Part 20

83 5 0
                                    


Awal
Kehancuran-Kebahagiaan-Kehancuran
Alam mengajarkan semua situasi
Tergantung seperti apa kita untuk mengerti
Seperti Tuhan yang ingin kita saling memahami
Tanpa pernah ingin berhenti mengetahui
Karena itulah hakekat saling mencintai

•••

RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru – Riau

“Makasih ya udah jemput sama nganterin juga.” Ujar Ava serta melepaskan seftbeltnya, dan ia bergegas keluar karena merasa hawa sudah mulai tidak baik untuk hatinya.

“Va tunggu,” dengan cepat Yofan menahan Ava. “ Makasih yaa.” Sambungnya dengan senyum yang sangat manis.

Degupan jantung Ava semakin menggila mendapatkan senyuman manis Yofan lagi, setelah setahun lebih ia menjauh dari Yofan. Ava hanya membalas dengan anggukan dan kali ini benar-benar keluar tanpa ada intrupsi lagi dari Yofan.

Sesampainya di depan ruangan mahasiswa coas, Ava menghela nafasnya dan berusaha menetralisir rona wajahnya yang terlihat memerah karena yang tadi. Ava tidak mau  ditodong dengan pertanyaan yang bertubi-tubi dari Zoya jika sahabatnya itu melihat wajah gugupnya.

“Diantar siapa tadi? Yofan?” suara Zoya langsung terdengar saat Ava menekan tuas pintu dan membukanya. Ava terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba dari Zoya, dan dengan cepat Ava menstabilkan keterkejutannya.

“E-ngga kok tadi bang Ares yang ngantar.” Jawabnya gugup tanpa mau menatap lawan bicaranya. Zoya menghela nafas kasar mendengar sahabatnya berbohong untuk pertama kali semenjak mereka bersahabat.

“13 Juni 2023, pertama kalinya kamu bohong sama aku.” Seketika  hening setelah Zoya selesai bersuara, Ava mematung. “Dan aku harap, ini juga yang terakhir.” Zoya beranjak dari duduknya, melemparkan tatapan yang sangat tidak biasa kepada Ava, dan keluar dari ruangan.

Ava merasakannya, Ava merasa bersalah telah membohongi Zoya, pertama kalinya semenjak mereka bersahabat, Ava berbohong, dan ia menyesal. Ava mengusap gusar wajahnya frustasi akan sikapnya tadi, dan segera keluar ruangan mencari keberadaan Zoya.

“Zoy aku bisa jelaskan.” Ucap panik Ava setelah berhasil menemukan keberadaan Zoya.

“Tidak perlu, aku tidak butuh.” Pungkas Zoya ketus, hati Ava mencelos mendengar sahabatnya berkata begitu, ia seperti sudah tidak dibutuhkan lagi, dan ini semua karea ulahnya sendiri. “Dan sebaiknya kamu siap-siap, shift jaga akan dimulai.” Lanjutnya.

Ava menatap sedih punggung Zoya yang berjalan menjauh darinya, Ava merasa sendiri. Seharusnya ia jujur tentang siapa yang mengantarnya tadi tanpa harus ditutup-tutupi, toh Ava tahu Zoya paling tidak suka dibohongi. Ava kecewa dengan dirinya, Zoya marah padanya sekarang.

***

Selama follow up pagi pasien, Ava merasa canggung, tidak seperti biasanya, lain halnya dengan Zoya yang biasa saja. Giliran Ava yang bertanya SOAP atau menanyakan keluhan pasien.

“Selamat pagi pak, saya dokter muda Ava, apakah hari ini ada keluhan?” sapa Ava ramah, berusaha terlihat seperti biasa, dan bersiap untuk memeriksa pasien, mengukur suhu tubuh, cek nadi. Saat ingin melakukan cek tekanan darah, stetoskop yang tergantung di lehernya jatuh ke  atas tensimeter saat ia ingin mengambilnya, alhasil menimbulkan suara yang agak gaduh.

Residen yang mengawasi mereka pun menegur Ava karena terlihat lalai hari ini. Ava yang di tegur meminta maaf kepada pasien yang dibalas senyum maklum. Ava melirik tangan Zoya yang menyodorkan stetoskop-nya tadi, menatap Zoya yang juga menatapnya, dan sedikit mengangguk samar dan setelahnya membuang muka tersenyum kepada pasien.

Just be QuietWhere stories live. Discover now