Meet Again

58 9 0
                                    

Gia berjalan dengan mengenakan gaun merahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gia berjalan dengan mengenakan gaun merahnya. Bersama Purba, ia menyapa setiap orang yang mereka temui.

Gia mengedarkan pandangannya, melihat betapa mewahnya cafe yang memiliki dinding berlapis metal dengan tatanan dekorasi bergaya minimalis. Ia juga terpana saat mendapati sebuah lukisan emas di salah satu sudut cafe tersebut.

Ia hanya mampu menggelengkan kepala. Di detik berikutnya, kepalanya berhenti menggeleng dan senyumnya perlahan hilang saat kedua bola matanya menatap sosok laki-laki yang sedang berdiri dengan mengenakan jas hitamnya di sana.

Di sana, di kejauhan, Lingga berdiri sambil tertawa bersama para rekan kerjanya.

Baru saja ia ingin membalikkan badan dan mengabaikan kehadiran sosok laki-laki itu, tiba-tiba saja Purba menarik lengannya untuk berjalan menghampiri Lingga di sana.

Mau tidak mau, ia mengikuti langkah Purba. Sambil berusaha bersikap tidak pernah terjadi apa-apa.

Dan, untuk pertama kalinya, kedua mata Lingga dan Gia kembali bertemu.

Berbeda dari pertemuan terakhir kalinya, kali ini tatapan Gia begitu dingin dan menyimpan amarah. Dan, Lingga menyadari itu. Sayangnya, keduanya tidak mampu bertegur sapa layaknya teman yang sudah lama tidak bertemu. Lingga dan Gia hanya mampu bersikap sewajarnya, seolah ini merupakan pertemuan pertama antara keduanya.

Purba memulai pembicaraan untuk berbaur dengan Lingga dan beberapa teman kolega yang lainnya. Tapi, tidak dengan Gia. Ia hanya diam. Matanya tertuju ke arah Purba yang masih sibuk berbicara dan bernegosiasi perihal kerja sama.

Begitu pun Lingga, ia hanya diam. Sesekali ia tertawa dengan Purba, tapi ia tetap mengabaikan kehadiran Gia. Keduanya benar-benar bersikap seperti stranger yang tidak pernah berjumpa.

Tak lama, Candra datang sambil memberikan seruan untuk bersulang. Gia mematung.

Harus 'kah ia meminum alkohol sekarang?

Purba memberi kode untuk Gia, agar mengambil segelas minuman beralkohol yang ada di hadapannya saat ini. Dengan ragu-ragu dan tangan yang bergetar, Gia meraih segelas alkohol di depannya.

Sangat terlihat jelas keragu-raguan Gia dari sikapnya.

"Cheers," ucap semua orang.

Gia perlahan mendekatkan gelas alkohol itu ke mulutnya. Tepat sebelum minuman beralkohol itu menyentuh bibirnya, tangannya tertahan oleh Lingga yang menarik gelas alkohol itu dari genggamannya.

"Wah, pesta baru saja akan dimulai. Rasanya kurang pas jika kita harus mengajak seorang perempuan untuk minum alkohol sekarang."

Syukurlah. Gumam Gia dalam hati.

But, wait... L-lingga?

Gia menoleh ke arah Lingga yang baru saja meletakkan gelasnya dan berdiri di sampingnya. Tatap mata mereka terpaku sepersekian detik sebelum keduanya kembali bersikap tidak saling perduli.

Lingga yang membaca sikap aneh dan tidak nyaman dari Gia jelas mengusiknya.

Apakah ia tidak nyaman karena kehadiranku? Gumam Lingga sendiri.

Suasana keramaian yang mulai riuh dengan dentuman musik dj dan bau minuman beralkohol pun menyeruak. Membuat Gia harus kembali merasakan mual di perutnya. Ia berusaha menahan rasa mualnya sambil terus memegangi perutnya.

Di lima menit pertama, Gia berhasil menahannya. Namun, di menit berikutnya, Gia menyerah.

Dengan mengenakan high heels setinggi 5 cm, Gia berlari dengan cepat ke arah toilet.

Melihat sikap aneh Gia, Lingga pun semakin terusik. Namun, ia tetap tidak beranjak dari tempatnya. Hanya saja, pikirannya sudah jauh lebih dulu melayang entah kemana.

Tiga puluh menit berlalu, Gia masih belum juga kembali. Dan, ini mulai mengganggu. Setelah berkutat dengan pikirannya, Lingga pun memutuskan untuk mencarinya.

Dia.

Yang tidak boleh ia ingat namanya.

StayWhere stories live. Discover now