BAB 14

19.7K 2.1K 95
                                    

~ Happy reading, man teman..~

===========

Aku bangun lebih awal dari alarm pukul enamku, merasa asing dan sesak. Namun, tidak ada mimpi buruk tadi malam. Aku hanya mengingat salah satu potongan mimpi itu, saat Sylvia mengajariku mengendarai chevy tuanya. Menggembirakan, setelah bertahun-tahun aku tak tahu apa itu rasanya gembira.

Ketika kelopak mataku benar-bener terbuka, aku mendapati kepalaku beralaskan lengan Alexander, sementara kaki serta lengannya yang lain membungkusku seperti sebuah guling.

Aku ingin menggeliat, membebaskan diriku dari kungkungan lengan serta kaki Alexander karena gerah dan bagian tubuhnya terasa berat menimpaku.

Hari belum terlalu terang, tetapi suasana kamar tidurku sudah tidak terlalu temaram lagi sekarang. Aku masih punya cukup waktu untuk meresapi kehadirannya di sisiku, menghabiskan malam bersamaku, di atas tempat tidurku.

Sekarang, Alexander masih terlelap. Aku bisa sedikit mencuri kesempatan untuk mengamati wajahnya.

Rambut coklatnya kusut dan berantakan, menaungi sepasang mata, hidung dan bibir yang terpahat sempurna. Permukaan wajahnya sangat tenang serta irama napasnya begitu halus, menerbitkan pertanyaan dalam hatiku. Bagaimana seseorang bisa tampak begitu anggun walau dalam tidurnya?

Aku ingat kejadian semalam saat kami terbangun tengah malam. Kami merasakan amat lapar karena energi kami sudah habis untuk bercinta.

Aku hanya menyimpan beberapa bungkus macaroni cheese yang bisa dimasak dengan cara instant. Alexander tak mengizinkanku memasuki dapur, ia bertekad memasak sendiri macaroni cheese pada tengah malam untuk kami berdua.

Hanya mengenakan celana denim minus ikat pinggang, ia membiarkan tubuh atasnya terekspos. Untukku. Sementara aku menenggelamkan tubuhku di sofa, mendengkur seperti seekor kucing, sembari melahap pemandangan eksotis bagaimana seorang makhluk setengah dewa bergerak luwes di dapur rumahku. Pertama kalinya. Bola mataku sangat menikmati bagaimana otot-otot di punggungnya mengetat dan meregang dengan sexy saat ia meliukkan tubuhnya.

Dari kursiku, aku berusaha menahan diri agar tidak tergoda untuk datang dan memeluk tubuhnya dari belakang, lantas menciumi sekujur punggungnya.

Well, dia adalah kesempurnaan. Dan, aku adalah wanita beruntung!

Seringai konyol lolos begitu saja dari mulutku.

Kelopak mata di depanku mulai bergetar, lantas terbuka sepenuhnya. Mata kelabunya berkedip sesaat, mungkin mengumpulkan kesadaran. Ketika mendapati aku tengah memandanginya, sekejap bola mata itu melembut ke arahku.

"Selamat pagi." Suara Alexander serak dan berat, tetapi manis seperti rasa susu coklat hangat yang biasa aku minum setiap pagi.

"Selamat pagi juga." Sapaku tak kalah manis.

"Tidurmu nyenyak?" Alexander mengetatkan lengannya di sekelilingku, menciumi dahiku dengan hidungnya.

"Paling nyenyak. Kamu?" Aku menyengir ke arahnya.

"Aku belum pernah tidur senyaman ini." Alexander mulai menggulungku dengan lengan dan kakinya. "Sepertinya udara pagi cocok buatmu, Laura. Kamu cantik sekali pagi ini, acak-acakan dan sexy."

Wajahku terasa panas mendengar kalimatnya pagi-pagi.

"Pertemuanku masih nanti jam sepuluh, pukul berapa kamu harus berangkat kerja?" Gumamnya seraya menunduk lebih dalam dan mencari-cari bibirku.

"Pukul setengah tujuh aku sudah harus ada dalam chevy-ku. Kenapa?" Aku menengadah untuk menyambut ciuman selamat paginya yang panas.

"Hm, kita masih punya cukup waktu." Balasnya serak dengan mata membara. Aku terbelalak, wajahku terasa panas dan memerah. Aku merasakan ereksinya sudah mengeras di atas perutku. "Ya, Sayang. Aku senang kita bisa mengawali hari ini bersama."

[ END ] Broken ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang