3. NERAKA UNTUK BULAN

Start from the beginning
                                    

****

Setelah menunggu selama tiga jam, tidak ada tanda-tanda Bintang akan merespon pesan yang dikirim lewat WA-nya. Bulan mengerucutkan bibir kesal.

Tinggal balas? Apa susahnya?

Cewek berpiyama pink itu merebahkan tubuhnya di atas kasur berukuran sedang dalam kamar bercat peach dimana banyak rak buku berisi berbagai buku, termasuk novel.

Maharahi Bulan Chantika, merupakan anak sulung dalam keluarga ini. Semenjak kepergian Citra--mamanya, Bulan selalu merasa sendiri.

Sandi--Papanya sibuk dengan mereka dan pekerjaan. Tidak memperdulikan Bulan yang juga membutuhkan kasih sayang. Bulan merasa tidak memiliku tempat bernaung untuk mengluarkan segala keluh kesahnya.

Hanya diary dan cerita kepada mamanya yang sudah tenang dialam sana, beliau sudah meninggal semenjak Bulan masih kecil. Jika saja, foto yang terpajang di atas nakas tidak ada, mungkin saja Bulan lupa dengan rupa mamanya.

Bruk

Pintu bercat putih itu terbuka sangat keras hingga Bulan yang tadinya bengong mengerjat kaget.

"Ratu kenapa gebrak-gebrak?" Tanya Bulan mendapati Ratu tengah berdiri di ambang pintu dengan mata tajam dan kedua tangan yang terlipat di atas perut.

"Masih nannya lo? Murahan dasar!" Kesalnya menghampiri Bulan yang kini berdiri.

"Murahan apanya? Bulan gak ngapa-ngapain?"

Ratu tertawa remeh, "terus? Yang lo deket-deket Gehan apa? Hah? Lo udah tau dia pacar gue, kenapa lo masih berani deket sama dia?" Tanyanya nyalang.

"Bulan emang udah deket sama Gehan dari kecil, ya em--"

"Udah gak berlaku! Gue gak perduli, mau lo deket sama dia dari kecil, dari orok atau kapan pun, gue minta lo jauhin Gehan!" Mata Ratu menatap Bulan-kakak tirinya benci.

"Gak bisa dong? Bulan juga punya hak buat temenan sama Gehan, Gehan sahabat Bulan dari kecil. Lagian Bulan juga enggak akan rebut Gehan kok." Ratu mendekat. Jam menunjukan pukul 19.00 tapi seragam SMA masih menempel di tubuhnya. Itu artinya, cewek itu baru pulang sekolah.

"Gue gak peduli! Intinya lo harus jauhin Gehan! Kurang murah apa lo ngejar-ngejar Bintang yang jelas gak mau sama lo! Sekarang Gehan juga mau lo ambil?!" Bulan berdecak.

"Bul-"

"Gue gak menerima alasan apapun! Lo harus tau diri karena Gehan udah jadi milik gue! Mending lo jauh-jauh kalau gak mau jadi bibit perusak hubungan orang!" Kesalnya dengan nada marah.

"Jahat banget Ratu bilang gitu sama Bulan. Bulan'kan kakak kamu," gumamnya menatap Ratu sama tajamnya.

"I don't care. Yang jelas, inget ucapan gue atau lo semakin menderita disini!" Ratu tersenyum miring lalu pergi. Karena ia selalu bisa mengalahkan Bulan saat mengadu pada Sandi. Apalagi dengan bantuan Erika--mamanya Ratu yang sama membenci kehadiran Bulan yang notabanenya keluarga sah disini.

Bulan duduk di sisi kasur. Matanya memerah, mengingat semua kejahatan yang dilakukan Erika dan Ratu padanya. Apalagi, jika sudah ada aduan yang tidak-tidak, Sandi juga akan ikut menyiksanya.

Bulan merasa ia yang menjadi anak tiri disini. Bingkai foto diambil lalu di elus.

"Mama pasti tau Bulan setiap hari begini," lirihnya bergumam pelan.

"Kadang Bulan ngerasa capek aja gitu. Bulan ngerasa anak tiri disini. Padahal, Bulan anak kandungnya papa." Air mata yang dibendung pun ikut turun perlahan karena sesak di dadanya.

WIIL YOU BE MY LIGHT?Where stories live. Discover now