Stupid Mistress

1.8K 159 39
                                    

Sakura melangkah menuju ruang kerja miliknya. Ia baru saja pulang dari acara perkenalan ke kumpulan masyarakat. Ia pergi ke berbagai tempat umum.

Sakura menghela nafas keras, dirinya amat lelah. Ia melihat ke arah jam dinding yang berada diruangan miliknya. Ia menghela nafas lagi, sudah cukup larut, kira-kira pukul delapan.

Sakura berencana untuk pergi menuju kediaman Itachi semenjak siang. Ia belum menemui pria iti semenjak rencana pernikahannya dengan Sasuke. Sejujurnya ia sangat sedih.

"Nona Ino" panggil Sakura, pintu ruangan Sakura terbuka dan menampakkan Ino yang berjalan masuk.

"Yamanaka Ino, Permaisuriku" ujar Ino sambil menghormat.

"Tolong sampaikan pesan pada Kaisar, hari ini aku akan tinggal di kediaman khusus permaisuri" ujar Sakura dengan wajah lelah.

Di Adelard, kediaman Kaisar-Permaisuri memiliki bagiannya masing-masing. Hal ini dirancang dengan mempertimbangkan banyak hal, salah satunya kemungkinan ketika kaisar memiliki seorang selir.

Biasanya Kaisar-Permaisuri akan tidur bersama jika telah di rencanakan sebelumnya, jadi tidak ada keharusan Sakura untuk terus tidur bersama Sasuke.

"Baik Permaisuriku, akan saya sampaikan" Kata Ino sambil pamit undur diri.

Sakura berusaha bangkit dari kursi kerjanya. Ada beberapa tugas yang harus dikerjakan, tapi ia tidak berniat menyelesaikannya sekarang. Ia akan pergi ke kediaman Itachi.

Sakura berjalan dengan anggun di dalam kerajaan. Kerajaan Adelard adalah salah satu kerajaan dengan tingkat keamanan tinggi di dalamnya. Sehingga Sakura tidak begitu ragu berjalan sendiri di dalam kerajaan. Hal inilah juga yang menjadi pertimbangan kenapa mereka melaksanakan pernikahan di dalam kerajaan.

Sakura telah sampai didepan kediaman Itachi. Pengawal yang melihat langsung memberi pesan lalu membukakan pintu untuk Sakura.

Sakura melangkah masuk ke dalam dengan sedikit ragu. Dada nya berdegup, sudah lama tidak berjumpa dengan Itachi. Apa akan berakhir canggung?

"Ah Permaisuri" Itachi yang tampak sedang berbaring di ranjangnya segera berusaha untuk bangkit dan memberi salam. Namun Sakura menahan tubuh Itachi dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu Tuan" tahan Sakura, Itachi mengangguk paham dan mendudukkan dirinya di pinggi ranjang, sedangkan Sakura disiapkan sebuah kursi beludru berseberangan dengan Itachi.

"Sudah lama tak bertemu tuan" sapa Sakura sedikit bingung, ia tidak tau ingin memulai dari mana.

Itachi tampak tersenyum melihat kecanggungan Sakura.

"Kita sering bertemu, tapi mungkin kau terlalu sibuk untuk menyadari keberadaanku" kata Itachi, Sakura tampak menunduk tak enak hati.

"Tak masalah, aku tau kau sibuk Permaisuri" ujar Itachi.

"Jadi bagaimana kabarmu Permaisuri?" tanya Itachi, ia tidak nyaman melihat Sakura yang bingunh berhadapan dengannya.

"Ah,  baik tuan" jawab Sakura. Ia menadahkan kepalanya. Dan matanya langsung tertangkap oleh mata Itachi yang intens menatap dirinya. Ia membeku.

Itachi yang melihat Sakura membeku ketika melihat tatapannya. Ia tertawa kecil.

"Tak perlu canggung Permaisuri, aku masih Itachi yang sama" Ucap Itachi santai.

"Entah aku harus berbicara darimana" ucap Sakura, ia berusaha mengabaikan atmosfer yang aneh diantara mereka.

"Maafkan aku" ujar Sakura sambil menunduk.

"Seharusnya aku tidak meninggalkanmu" katanya lagi ia merasa tak enak hati. Ia meninggalkan Itachi yang sedang sulit sedangkan dirinya naik ketempat tinggi.

"Tidak ada yang perlu dimaafkan, jika memang begini keadaanya mari kita bersyukur. Anda telah mendapatkan keinginan anda, dan saya senang akan itu" ujar Itachi. Itachi merasa Sakura berhak dengan hal ini. Sakura tak boleh terperangkap hidup bersama pria sakit-sakitan diakhir hayatnya.

"Jika kamu senang aku akan senang" ujar Itachi tersenyum, ia tidak memakai panggilan informal lagi.

Wajah Sakura seketika memerah ketika melihat senyuman Itachi, hatinya menghangat. Rasanya ada sesuatu yang menggelitik perutnya ketika menatap oniks milik pria itu.

"Ah, aku akan pergi.  Tampaknya sudah malam"  ujar Sakura tergesa-gesa, ia tidak mau Itachi sadar dirinya gugup. Sakura segera membalikkan badannya.

"Saya pamit" ujar Sakura berjalan dengan langkah yang cukup cepat. Sedangkan Itachi hanya tersenyum melihat kepergian Sakura.

Sakura baru saja keluar dari kediaman Itachi, ia berhenti sesaat dan berusaha menetralisis degup jantungnya. Ini tidak benar.

"Anda sembunyikan dimana Kaisar milik saya? " ujar Hinata yang Sakura tidak sadari kedatangannya.

Sakura menatap lamat-lamat Hinata, ia masih sedikit jengkel dengan selir pertama Sasuke ini.

"Apa maksud anda nona Hinata? " tanya Sakura dengan nada tegas.

"Suami saya!  Dimana anda sembunyikan? " bentak Hinata pada Sakura. Sakura cukup terkejut mendengarnya. Para pengawal disekitar sana sudah bersiaga dari kejauhan.

"Saya masih tidak paham. Untuk apa saya menyembunyikan Kaisar?" kata Sakura dengan nada cukup tinggi,  oa masih tidak paham pola pikir Hinata yang begitu dangkal.

"Anda ini pintar berbohong ya!  Sepertinya anda juga perlu belajar etika lagi seperti yang anda lakukan pada saya tadi pagi! " bentak Hinata ia berteriak dengan kencang.

Para pengawal ingin bergegas dan menangkap Hinata, namun Sakura mengangkat tangannya memberi tanda tidak perlu.

"Karena anda saya tidak punya kesempatan berdekatan dengan Tuan Sasuke,  karena anda saya-" Hinata terus berteriak di depan wajah Sakura sampai seorang pria bermata lavender datang menghampiri Hinata dan membekap mulut gadis itu.

"Ampuni saya dan adik saya Permaisuri, ia sangat dangkal dan ceroboh" ujar Neji membekap mulut adiknya, Hinata tampak kesal dan berusaha melawan namun tak bisa.

"Begitu.." Sakura tampak menatap jengkel.

"Akan saya ampuni, sebagai gantinya  anda harus mengajarkan adik anda tata krama. Saya tidak mau lagi mendengar ia bersikap tidak sopan dihadapan saya" ujar Sakura berbalik berniat meninggalkan mereka berdua, namun kakinya berhenti sejenak.

"Ah, jika anda mencari Kaisar. Dia berada didekat kediaman anda" ucap Sakura. Kemudian benar-benar pergi.

Neji tampak kesal dengan kelakuan Hinata, ia menarik gadis itu keluar menuju area taman. Ia menampar adiknya.

"Lihat kelakuanmu,  benar-benar menggelikan" ujar Neji sambil mendecih, sedangkan Hinata hanya memegang pipinya yang memerah akibat tamparan Neji.

"Ayah menyuruhmu merayu Kaisar, bukan menjadikan dirimu seperti orang bodoh" kata Neji dengan tajam

"Bagaimana aku bisa merayu Kaisar, apabila wanita itu terus menghalangiku! " Teriak Hinata, ia amat kesal. Ia terus disalahkan dalam kehidupannya, seakan akan dia memang pantas disalahkan.

Untuk kedua kali Neji menampar Hinata, gadis itu memegang pipinya yang sudah membengkak.

"Percuma dadamu besar jika kepalamu kosong" ucap Neji, ia muak dengan adiknya.

"Dengarkan aku, mungkin malam ini adalah kesempatanmu" ucap Neji  perlahan.

"Kau dengar kata Permaisuri?  Kaisar berada didekat kediamanmu. Itu artinya Kaisar akan beristirahat di kediaman Kaisar malam ini" Neji tampak tersenyum miring. Memang kediaman Kaisar dibuat berdekatan dengan kediaman para selirnya.

"Ini kesempatanmu" ucap Neji di telinga Hinata, gadis itu tampak terdiam dan berpikir.

"Ayo pulang kediamanmu, akan kututup bekas tamparanku. Kau harus menyusup ke kamar Kaisar malam ini" ujar Neji membawa Hinata.

The Lonely QueenUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum