Get Lost

41 6 0
                                    

Setelah menangisi hari pernikahannya yang tragis, Gia terbangun dari tidurnya dengan kepalanya yang berat dan pusing

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Setelah menangisi hari pernikahannya yang tragis, Gia terbangun dari tidurnya dengan kepalanya yang berat dan pusing. Ia tersadar, bahwa ia tertidur di sofa. Bukan di kamarnya. Maksudnya, di kamar Lingga.

....

Di kamar mereka berdua lebih tepatnya.

Ia mengecek ponselnya dan sudah ada 5 panggilan tak terjawab dari Ina.

Dengan kesadarannya yang belum sepenuhnya kembali, ia mengecek sosial medianya. Dan, menemukan salah satu judul berita yang membuatnya terperangah.

Wedding without honeymoon? Or wedding without love?

Salah satu portal media besar menuliskan judul seperti itu di atas foto pernikahan Gia dan Lingga. Gia menarik napasnya, berat.

Di manakah Lingga akan berbulan madu?

Tetap manggung sehari setelah menikah, Lingga gagal berbulan madu?

Lingga 'Married by Accident'?

Benar 'kah ia menikah karena telah hamil duluan?

Terlihat membuncit, Gia hamil duluan?

Semakin hari, berita yang ia baca semakin membuatnya merasa stres dan tidak karuan. Tangannya bergetar saat menyadari bahwa semua orang akhirnya mengetahui kebenarannya.

Ia tak sanggup lagi harus membaca judul demi judul berita yang jelas membuatnya sakit. Ia mengunci layar ponselnya dan kembali merebahkan tubuhnya di sana.

Masih belum ada kabar juga dari Lingga.

Oke, dia tidak menganggapku ada. Maka, aku juga akan begitu padanya.

-

"Mau ke mana?" tanya Ina saat Gia mengunjunginya pagi ini untuk meminta vitamin dirinya.

"Holiday," jawab Gia seadanya. Ina mencoba untuk memaklumi segala perasaan yang saat ini Gia rasakan. Terlebih, saat media-media itu dengan jahatnya memojokkan dirinya sebagai orang yang malah menghancurkan karir orang lain hanya karena kesalahan satu malam.

"Tapi, bukannya Lingga masih tur? Dia kapan kembali?"

Gia mengangkat kedua bahunya,"Aku tidak tahu, dan tidak mau tahu."

Ina menghela napasnya,"Kenapa lagi?"

Dengan raut wajah yang kesal dan airmata yang sedikit berlinang, Gia tersenyum, menyembunyikan perasaannya.

"Tidak apa-apa. Hanya saja, aku tidak merasa perlu untuk tahu banyak tentangnya. Aku hanya ingin menenangkan diriku sendiri, Ina. Aku butuh waktu untuk menguatkan diriku," jelas Gia.

Meski masih ada rentetan pertanyaan yang ingin ia tanyakan, tapi Ina menahannya dan memilih untuk mengangguk.

"Sudah tahu tujuanmu mau ke mana?"

StayWo Geschichten leben. Entdecke jetzt