New Life

47 6 0
                                    

"Good morning," sapa Lingga yang menyajikan sarapan ke atas meja makannya sambil masih memakai apron.

Gia yang baru saja bangun tidur dan terganggu oleh bau masakan yang sedang dimasak Lingga pun terkejut. Ia terkekeh kecil.

"Apa yang kau lakukan pagi-pagi sekali?"

"Buat ini, untukmu," ucap Lingga sambil menunjukkan sayur yang baru saja ia buat dan segelas jus buah yang ia sajikan. "Aku tidak tahu makanan kesukaanmu, jadi ku buatkan saja yang aku tahu."

Gia tersenyum, mengapresiasi usaha Lingga.

"Terima kasih," ucapnya sambil mengambil roti.

Melihat apa yang baru saja disantap Gia, Lingga komplain.

"Kau lebih memilih roti dibanding masakkan yang sudah ku buat untukmu?" protes Lingga.

"Ups, maaf."

"Wah, kau benar-benar tidak menghargaiku," ledeknya sambil membuka apron.

"Baiklah, akan ku santap makanan yang kau masak."

Dengan antusias, Lingga duduk di hadapan Gia, melihat istrinya menyantap makanan yang ia buat.

"Gimana, enak?"

Baru saja Gia akan menjawab saat mencicipi makanan buatan suaminya itu, tiba-tiba ia langsung berlari dan kembali memuntahkannya.

Lingga berlari dan mengikuti Gia dari belakang. Ia menunggu di ambang pintu toilet. Menunggu Gia menyelesaikan rasa mualnya.

"Sorry, morning sickness," ucap Gia pada Lingga.

"Tidak apa, aku mengerti," balasnya dengan senyuman. Ia mengikuti langkah Gia yang kembali menuju meja makan.

"Katakan, apa makanan yang kau suka? Biar aku bisa buatkan untukmu."

Gia memutar bola matanya,"Apapun yang kau buat, akan ku makan. Tenang saja."

Lingga mencibir.

Gia menenggak air putih untuk mengurangi rasa mualnya.

"Aku hari ini akan pergi. Kau tidak apa ku tinggal sendiri?"

"Kemana?"

"Luar kota."

Again? Hhhh.

Raut wajah bahagia berubah seketika. Dan, Lingga menyadari itu.

"Kalau kau berkata jangan, aku tidak akan pergi," ucap Lingga.

"Ain't my business," balas Gia sambil berlalu meninggalkan Lingga.

Lingga mengejar Gia dan menahan langkahnya,"Gia, we promises. We will make this work for us."

Langkahnya terhenti. Gia memutar badannya menghadap Lingga, masih dengan raut wajahnya yang tidak senang.

"There's no Karina. I swear," ucap Lingga meyakinkan.

"What's wrong with Karina? I don't even care with you ex-girlfriend," ucap Gia ketus.

"You do," balas Lingga.

Gia tersenyum getir.

"Aku berjanji akan berada di rumah setelah tur ini selesai. I promise you," katanya lagi.

"You don't need to promise me anything. Just make sure, you'll be home. And, there's no more headlines between you and your ex-girlfriend," ucap Gia tegas.

"I promise."

Setelah Lingga meyakinkan Gia bahwa ia akan segera kembali setelah turnya selesai. Dan, ia juga berjanji tidak akan ada lagi berita mengenai ia dan mantan kekasihnya, akhirnya Gia mempersilakan Lingga pergi. Sebelum itu, Lingga menawarkan Gia untuk berada di rumah orang tuanya selama ia di luar kota.

Jujur saja, Lingga tidak ingin Gia merasa sendiri seperti terakhir kali. Dan, ia tidak ingin hal buruk terjadi lagi.

Setelah mempertimbangkannya, akhirnya Gia pun menyetujui. Untuk berada di rumah orang tua Lingga sampai ia kembali.

StayWhere stories live. Discover now