Ayam Kampus Story

841 27 5
                                    

  Jadilah kuat untuk diri sendiri karena masalahmu orang lain tidak akan ikut andil.

Quotes itu tidak sepenuhnya benar kepada sebagian orang yang beruntung masih ada orang yang care bahkan berkorban.
Atau di dunia ini hukum tabur tuai berlaku, seperti Shifa mengasuh para gadis mengajarkan mereka untuk hidup lebih mulia. Kini balasan dari para gadis itu juga pengorbanan tak tanggung saat ini masih ada orang yang rela menjual tubuhnya untuk kesembuhan sahabatnya. Ya hanya sahabat bukan orang tua atau saudara.
Sesuatu yang langka bukan?

***

Tia menyambangi Profesor Razan yang termenung.

"Prof, kukira anda sudah berada di Singapura."

"Aku tidak tenang memikirkan Shifa jadi aku urung ke sana, lagi pula jadwalnya bisa di undur."

"Kondisi Shifa makin lemah penanganan harus lebih intensif tapi biaya rumah sakit sudah sangat membengkak dua bulan Tari dan Nova menanggungnya ketika jaminan kesehatan pemerintah sudah habis terpakai."

"Jangan khawatir biayanya sudah aku handle, maaf sebelum-sebelumnya aku tidak memikirkan itu."

Tarikan nafas panjang yang begitu melegakan setelah seharian berjibaku dengan kegelisahan dan hampir saja maksiat itu terjadi, tapi cara Tuhan patahkan semua di luar pikiran.

"Shifa...."

Jeritan Nova di dari dalam, apa yang terjadi? Profesor Razan dan Tiana bergegas masuk. Kembali Shifa hilang kesadaran Tari mengguncang pelan tubuh Shifa tiada reaksi.
Tak lama Dokter datang dengan panik

"Harap kalian bisa keluar biar team medis bekerja."

"Baik Dok."

Sedikit menyeret tubuh Nova keluar oleh Tiana karena berkeras melihat Shifa seolah tak mendengar aba-aba Dokter.

Cemas-takut-sedih dan menerka-nerka apa yang terjadi pada Shifa di dalam sana.
Profesor Razan dan Tari duduk tenang, Tiana berdiri sedangkan Nova mondar-mandir menanti Dokter keluar menyampaikan kondisi Shifa.

15 menit kemudian Dokter pun keluar spontan mereka mengerubungi.

"Bagaimana Dok kondisi Shifa?" Tanya Tari.

"Seharian ini keadaannya sangat lemah sudah dua kali tidak sadarkan diri, mungkin tadi kalian sempat berbicara dengannya, apa ada permintaannya."

"Shifa hanya ingin kami terus ada bersamanya." Tukas Tiana.

"Kalau begitu tetaplah berada di dekatnya, dia sudah sadar tapi kalian jangan masuk sekaligus."

"Baiklah Dok."

"Bisakah aku masuk duluan." Pinta Profesor Razan di sambut anggukan Tari.

Ia melihat gadis dikasihinya itu terkulai lemah mengulum senyum ke arahnya.

"You oke, gadis Solehah."

Shifa mengangguk, mengedarkan pandangan mencari para gadis.

"Kemana mereka?"

"Di luar, Dokter mengintruksi hanya boleh masuk satu persatu, mereka saat ini sangat sedih melihat kondisimu."

"Tolong Prof, nanti jaga mereka ya! Mereka adalah wanita-wanita baik hanya sempat hilang arah, aku tau rasanya jadi mereka tanpa orang tua dan keluarga hingga tidak ada yang mengarahkan."

"Kamu yang seharusnya bukan aku, jadi cepat sembuh Shifa."

"Aku...." Cepat-cepat Profesor Razan menempelkan telunjuknya di bibir Shifa dengan maksud agar Shifa tidak berbicara terlalu banyak.

"Kamu perlu istrahat, tidak perlu berpikir dan berbicara banyak."

Shifa menurut dengan anggukan. Usai bergiliran masuk menemui Shifa mereka tetap menunggui di lorong rumah sakit sesuai permintaan Shifa baru kali ini meminta agar tidak di tinggal.

Profesor Razan sesekali menawarkan minuman, Tari tidur telungkup di tepi ranjang Shifa, sedangkan Tiana tak sengaja ikut terlelap di bahu Nova dalam lelapnya bahkan bermimpi.

Mimpi Tiana

Berpakaian putih ia terlihat sangat cantik seperti bersinar, senyumnya juga sangat menawan.

"Shifa kamu cantik sekali."

"Kamu juga cantik."

"Cantiknya si bebek perawan nggak ada lawan ."

"Tia, mulai ya panggil aku sebutan itu, kamu ikut-ikutan Nova dan Tari."

"Mau kemana sih cantik banget."

" Mau ke taman yang banyak sekali bunga."

"Perginya lama nggak, takut kita-kita pada kangen."

"Jangan kangen ah, bebek perawan ini akan tetap ada buat kalian, tapi kalian janji kisah ayam kampus end-nya bakal hidup bahagia tetap berjuang dengan cara yang mulia."

"Bosen tau denger lo ceramah"

Shifa melambaikan tangan dengan senyum 'Sampai jumpa Tia."

***

"Shifa....Shifa."

Tiana terbangun menyudahi mimpi bertepatan adzan subuh berkumandan. Nova dan Profesor Razan melongo.

"Lo cuma nyander terus ketiduran di bahu gue tapi sempet-sempetnya mimpi."

"Mimpi apa sih Tia?"

Tak menjawab pertanyaan Profesor Razan ia melihat kearah kamar rawat Shifa dengan perasaan tak karuan. Lalu tanpa kata pula ia melangkah masuk ke ruang perawatan, Nova dan Profesor Razan saling pandang lalu beranjak juga masuk ke kamar rawat. Rupanya di dalam Shifa dan Tari juga sudah bangun.

Melihat Profesor Razan, Shifa mengucap sesuatu tapi tak satupun antara mereka mendengar, akhirnya Tari lebih mendekat

"Ada apa Shifa."

"Sholat."

"Baiklah."

"Kita semua sholat ya, biar Profesor Razan jadi imamnya."

Profesor Razan juga mendekat, memastikan apa yang di ucapkan Shifa.

"Prof jadilah imamku dalam sholat."

Nafasnya tersengal suaranya sangat pelan, seolah Shifa memacu energi agar suaranya terdengar, tapi membuat sahabatnya wanti-wanti dan Profesor Razan sendiri.

"Baiklah Shifa, aku memimpin sholat ya."

Mempersiapkan Sholat di kamar rawat Tiana mengkondisikan dengan menggeser sedikit alat medis sesuai arahan perawat usai wudhu Tari membantu Shifa memakai mukena.
Profesor Razan bersiap sebelum aba-aba membenarkan saf ia menatap Shifa.

Akhirnya mereka sholat, di dua rakaat itu perasaan dan pikiran berperan untuk khusuk.
Tapi pada bacaan Tahiyat akhir monitor di ruang itu berbunyi.
Tiiiit....

Ayam Kampus Story (Completed)Where stories live. Discover now