3. Siapa Anggara?

Start from the beginning
                                    

Buat apa Anggara membawa itu semua? Kalau Otak Anggara saja mampu menampung semua mata pelajaran hanya dengan mendengarkan penjelasan tanpa perlu mencatat. Jenius sekali bukan?

Anggara menatap sinis Taufan lalu berdecih. "Bokap gue aja yang biayain gue sekolah nggak nanya kenapa gue nggak bawa tas ke sekolah. Kok lo sekarang banyak bacot sih!" jawab Anggara ketus, yang membuat mulut Taufan bungkam. Taufan sangat tahu bagaimana sifat Anggara sejak dulu, ketika dia sudah mengeluarkan kata-kata pedasnya berarti sebentar lagi akan ada perang dunia kalau Taufan melanjutkan perkataannya.

Rega dan Farhan yang hendak mengeluarkan suara pun, mereka urungkan dan menutup rapat-rapat mulutnya.

"Yang kerja itu tangan dan otaknya. Bukan mulutnya!" sindir Pak Beno karena sedari tadi memperhatikan bahkan mendengarkan obrolan Anggara dan sahabatnya.

"Asssyiappp." jawab Rega karena merasa tersindir dengan ucapan Pak Beno.

"Jangan asiap asiap aja! Tapi dikerjakan."

"Ya, ini lagi proses atuh pak. sabar dong," ujar Rega sambil menyengir lebar. "Kan kata Bapak, kalau orang sabar pantatnya lebar. Ye gak an?" ucap Rega sambil menatap Farhan sekilas.

"Iya pak, Bapak harus sabar kalau pengen pantatnya lebar." ujar Farhan dengan terbahak dan membuat seluruh teman sekelasnya tertawa.

Anggara hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Rega yang sedari dulu suka memancing keributan Guru itu.

Pak Beno berdecak. "DIAM SEMUA!"

"Kerjakan tugas kalian, atau mau saya tambah tugasnya?!" ancaman Pak Beno membuat mereka ketar-ketir dan terdiam seketika.

"Good job." Rega dan Farhan bertos ria pelan, karena telah berhasil memancing emosi Pak Beno.

"Bocah Gada akhlak emang!" celetuk Taufan yang membuat Rega dan Farhan menengokan kepalanya ke belakang.

Mereka tertawa, "Kan ini ajaran dari Pak Ustadz Taufan Megantara." jawabnya kompak.

"As---" saat Taufan akan melontarkan umpatan kasarnya.

"Astagfirullah," celetuk Anggara menyindir, dengan membenarkan umpatan Taufan.

"Astagfirullah." ujar Taufan sembari mengelus dadanya menghadapi dua sahabat kampretnya itu. Rega dan Farhan menahan tawanya ketika Anggara meniru ucapan yang biasa Taufan longarkan.

***

"W.O.W! Wow..." Zahra yang baru saja mendudukkan dirinya di tempat duduknya, langsung saja memutar bola matanya malas ketika mendengar suara toa dari salah satu sahabatnya. Padahal baru saja dirinya memasuki kelas karena telat tanpa diberi hukuman. Sudah gempar seluruh dunia.

"Demi apa, Demi apa!" sahut Sekar. "Seorang Zahra Agastya, siswi SMA Guarda kelas XII Bahasa yang hapenya aja masih kentang dan masih pake wifi Indihome kadang juga masih minta hotspot temen! tapi memiliki bakat suara emas dan tingkat humornya yang tinggi yang mampu memikat para kaum adam diseluruh seisi dunia sejagad raya bumi dan isinya, langit dan bumi jadi saksinya... Baru saja diselamatkan oleh seorang siswa yang tergolong populer dan berkuasa bahkan ditakuti banyak orang!" pekik Sekar heboh dengan sekali tarikan nafas.

"Keajaiban dunia." ujar Erika ikut menimpali seraya menggelengkan kepalanya takjub.

Zahra berdecak, "Alay banget kalian! Najong. bukan sahabat gue." ujar Zahra sambil bergidik ngeri.

Almira, teman duduk Zahra sedari tadi hanya diam tanpa mau ikut menimbrung obrolan. Dan sibuk dengan tugas yang baru saja diberikan oleh Bu Sera. Di antara mereka hanya Almira lah yang tau waktu untuk menggosipkan suatu masalah.

Zahra melirik Almira dan kembali menatap dua cecunguknya yang sedari tadi sibuk berdiskusi membicarakan sikap Anggara yang dengan baik hati mau menolong Zahra. Yang notebane-nya sama sekali tak mengenal seorang Anggara.

Mereka nggak tau aja, tadi si malik habis ngancem gue. ujar Zahra membatin.

"Tunggu balesan gue, Zahra Agastya!"

"Tunggu balesan gue, Zahra Agastya!"

"Tunggu balesan gue, Zahra Agastya!"

Kata-kata itu terus saja berputar seperti vidio yang diputar berulang-ulang di kepala Zahra. Entah balasan apa yang akan pemuda kejam itu berikan. Namun, Zahra sebisa mungkin harus bersikap biasa saja ketika terancam.

"Tunggu balesan gue, Zahra Agastya!"

Zahra memukul kepalanya kuat sambil berteriak keras.

"Anjir!" umpat Zahra yang membuat seluruh temannya menatap bingung Zahra.

"Zahra?! Apa ada masalah?" tanya Bu Sera, yang dibalas gelengan kepala dan kekehan Zahra. "Nggak bu,"

Almira melirik Zahra, "Lo kenapa, Ra?" tanya Almira khawatir.

"Kenapa bos?" celetuk Sekar sambil menoleh ke belakang.

"Iya, kenapa lo? Kesurupan?" sahut Erika. "Setan apa yang merasukimu?"

Tuk.

Langsung saja Zahra menjitak dahi Erika. Dan membuat Erika mengaduh kesakitan. "Kok gue dijitak?" cetus Erika polos.

"Biar agak encer dikit otak lo," ujar Sekar dengan tertawa mengejek.

Almira dan Zahra hanya terkekeh menatap kepolosan Erika. "Nah bener tuh. Katanya kalo orang pinter yang ngejitak, ilmunya bakal nyalur." ujar Zahra sambil membanggakan diri.

Almira berdecak pelan. "Gak jelas dah lo!" celetuknya dengan memutar bola matanya jengah. Zahra memang sangat pandai sekali mengganti topik permasalahan, tapi tak pandai ketika berbohong. Raut wajahnya sangat jelas sekali, perbedaan ketika Zahra tengah berbohong karena menutupi suatu permasalahan.

"Eh, Kantin kuy! Dah istirahat 'kan?" ajak Zahra yang diangguki ketiga sahabatnya.

***

"Kita telat nih, makanya udah rame gini." keluh Erika sesampainya di kantin.

"Eh, kita duduk disitu aja tuh. Masih kosong soalnya," tunjuk Zahra di meja yang masih kosong.

Mereka bertiga bergidik ngeri, Mejanya kosong karena pemiliknya belum datang. "Gak. Gue masih belum sukses, Masih mau hidup!" tolak Sekar mentah-mentah.

"Gue juga masih mau ketemu jodoh gue yang ada di korea." sahut Erika.

Almira mengangguk, "Gue juga nggak mau berurusan dengan orang sok berkuasa seperti Anggara."

Zahra memutar bola matanya malas ketika mendengar tolakan mentah-mentah dari ketiga sahabatnya. Sebenarnya siapa sih Anggara sebenarnya? Kenapa seolah dia adalah penulis skenario hidup orang-orang di SMA Guarda? pikir Zahra.

"Ya udah. Gue aja yang kesana, kalian duduk disini aja ngedeprok." ujar Zahra yang membuat ketiganya bertemu pandang.

"Gawat." ujar Sekar dengan bergidik ngeri, ketika melihat gerombolan Anggara dan sahabatnya mulai memasuki kantin.

"Sekar! Almira! Erika! Sini..." panggil Zahra dengan tertawa bahagia ketika sudah sampai. Bahkan Zahra duduk tepat sekali di tempat yang selalu Anggara duduki.

Byurrr...

Mata Zahra membelalak lebar, ketika ada seseorang yang mengguyurkan sesuatu padanya.

***

TBC💜

Kira-kira apa tuh gais?😂

Next atau Stop? Please butuh comment😩

Ga ada yang comment huwaaa😭, dah lah. Mau nyemangatin diri sendiri aja😩

Semangat nulis Nad😗

Bye!

ANGGARA Where stories live. Discover now