10. kerupuk jablay😍

247 35 0
                                    

Happy reading❤

Caca melaksanakan perintahnya Queen Munaroh, untuk pergi ke warung kelontong yang jaraknya lumayan jauh dari rumah Caca. Dengan berjalan kaki.

Ya Caca tinggal di komplek, rumahnya juga bisa dibilang sederhana dan minimalis. Caca memang terlahir dari keluarga yang sederhana. Tidak kaya dan tidak miskin. Setidaknya hidup Caca bisa dibilang berkecukupan.

Caca berjalan menyusuri jalanan sembari bersenandung kecil. Dengan mengunakan boxer dan kaos oblong berwarna putih yang di kenakannya. Rambut Caca tergerai acak-acakan, ciri khas orang bangun tidur. Bahkan Caca juga belum sempat cuci muka.

Sempat tadi Caca kembali lagi ke rumahnya. hanya untuk mencuci mukanya, tetapi Caca mengurungkan niatnya itu. Ketika melihat Maminya sedang berdiri diambang pintu, dengan mata yang dipenuhi kilatan amarah dan tangan yang memegang sapu lidi, siap menerjang Caca.

Caca hanya mengembuskan nafasnya gusar. Terpaksa Caca keluar rumah dengan penampilan seperti gembel.

"Mami, ngeselin banget sih!" gerutu Caca.

Caca melangkahkan kakinya dengan gusar. Di sepanjang perjalan Caca begitu risih karena di perhatikan oleh orang-orang yang lalu lalang, dengan tatapan ketakutan.

Bahkan tadi ada anak kecil yang menangis ketika melihat Caca. Apakah penampilan Caca se-menyeramkan itu kah? Ntahlah Caca tidak peduli, mau anak kecil itu masuk ke kali kek Caca tidak peduli.

Ketika Caca melewati bengkel mobil. Caca melihat seseorang yang tengah duduk di kursi kayu yang tersedia di bengkel tersebut, tetapi, Caca hanya melihat orang itu dari samping saja. Ya wajah seseorang itu sangat familiar bagi Caca.

"Kayaknya, gue pelnah liat deh tuh olang, tapi siapa ya?" Caca bermonolog. Caca menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Caca berusaha mengingat-ngingat siapa orang itu, namun nihil. Caca tetap saja tidak mengingat siapa orang itu.

Caca hanya mengangkat bahunya, acuh. Caca tak peduli siapa orang itu. Lalu Caca kembali melangkahkan kakinya, menuju toko kelontong.

_______

"Pak, Pak, Pak!" teriak Caca kepada pemilik toko kelontong, yang mungkin usianya sudah paruh baya.

Setahu Caca nama pemilik toko kelontong itu adalah Pak Pengki. Terlihat dari papan yang terpasang di atas toko kelontong itu. Bertuliskan. 'Toko kelontong milik Pak Pengki yang paling ganteng seatero komplek' Caca bahkan hampir muntah ketika membacanya.

"Iya ... mau beli apa, Neng?" tanya Pak Pengki.

"Mau beli minyak goleng satu, Pak," kata Caca.

"Goleng?" tanya Pak Pengki mengulang ucapannya Caca. Pak Pengki sungguh tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Caca.

"Maksud Caca. Goleng, Pak. Ishh ... goleng, ralat go—"

"Goreng kali, Neng."

Caca langsung mengangguk."Nah, iya itu."

"Kenapa goreng, Neng? Padahal wajah, Neng cantik loh. Cuma penampilannya aja kaya gembel. Pasti, Nengnya belum mandi ya?"

Caca mengepalkan tangannya, kesal. Kenapa Pak Pengki ini begitu menyebalkan. Ingin sekali Caca menendang Pak Pengki ini sampai ke sungai amazon.

"Minyak, Pak. Minyak, bukan wajah Caca," kata Caca, membenarkan.

Jujur saja ini begitu menyulitkan bagi Caca. Padahal cuma mau beli minyak goreng sama telur saja, tapi Caca harus ekstra sabar menghadapi pemilik toko kelontong ini.

Pak pengki hanya ber 'oh' ria saja. Mengangguk, dan mengambilkan Caca minyak gorengnya.

"Sama apa lagi, Neng?"

"Sama telul empat, Pak!"

"Telul itu apa, Neng?" tanya pak Pengki, bingung.

"Itu yang bulet-bulet, kecil-kecil. Yang keluarnya dali pantat ayam," kata Caca, dengan sabar menjelaskan apa itu telul alias telur.

"Oh telur."

"Iya itu!"

"Terus, apa lagi?" Pak pengki kembali bertanya.

"Sama kelupuk jablaynya dua libu, Pak," kata Caca enteng. Membuat Pak Pengki menggaruk pelipisnya, dan kembali kebingungan lagi.

"Kelupuk jablay?" Tanya Pak Pengki, mengulang ucapannya Caca. Caca berdecak, ternyata menjadi orang yang tidak bisa menyebutkan huruf 'R' itu sungguh sangat menyulitkan.

"Kelupuk jablay ishh ... kelupuk—"

"Oh kerupuk ya, Neng?" tanya Pak Pengki, memotong ucapannya Caca dengan cepat. Caca hanya mengangguk sebagai jawaban. Lalu Pak Pengki mengambilkan Caca kerupuk.

Caca begitu kebingungan ketika melihat kerupuk yang diambilkan oleh Pak Pengki itu. Ya karena kerupuk yang Pak Pengki ambil itu bukan kerupuk yang Caca maksud.

"Ini, Neng kerupuknya. Jablaynya, Neng tinggal cari aja di perempatan jalan sana aja. Ada banyak ko, Neng." Caca melongo dengan apa yang di katakan Pak Pengki, bukan itu yang dimaksud Caca.

Caca berdecak." Ishh ... bukan itu—"

"Maaf ya, Neng. Disini gak jualan jablay. Istri bapak juga bukan jablay. Neng cari aja ke warung yang di seberang sana, kali aja yang jualan istrinya jablay." Pak Pengki memotong ucapannya Caca dengan cepat dan menunjuk warung yang ada di seberangnya. Membuat Caca kembali merengut kesal, ini sungguh sangat menebalkan.

"Bukan itu maksud gue, njirrr." batin Caca.

"Pak maksud Caca. kelupuk yang pedes itu loh, Pak. Kelupuk yang kayak Seblak tapi pelsi instannya," Jelas Caca. Pak Pengki mengangguk dan mengambilkan kerupuk yang Caca maksud.

"Yang ini, Neng?"

"Nah, iya ini balu kelupuk jablay," kata Caca.

"Bukan jablay yang aslinya, gimana sih. Masa Caca yang cantik jelita pecinta Seblak ini nyali jablay sih!" gerutu Caca.

"Hah apa, Neng?!" tanya Pak Pengki, karena tidak mendengar jelas apa yang Caca katakan.

"E-eh, e-enggak ko, Pak. Caca cuma batuk. Uhuk ... uhuk ... tuh batuk, uhuk ... hehe." Caca menggaruk tengkuruknya yang tak gatal. Pak Pengki hanya mengangguk saja.

"Kalo batuk minum paramek dong, Neng. Biar cepet sembuh. Nih," kata Pak Pengki antusias, seraya menyodorkan obat paramek kepada Caca.

Caca hanya menatap datar Pak Pengki. Kalo Pak Pengki bukan manusia pasti Caca akan langsung menghabisinya dengan jurus seribu bayangannya.

_______

Caca berjalan pulang menuju rumahnya, sembari bersenandung kecil dan memakan kerupuk jablaynya.

Tin ... Tin ... Tin ...

Tiba-tiba saja, mobil sports berwarna merah mengklakson Caca, dengan beberapa kali dan memberhentikan mobilnya di sebelah Caca. Membuat Caca terlonjak kaget sehingga kerupuk jablaynya terjatuh dengan sia-sia.

"Woi ... kalo mau ngelakson itu bilang-bilang napa!" Teriak Caca, kesal. Karena kerupuk jablaynya terjatuh dan terbuang sia-sia. Mana masih banyak lagi.

Caca menendang mobil sports berwarna merah itu, dengan sangat kencang membuat kakinya berdenyut kesakitan.

"Aaww ... kaki gue sakit, njill. Punya mobil ko kelas-kelas amat sih!" Caca terus saja mengoceh dan menyumpah sumpah serapahnya kepada pengendara mobil itu.

Jujur Caca sangat kesal karena kerupuk jablay terjatuh. Ingin sekali Caca semekdon tuh orang. Untung saja, minyak goreng dan telur yang Caca bawa dikantong plastik, tidak ikutan terjatuh. Bisa-bisa Caca langsung di tendang keluar rumah sama mami.

Tidak lama kemudian seseorang yang ada di dalam mobil itu membuka kaca mobilnya. Membuat Caca begitu terkejut ketika melihat seseorang yang ada di dalam mobil itu.

Ya orang itu sama persis dengan orang yang Caca lihat di bengkel tadi. Sekarang Caca mengingat betul siapa wajah seseorang yang sangat familiar itu.

"Hi nice to meet you again," kata laki-laki itu dengan seringai dibibirnya.

I LOVE SEBLAKWhere stories live. Discover now