3. Siapa Anggara?

863 186 213
                                    

Vote dan Commentnya Gaise, ditunggu. Xixixi😗

'Anggara'

'Anggara'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Seluruh arah pandang penghuni kelas XII IPA 3 mengarah pada seseorang yang tanpa sopan santunnya, memasuki ruang kelas dengan santai. Pak Beno---selaku Guru Sejarah yang sedang mengajar, menghentikan materinya sejenak ketika melihat kedatangan seorang pemuda dengan memasukkan kedua tangannya disaku celananya dan mendudukkan dirinya di tempat duduknya yang tepat berada di pojok, bahkan berjalan gontai tanpa salam atau izin apapun.

Tidak ada orang yang berani menegur bahkan menggurui Anggara. Mereka hanya boleh diam dan memandang Anggara saja tanpa perlu mengomentari sifatnya. Kecuali orang terdekat Anggara, seperti sahabatnya dan Ibunya.

Meskipun Sikapnya yang dingin bahkan cuek dan memiliki mulut pedas, namun tak sedikit kaum hawa yang menyukai sosok Anggara. Mereka hanya mampu mengagumi Anggara dari kejauhan tanpa mengusik kehidupan Anggara.

Sangat kejam dan berkuasa. Itulah sosok yang menggambarkan tentang diri Anggara.

Pak Beno mengelus dadanya sabar melihat Anak dari salah satu sahabatnya dulu. Sifat dan sikapnya benar-benar seperti jiplakan dari 'Arga - Ayah Anggara' saat SMA dulu.

"Oke Anak-anak, karena materinya sudah selesai. Kerjakan soal nomor 1 sampai 10 halaman 78. Dan dikumpulkan setelah istirahat nanti." simpul Pak Beno, seraya menutup buku paketnya.

"Baik pak," jawab seluruh siswa serempak. Kecuali gerombolan Anggara yang malah ribut sendiri.

"Gar! Baru berangkat lo?" tanya Taufan, teman duduk Anggara sambil menggelengkan kepalanya heran. "Bahkan lo nggak ngucapin salam?" cibir Taufan seperti emak-emak.

Anggara seolah menulikan pendengarannya, Ia sedang tidak ingin mendapat ceramah dari sahabat yang bercita-cita ingin menjadi ustadz ini.

"Ga ada akhlak lo Fan, mau ceramah pas lagi pelajarannya Pak Beno? Kesian goblok. Setidaknya kita harus menghargai." celetuk Rega yang tempat duduknya tepat di depannya.

Farhan yang duduk di sebelahnya langsung saja mengecek suhu Rega, dengan menempelkan telapak tangannya ke dahi Rega.

Farhan mengernyitkan dahinya ketika suhu tubuh Rega normal. "Normal kok. Tapi, tumben..."

"Tumben, apa?" sahut Farhan.

"Tumben waras! Biasanya 'kan dia juga gada akhlaknya." celetuk Farhan sambil tertawa terpingkal-pingkal. Bahkan tawa Farhan sampai terdengar ditelinga Pak Beno.

"Ye! Si bajing," ujar Rega kesal, sambil menimpuk Farhan dengan buku miliknya.

"Lo gak bawa tas, gar?" tanya Taufan lagi yang menatap kedatangan Anggara sejak baru saja masuk kelas. Memang benar, Anggara tidak pernah membawa tas ke sekolah sama sekali.

ANGGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang