannya. Bella kira Romeo akan terpancing, tapi jawaban laki-laki itu malah di luar dugaannya.

"Tidak bermaksud membuatmu terkejut, tapi seperti yang kau dengar tadi," Romeo melihat ke arahnya. "Aku memiliki Bella. Dia sudah memenuhi segala hal yang aku butuhkan."

Robert menertawakan kalimat Romeo. Mungkin jika dalam keadaan lain, kalimat itu akan menjadi sangat romantis untuk Bella. Mungkin jika itu didengarnya di waktu berbeda, akan membuat wajahnya sepanas oven.

Mungkin akan menyenangkan jika seandainya itu adalah nyata. Bukan sikap refleks sandiwara di depan mantan tunangannya.

"Berhenti mengatakan omong kosong! Kau pikir bisa menipuku dengan mudah. Aku sangat mengenal Bella. Dia tidak bisa dengan mudah jatuh cinta dalam waktu singkat. Aku tidak tahu siapa kau dan apa maumu tapi segeralah pergi dan berhenti menyentuhnya!"

"Maksudmu, kau ingin aku membuktikannya?" Amarah yang tadi Bella lihat pada Romeo benar-benar lenyap ketika laki-laki itu menatapnya.

Tunggu.

Apa yang barusan dikatakannya?

"Bajingan sialan!" Robert mengunpat. "Jika kau ingin menciumnya di hadapanku, itu akan menjadi sangat murahan!"

Apa? Tidak mungkin Romeo melakukannya!

Romeo menelusupkan lengannya di leher Bella. Menggoda anting bunga kamomilnya dengan sentuhan lembut sekaligus merapatkan tubuh mereka seolah memang itulah yang sudah sering mereka lakukan.

"Setidaknya aku tidak melakukannya sembunyi-sembunyi..." ujar Romeo, menyindir Robert sangat telak.

Tatapan Romeo turun ke arah Bella. Wajah laki-laki itu perlahan mendekati telinganya dengan bisikan rendah yang hanya bisa didengar Bella. "Haruskah aku menciummu?"

Ketika wajah Romeo menjauh dan kali ini berada tepat di hadapannya, Bella hanya sanggup menahan napas sementara telapak tangannya berkeringat. Sepasang mata indah saat ini sedang memerangkapnya.

Ketika Bella benar-benar sudah berpikir akan menyerah, menyerah pada Romeo, laki-laki itu justru memalingkan wajah dan menatap Robert.

"Tentu saja aku tidak akan mencium Bella hanya untuk pembuktian padamu. Kau bahkan tidak sepenting itu," Romeo kembali menatapnya, masih mengelus ringan antingnya membuat Bella tidak bisa mengalihkan mata dari laki-laki itu.

PrepossessWhere stories live. Discover now