Hadiah

1.1K 192 51
                                    

Terima kasih untuk support kalian semua! 

.

.

.

.

.
Jung Kook termenung melihat Joo Hyun. Noona tercintanya itu tengah sibuk dengan sekian dasi yang bertengger ditangannya.

"Yang ini atau yang ini?" tanya Joo Hyun bersemangat. Sementara Jung Kook hanya bertopang dagu. Bersandar pada etalase butik.

"Dua duanya bagus." jengah Jung Kook tak antusias.

"Bahan yang woll atau combine?"

"Mana saja tak masalah"

"Bagusnya motif atau polos?"

"Tidak jauh berbeda."

"Kalau tidak mau membantu, kenapa memaksa ikut?" dengus Joo Hyun.

Agaknya Jung Kook tidak sanggup . Bukan lagi perkara ia harus bertemu dengan lalu-lalang manusia. Atau memilih mana dasi yang terbaik. Namun ini perihal perasaan. Ia sudah tahu bahwa dasi yang akan dibeli Joo Hyun adalah hadiah untuk laki-laki lain. Dan itu membuatnya luar biasa iri. 

Ada terselip rasa sesal dibenak Jung Kook. Tahu begini, tak usah ngotot mau menemani. Tapi ya bagaimana kalau sudah kelewat rindu? Jung Kook sudah lelah betul memandang wajah bidadarinya yang hanya sebatas mimpi. Ia ingin bertemu langsung. Ingin memeluk. Mencium. Bukan sekedar menemani. Apa lagi memilihkan dasi untuk laki-laki lain!

"Yang ini saja." ujar Joo Hyun berseri dan menjatuhkan pilihannya pada Wool Silk Tie berwarna burgundy yang elegan.

"Kapan selesainya sih?" Jung Kook kesal. Kesal. Iya, benar benar kesal karena Noonanya begitu semangat mengumbar senyum menawan hanya karena mempersiapkan sebuah hadiah. Dan hadiah itu bukan untuk Jung Kook.

Jung Kook memang berlebihan. Padahal Joo Hyun juga sebenarnya biasa-biasa saja. Wanita itu berbahagia bukan karena mempersiapkan hadiah. Tapi karena mood yang sedang teramat baik. Tentu saja. Siapa yang tidak senang jika kekasih hati berjanji akan mengakhiri penderitaan? Joo Hyun pun memilih tidak menceritakan semuanya kepada Jung Kook. Sebab anak itu kelewat nekat dan jahil. Joo Hyun harus berpikir ribuan kali karenanya.

"Tolong tambah bordiran huruf." request Joo Hyun kepada seorang pelayan wanita.

"Noona aku bosan." keluh Jung Kook. 

"Noona, aku rindu."

"Sudah tiga puluh menit kita disini, Noona.

"Sudah sini aku belikan saja semua dasinya, nanti biar dia pilih sendiri mau pakai yang mana." 



"Noona!"

Jung Kook merengut karena Joo Hyun masih sibuk dengan dunianya. Perempuan ayu itu nampak acuh mendengar dumelan sang pemuda. Tapi, bukan Jung Kook namanya kalau hanya berdiam diri tanpa aksi.

"Ah!"

Joo Hyun berjengit. Tiba-tiba sepasang tangan kekar menelusup di antara lengan kecilnya. Rupanya Jung Kook tengah memeluknya dari belakang. Erat sekali hingga Joo Hyun pun bisa merasakan detak jantung Jung Kook dipunggungnya. Sang pelayan wanita jadi tersipu melihat kemesraan mereka. Sampai kebingungan harus melihat ke arah mana.

"Apa yang kau lakukan?" desis Joo Hyun kesal. Namun Jung Kook tak bergeming. 

"Aku bilang, ayo pulang." goda Jung Kook sembari mengecupi telinga Joo Hyun. Membuat Noonanya menggeliat kegelian.

"Jangan begini, malu dilihat banyak orang." bisik Joo Hyun datar sembari melepas paksa rangkulan Jung Kook. 

Jung Kook menatap sendu raga Joo Hyun yang menjauh. Kehampaan menelusup ke dalam dada. Biasanya wanita cantik itu akan menimpalinya. Entah itu mengusak gemas atau menyentil dahi. Tak arang juga menegurnya. Namun kali ini tidak. Noonanya itu terasa dingin seperti bunga es. 

Hati Jung Kook pun tersayat oleh tingkah Joo Hyun yang terkesan cuek kepadanya. 

TBC 

.

.

.

.

Note penulis:

Sedih T___T

Tim Baper Jung Kook mana suaranya!

Tim Baper Jung Kook mana suaranya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



RemedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang