prahara

2.5K 93 0
                                    

Pulasan akhir adalah highlighter untuk memberi kesan glowing di wajah Shifa.

"Gila! Ini lo baru belajar hasilnya sebagus ini." Seru Tiana semangat

Nova dan Shifa menatap pantulan wajah di cermin, ada rasa takjub Shifa baru pertama kali memoles wajahnya seperti ini, pun karena paksaan Nova menjadikan wajahnya sebagai kanvas pembelajaran.

"Apa sekarang nyesel gue jadiin lo kelinci percobaan."

Shifa hanya tersenyum kecut mengingat betapa ia menolak wajahnya menjadi objek.

"Ya tetap aja aku gak suka dempulan berlapis."

Dua, tiga kali Nova memotret wajah Shifa, lalu mengamati untuk memilih satu gambar yang menurutnya terbaik.

"First post for Instagram, jadi salon kita bakal punya akun sendiri buat promosi."

"Semoga sukses ya."

Beranjak dari dunia malam Nova banting setir mencoba peruntungan bisnis ia dan Tari membuka salon kecantikan kepiawaian Nova bukan hanya merias diri sendiri namun juga pada orang lain kemampuannya semakin ia asah dengan mengikuti kelas khusus kecantikan.
Itu saran dari Shifa mendengar ketidak sanggupan Nova dan Tari bekerja di perusahaan orang selain berbentur dengan jam kuliah gaji juga dirasa tidak cukup.

"Gue ke kampus dulu guys, Tari ntar lagi datang gantiin, gue nitip salon ya Shifa, Tia."

"Oke.

Jawab Tiana singkat sedangkan Shifa hanya mengangguk, Nova menyambar tas di atas nakas lalu melambaikan tangan sebelum pergi meninggalkan dua sahabatnya.

*****

Merokok tanpa henti belum pupus sebatang ia membakar lagi lalu di hisap dalam batang rokok yang baru saja di bakar, berdiri gelisah entah berapa lama Gery berdiri di ambang gerbang kampus sesekali ia celingukan ke dalam area kampus menoleh kiri-kanan seperti mencari atau menunggu seseorang.

Menyunggingkan senyum sambil menghempaskan rokok yang baru di bakar ketika melihat seseorang yang baru saja turun dari taksi segera menghampiri.

"Nova!

Nova menoleh ke sumber suara yang memanggilnya.

"Bang Gery, ada apa lagi bang sudah kubilang jangan sering samperin gue di kampus."

"Lo nggak pernah angkat telpon gue Nova."

"Kalau Abang telpon sekedar kasih klien, maaf bang gue gak di pekerjaan itu lagi."

"Gak semudah itu lo berhenti."

"Apa maksud abang?

"Pokoknya lo harus mau terima klien."

"Abang gak dengar, gue sudah berhenti bang! Tidak selamanya gue harus hidup di pekerjaan itu gue mau hidup lebih baik."

"Hidup tidak akan baik tanpa uang Nova.

"Gue akan tetap berpenghasilan, tanpa prostitusi lagi."

Nova ingin cepat pergi, emosinya mulai meninggi tak ingin Gery terus memaksa.
Namun baru beberapa langkah langkahnya di cegat lengannya di cengkram oleh pria yang di panggil abang itu.

"Lihat ini."

Ia melihatkan sebuah video entah berapa durasi sepintas Nova melihat sukses matanya membelalak bulat sempurna.
Video itu adalah adegan dewasa memperlihatkan jelas seluruh tubuh bersama seorang pria dan pelakon ke intiman itu tak lain adalah Nova.

"Apa maksud abang, mengapa ada video itu?"

Gery senyum licik merasa kemenangan berpihak padanya berbanding terbalik dengan Nova andai ini bukan di kampus mungkin saja ia telah mendaratkan tamparan pada wajah Gery.

Ayam Kampus Story (Completed)Where stories live. Discover now