Wanita Beragenda

1.1K 48 1
                                    

  Lebih dari sepekan Tiana absen ke kampus setelah sang Ibu kesehatannya kembali menurun ia harus bolak-balik rumah sakit.

Tiba di kampus kejadian Tari lebih dari seminggu yang lalu mungkin masih terpatri di ingatan para mahasiswa-mahasiswi, tak ayal kadang ia masih mendapat sorot mata  yang sulit ia artikan entah itu tidak suka atau curiga, tapi di tepis tak di ambil pusing oleh Tiana, bukankah tak ada dosa dalam pertemanan mereka.

Usai jam mata kuliah Tiana berdiam di kelas, termenung seorang diri. Apa yang di pikirkan? Yaitu biaya Ibunya selama di rumah sakit biaya yang benar-benar menguras isi tabungan, lalu bingung menghadapi kedepannya Ibunya masih perlu obat, belum biaya sehari-hari dan biaya kuliah semua harus terpenuhi.
Sedangkan penghasilan dari uang kost yang di peroleh tiap bulan tidak mencukupi. Tunjangan berobat dari pemerintah juga sudah limit. Ya Tiana mempunyai rumah warisan mendiang Ayah lalu di buat menjadi kost-kostan enam pintu beruntung semua berpenghuni dari situlah ia dan Ibunya mendapatkan uang

Sempat terpikir ia akan cuti kuliah tapi waktunya tanggung tunggu dua bulan lagi di semester depan, Tiana mahasiswi semester dua. Ditengah lamunannya seseorang menepuk bahunya membuat ia tersentak.

"Cantik ngapain melamun?"

Rupanya Jefry seseorang yang saban hari mengungkapkan cinta

"Kalau suntuk di sini pergi bareng gue yuk?"

Secara tidak sopan mengusap wajah hingga ke leher Tiana, dengan sigap Tiana menghempas tangan jahil Jefry

"Apaan sih?"

"Nggak ada orang juga sayang."

Kembali mencoba meraba pinggang Tiana

"Jangan kurang ajar ya Jefry."

"Kalau gitu kita check-in saja ntar malem."

"Apa maksud lo?"

"Nggak usah sibuk jaga image, udah tau juga siapa lo, tak jauh-jauh lah dari Tari si wanita beragenda."

Kaget, matanya membulat sempurna saking terkejutnya atas tuduhan kejam dari Jefry

"Temani gue malam nanti, gue bayar berapa yang lo minta."

Tak tahan lagi fitnah dajjal, tangan Tiana terasa ringan ia ayunkan mendarat keras di pipi Jefry. Tak kalah terkejutnya perlakuan Tiana di luar pikiran, bukan hanya pipi bekas tamparan yang memerah, tapi seluruh wajahnya memerah menahan marah.

"Jangan keterlaluan! Jangan terlalu kejam memfitnahku."

Tak terbendung Tiana mengusap air mata sambil berlalu meninggalkan Jefry yang masih mematung

Jefry hanya satu di antara sekian yang berpikiran demikian, menganggap dirinya terjun bersama Tari sebagai ayam kampus.

Kejam! Don't judge innocent someone

***

Setelah memarkir motornya Shifa buru-buru bergegas masuk ke ruko di mana dua sahabatnya tinggal, cemas menebar firasat setelah Nova menghubunginya, Tari dari kemarin tidak keluar kamar takutnya di dalam kamar terjadi apa-apa.

Sesampainya ia di dapati Nova dengan begitu banyak kunci di tangannya.

"Apa yang terjadi."

"Mulai tadi pagi aku gedor-gedor pintu, tapi Tari tidak ada respon, sialnya gue baru ingat ada kunci serep."

Nova segera membuka ia terlihat kesulitan karena tidak sabaran tangannya gemetar akhirnya Shifa mengambil alih.

Pintu terbuka, dan apa yang terjadi sungguh miris Tari telentang di lantai dengan pergelangan tangan mengucurkan darah, rupanya Tari coba bunuh diri. Panik ke duanya memapah Tari ke atas ranjang lalu dengan sigap Nova dan Shifa  membalut perban luka Tari.

Nova membuang nafas, sedikit lega meski tak dapat menghentikan percobaan bunuh diri Tari, setidaknya mereka di waktu yang tepat menolong dan beruntung sayatan tidak dalam sehingga Nova dan Shifa tidak perlu kerumah sakit.

Nova telaten merawat Tari membersihkan tubuh malang Tari baru beberapa hari kejadian itu menimpanya dampak pada tubuhnya jelas sangat terlihat tubuhnya kurus tak terawat wajahnya tirus dengan mata lebam.

Sedangkan Shifa sibuk di dapur mengumpulkan bahan tersisa untuk di masak, hanya sayuran kering setengah kilo ikan, Shifa meracik menjadi bubur.

Usai membalur minyak kayu putih ke pelipis dan penciuman, Tari perlahan siuman. Mendapati Shifa dan Nova duduk bersisian di tepi ranjang ia tau betul dua sahabatnya menunggui melihat pergelangan tangan telah di perban.

"Jangan melakukan hal bodoh seperti itu lagi."

Tampak air mata tergenang di sudut mata, nafasnya terasa sesak penghinaan yang di tanggungnya terus membayangi hingga merasa tak kuat akhirnya tak berpikir jernih lagi mencoba bunuh diri, beruntung ia keburu pingsan saat menyayat tangan sehingga nadinya terselamatkan.

"Aku nggak kuat."

"Bagaimana kamu akan kuat, kamu menolak tangan kamu di genggam olah aku, Nova dan Tiana, kamu terus saja diam menyendiri, kamu tolak keberadaan sahabatmu."

"Aku nggak lagi merasa becus jadi sahabat melihatmu menderita seperti ini tapi aku bingung harus berbuat apa Tar."

Timpal Nova tak kalah sedih

"Tak ada yang berubah, baik sebelum atau sesudah kejadian itu kami tidak akan meninggalkanmu, kami akan terus mendukungmu, tapi balik lagi sama kamu, kamu mau nggak buka hati lagi dengerin kami, bilang apa yang kamu mau."

Tari mengangguk, lalu mencondongkan tubuhnya memeluk Shifa, Nova juga menyusul tiga sahabat itu akhirnya saling rangkul dan berbicara setelah berhari-hari diam menghadapi masa sulit.

Ayam Kampus Story (Completed)Where stories live. Discover now