Part 22

71 4 0
                                    


Hanya memberi
Belum tentu mendapatkan hal yang sama
Hanya berharap
Belum tentu yang diharapkan ikut serta menggarap
Karena hanya mencintai
Tidak akan ada kata dicintai
Jika pihak berbeda tidak ingin saling merajai

•••

Sebelumnya di Kafe

"Fan, aku dengar dari Mama kamu, semalam kamu kecelakaan yaa" Lian bertanya dengan raut khawatir saat Yofan sudah duduk di hadapannya.

"Hmm." Balas Yofan singkat. "Apa karena pesan aku semalam?" Lian bertanya hati-hati, menatap Yofan yang menatapnya dalam. "Jika iya, maafkan aku." Menunduk, Lian meminta maaf jika memang Yofan kecelakaan karena pesan yang ia kirim semalam.

Salahkan keinginannya untuk memberitahukan semua ke Yofan, karena Lian merasa sedikit merindukan Yofan.

Yofan hanya diam, sebenarnya ia tidak tahu harus apa, tapi hanya menatap Lian lama mungkin sudah cukup. Namun pertanyaan Lian selanjutnya membuatnya terbelalak tidak percaya. "Apakah rasa kamu masih ada untukku? Apakah kamu masih mencintaiku?" dengan percaya diri Lian menanyakan hal yang sejak semalam sangat ingin ia tanyakan setelah berakhirnya hubungannya dengan Romi.

Yofan berdehem, "Tidak." Jawabnya singkat, menutup kegugupan karena hatinya menolak untuk mengatakan itu. "Tapi dulu Ava pernah mengatakan permintaanmu padanya, mengatakan kalau kamu mencintaiku." Sungguh Yofan sebenarnya sudah goyah, mendengar suara parau wanita di hadapannya.

Frustasi, Yofan mengusap kasar wajahnya, "Kalau seandainya aku masih mencintaimu, lalu apa? Semua udah berlalu Yan, sudah selesai sejak lama." Kali ini Yofan mulai memperpanjang perkataannya, merasa frustasi, bimbang dengan situasi.

"Tapi sekarang rasa di hatiku tumbuh Fan, aku harus apa jika sekarang kamu malah tidak ingin bersamaku." Sama halnya dengan Yofan, Lian juga frustasi, kenapa perasaan ini malah datang terlambat pikirnya. Dan setetes air pun jatuh dari mata Lian, mencoba tidak terisak.

Yofan yang tidak tahan beranjak dan memeluk Lian erat, tidak rela melihat air mata itu membasahi pipi Lian. Kebimbangan yang teramat berat menghantam dirinya, haruskah ia kembali membuka hatinya yang sebenarnya masih belum tertutup rapat, atau malah meneruskan niatnya untuk menyudahi perasaannya.

Dan tanpa sadar dua orang yang berada di meja tidak jauh dari mereka, mendengar dan menyaksikan semua apa yang terjadi diantara Lian dan Yofan, dan salah satunya sudah meradang dan keluar dari kafe dengan cepat.

Tapi seketika Yofan ingat kata-kata Ava saat tadi di rumahnya, dimana jika ada kesempatan maka lebih baik memulai sekali lagi. Tapi entah kenapa bayang-bayang Ava terus menghantuinya. Ava sudah banyak membantunya beberapa hari ini mengenai cintanya yang tak terbalas.

"Maaf Yan, kali ini aku tidak bisa." Ujarnya dan melepas pelukannya, beranjak keluar kafe dan meninggalkan Lian sendiri, yang membeku setelah mendengar kata terakhir Yofan.

***

Ava yang merasa tidak tenang terus berguling tidak nyaman di atas kasurnya, pikirannya bercabang. Mulai dari permasalahannya dengan Jovin yang malah semakin bertambah, tidak kunjung selesai, dan rasa penasarannya yang sangat tak berujung, penasaran dengan apa yang hendak Jovin katakan tadi tentang Yofan dan Lian.

Sudah hampir lima hari Jovin tidak ada menghubunginya. Jovin seperti mengindar, berusaha mengabaikannya, dan Ava merasakan rasa bersalah yang menumpuk dan sedikit rindu dengan sosok tersebut.

Seharusnya Ava lebih bisa sabar, mendengar apa yang ingin Jovin katakan, tapi rasa takut, cemas, dan rasa tidak enak memenuhi benaknya semenjak Lian mengiriminya pesan seminggu lalu, dan juga beberapa hari lalu, menanyai sarannya tentang sesuatu yang malah semakin membuatnya gundah.

Just be QuietUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum