Mengakhiri Penderitaan

1.4K 167 67
                                    

Terima kasih telah sabar menanti! 

Author apresiasi sekali untuk segala support kalian semua terhadap work ini!

.

.



REMEDY

LOVE IS SELFISH, POSSESSIVE AND ADDICTIVE

§§

.

.



Apa itu cinta?


Bagi seorang Kim Yerim, jatuh cinta adalah perasaan yang begitu sakral dan suci. Bukan perasaan imajinasi atau sekedar kekaguman yang dapat dipandang sebagai godaan duniawi. Namun, bukan berarti cinta dapat terukur ataupun terprediksi. Sama seperti saat ini, semuanya tiba-tiba tanpa frasa juga kendali. 


Seperti semudah itu kata 'cinta' terucap, semudah itu pula rasa itu mengembun dalam hati. Begitu saja Yerim merasakan jantungnya berdebar hebat sekali. 

Ia menyukai senyum kebahagiaan Jung Kook. Senyum yang tercipta untuk wanita lain.


Namun cinta macam apa ini? Menyukai dia yang bahagia dengan perempuan lain. Apakah itu juga cinta? Namun nyatanya, cinta tak selamanya adalah perihal perasaan dua arah. 


Jikalau Yerim bisa memilih kepada siapa akan jatuh cinta. Ingin sekali memilih seseorang yang mudah untuk dicintai. Sebab tanpa Yerim berusaha unjuk gigi, ia telah merasakan patah hati. Jung Kook akan selalu menjadi bintang di langit. Indah, namun terlalu jauh dan amat mustahil untuk Yerim gapai. 


Yerim telah menjatuhkan cintanya di tempat yang salah. Tempat yang begitu megah dan mewah. Yang tak layak ujung kaki kotornya menginjak lantai disana. Tempat yang telah disiapkan untuk orang lain. Dan orang itu tentu bukan dirinya.


Yerim tahu diri bahwa statusnya sebagai wanita kelas menengah yang merantau ke ibu kota, tentu tak pantas bersanding dengan sang atasan yang bergelimpang harta. Lagi pula, seluruh detak jantung sang pemuda hanya merapal satu nama. Nona Bae Joo Hyun, yang ialah wanita cerdas, modern nan rupawan. Bahkan setiap lelaki pun pasti mengingininya. Jadi mana mungkin seorang Kim Yerim lancang untuk mengadu diri dengan wanita  sesempurna itu? Lagi pula, Jung Kook juga tidak akan pernah menganggapnya lebih dari seorang sekretaris pribadi.


Yerim tersenyum pahit. Ya. Seperti ini saja sudah cukup. Hanya dekat, tanpa perlu merekat.


"Nona?"


Yerim terhenyak dan sadar bahwa ia kini tengah melamun di depan kasir. 

"Maaf" ujarnya dan merogoh lembar uang dari dalam saku jaketnya. Kemudian meraih kantong belanjanya yang berisi empat kaleng bir. "Terima kasih."


RemedyWhere stories live. Discover now