Memilih untuk Pergi

1K 184 124
                                    

REMEDY

LOVE IS SELFISH, POSSESSIVE AND ADDICTIVE

§§

.

.

.

.

.

Seok Jin mendapati rumahnya terang benderang meski malam telah begitu larut menjemput pagi. Tubuhnya lemah berjalan memasuki rumah sembari mengusap perut yang terasa nyeri. Wajah tampan yang biasanya mulus itu dihiasi rona kebiruan dan luka di ujung bibir. Darah segar yang tadinya mengalir dari pelipis, kini mulai mengerak di kulit pipi.


Seok Jin sudah berharap ingin merebahkan tubuh. Sebab pikirannya terasa buntu. Badan pun seakan remuk. Namun tak disangka, ternyata sang istri dan ayah berdiam di ruang tamu. Semalaman suntuk mereka menanti kepulangan Seok Jin dengan rasa kelut.


"Seok Jin-ah!" Ji Soo dengan sangat khawatir menghampiri suaminya. Ia terkejut melihat penampilan Seok Jin yang begitu berantakan. Tak ada sedikitpun aura laki-laki bijak nan cerdas yang terpancar. Laki-laki itu terlihat putus asa juga mengenaskan oleh luka yang tertoreh di kulitnya. Tapi Seok Jin tidak mengidahkan Ji Soo. Perhatian Seok Jin kini berpusat pada sang ayah. 

Tuan Kim yang sudah renta itu bangkit berdiri dari kursi roda. Kaki kurusnya bergetar seiring tubuhnya yang terhuyung karena memaksa diri untuk menghampiri si sulung. 


"Apa yang telah kau lakukan?!" Sang Ayah berteriak dengan seluruh tenaga yang ia miliki di ujung usia senja. Tangan keriput itu menarik kasar kerah Seok Jin. Sedangkan sorot matanya menggambarkan segudang amarah dan rasa kecewa. Lebih-lebih melihat lebam di wajah Seok Jin. Justru menambah kekesalan karena mengira sang anak telah bertingkah layaknya laki-laki rendah.


"Apa yang kau perbuat sampai seluruh kolega membidik pelurunya ke arah kita?!" seru Tuan Kim berang. "Mereka bilang kau sangat angkuh oleh pendirianmu. Memanipulasi laba. Penggelapan kontrak. Penyalahgunaan kewenangan. Mereka mengataimu sampah!"

Tuan Kim mungkin sudah menua, tapi tak berarti waspadanya ikut meremah bersama usia. Melalang buana sekian puluh tahun di dunia abu-abu pengusaha tentu memupuk beragam lapisan koneksi. Ia pun memiliki banyak mata dan telinga diluar sana yang ikut mengawasi.

"Aku membesarkanmu untuk membina ribuan karyawan! Bukan untuk menelantarkan mereka di jalan!"

"Ayah, tenanglah" Ji Soo berusaha menahan pundak Tuan Kim yang sudah menggegar.


Bertahun-tahun Tuan Kim mendidik sang putra untuk menjadi manusia yang tak memiliki kelemahan. Ia membesarkan Seok Jin dengan kesempurnaan. Menempa anak sulungnya dengan kehormatan dan harkat. Demikian Seok Jin tumbuh dewasa bak tanah liat yang melewati proses pembakaran untuk berubah menjadi tembikar berlapis emas berlian. 

Namun hari ini Seok Jin mencoreng wajah sang Ayah. Pemuda yang di gadang-gadang akan membawa perusahaan Kim menuju keagungan yang abadi, kini justru mengacau bagai meledakkan 'bom bunuh diri'.


"Apa yang membuatmu begitu sombong untuk menghancurkan seluruh jerih payah orang tua mu, orang tua ku. Dan para mendiang yang pernah merintis perusahaan ini siang malam seperti budak!"

RemedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang