Her

68 10 0
                                    

Setelah sempat beredar beritanya mengenai hotel sebulan yang lalu, kali ini penggemarnya mulai lupa tentang hal itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah sempat beredar beritanya mengenai hotel sebulan yang lalu, kali ini penggemarnya mulai lupa tentang hal itu. Dan, Lingga bisa kembali menjalani hidupnya dengan damai.

Ia tidak perlu lagi khawatir akan hal itu. Ia juga sudah tidak lagi mengingat tentangnya. Tentang dia.

Tunggu. Apa dia baru saja teringat oleh Gia?

Lingga sedang menyandarkan tubuhnya di ruangan CEO agensinya saat tangannya asyik men-scroll lini masa, dan pikirannya melayang entah kemana.

"Lingga?" Arsya, CEO agensi yang menaunginya menyebut namanya.

Sang empunya nama terkejut, kaget. Suara berat dari laki-laki paruh baya tersebut merhasil membuyarkan lamunan Lingga.

"I-iya, pak?"

"Penjualan albummu meningkat drastis. Untungnya, rumor yang sempat beredar waktu itu tidak mempengaruhi karirmu," lanjut Arsya sambil tersenyum sumringah.

Lingga baru saja merilis albumnya, dan semua penggemarnya pun menyukainya.

Kemarin, ia baru saja diterpa rumor yang tidak mengenakan. Namun, hari ini ia sudah kembali disanjung oleh penggemarnya.

Hidup memang sulit ditebak, meski hanya dalam hitungan detik.

Lingga mengembangkan senyumnya, saat ia membaca komentar demi komentar yang menyanjungnya.

"Kita juga udah siap untuk tur besok. Dan, kau juga mendapatkan tawaran dari brand ternama di Paris."

"Wow," ucap Lingga tak percaya. "Oke, aku akan lakukan apapun untuk membuatmu senang."

Tawa Arsya menggelegar.

"Satu hal, Lingga. Jangan melakukan kesalahan lagi kali ini. Atau, kau karirmu akan selesai hingga akar."

Lingga mengangguk.

"Oh, iya, Candra sudah memberitahumu bahwa kau akan diundang ke sebuat soft opening cafe di hotel bintang lima malam ini? Sebenarnya, aku ingin menolaknya, tapi mungkin ini akan jadi kesempatan bagus agar kau bisa bekerja sama dengan brand lain. Karena, yang akan hadir tentu saja orang-orang penting di industri ini," jelas Arsya.

"Oke, aku akan datang. Kirimkan saja alamatnya kepadaku."

Arsya membuka ponselnya, dan mengetik nama Lingga di sana. Ia membuka ruang obrolan dan mengirimkan sebuah alamat di sana.

"Ku harap kau akan datang tepat waktu."

Lingga mengangguk sebelum berpamitan,"Kalau begitu, aku akan pergi sekarang."

Arsya tersenyum. Ia membiarkan Lingga bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkannya. Saat Lingga sedang di ambang pintu, langkahnya sontak terhenti hanya dengan satu pertanyaan yang mengusiknya.

"Bagaimana soal perempuan waktu itu? Kau benar-benar tidak berhubungan lagi dengannya, 'kan?"

Dengan senyum kikuk, Lingga menjawab,"Tidak, aku juga tidak mengingat wajahnya."

"Bagus, lupakanlah. Anggap saja itu tidak pernah terjadi."

Lingga tersenyum kikuk, dan mulai meninggalkan ruangan Arsya.

Namun, tiba-tiba saja, langkahnya menjadi berat. Pikirannya terusik.

Tepat saat ia berbohong soal tidak mengingat wajahnya.

Ia mungkin tidak mengingat persis kejadian malam itu. Namun, wajah Gia tidak pernah ia lupa. Terutama tatap mata perempuan itu saat ia mengatakan harus melupakan semuanya.

Tersirat sebuah kekecewaan dan amarah di sana.

Tapi, Lingga juga tidak ingin bertindak gegabah yang justru akan menghancurkan karirnya yang sedang bagus-bagusnya. Lagi pula, ia juga tidak tahu tentang keberadaan Gia. Dan, ia tidak ingin tahu.

StayWhere stories live. Discover now