BAB 1

47.7K 3.5K 120
                                    

But I'm a creep
I'm a weirdo
What the hell am I doing here?
I don't belong here


(Creep - Radiohead)

=========================

New York City, sekarang..

Aku berdiri kaku di depan meja Dante, penyeliaku di rumah sakit yang mempekerjakan orang-orang dari agen tenaga pembersih tempatku bekerja. Setengah hati, telingaku masih bisa mendengar kalimat bernada ancamannya mengenai memotong gajiku.

Dalam minggu ini, sudah dua kali Dante menegurku. Pertama, saat aku bertukar shift malam dengan Carlos karena dia harus menunggui istrinya yang hendak melahirkan malam-malam. Kedua adalah hari ini. Secara mendadak aku menggantikan Katarina lembur karena wanita tersebut harus menjemput anak laki-lakinya yang sakit dari rumah ibu mertuanya.

Bukan masalah besar, menurutku. Namun, aku tahu mengapa Dante berubah menjadi sinis kepadaku.

Dulu, Dante adalah pria marshmallow. Lembut tutur katanya. Selalu tersenyum dan menanyakan kabarku setiap kali kami bertemu. Tetapi sejak aku beberapa kali menolak ajakan kencannya, sikap Dante mulai berubah. Ia mengawasiku seperti anjing penjaga.

Hal sekecil apapun, asal menyangkut diriku, Dante pasti mempermasalahkannya.

"Sekarang kamu boleh pulang, Laura. Ingat, hari ini terakhir kalinya kamu tak lapor padaku. Jangan berbuat seenakmu lagi, atau gajimu aku potong." Tatapan sakit hatinya menghunjam sengit padaku.

Aku mengangguk, enggan memberikan jawaban perlawanan padanya. Toh, Dante akan selalu membalikkan kesalahan padaku.

Dengan wajah muram, aku memutar tumit dan berlalu menuju ruangan loker. Setelah menyimpan penutup kepala biru tua yang sewarna dengan seragam tenaga pembersihku, aku segera ke ruang ganti.

Berbalut celana jeans dan t-shirt putih, aku menarik jaket hitam dari loker dan memakainya dengan cepat. Aku juga mengganti sepatu kets pemberian agen tenaga pembersihku dengan sepatu bot lamaku. Sebuah ransel berisi baju dan celana seragam yang hendak aku cuci tersampir pada bahu kananku. Sesudah mengunci loker, tanpa membuka gulungan rambut di kepalaku, aku menaikkan tudung jaket hitamku. Aku menutupi kepalaku rapat-rapat dan membuatnya tak terlihat. Well, aku suka menjadi tak terlihat, karena itu adalah posisi amanku.

Aku bergegas mengayunkan kaki ke arah tangga, menuju basement empat rumah sakit di mana chevy tuaku - tepatnya bekas kepunyaan Sy - sudah menunggu.


~ xXx ~


Hampir pukul delapan malam, suasana basement empat sangat sepi. Lahan parkir gedung rumah sakit ini memang diperuntukkan hanya bagi karyawan dan pengunjung saja sehingga pada pukul delapan malam tinggal beberapa mobil saja yang masih bertahan di sini.

Basement empat letaknya paling jauh dari lantai utama yang berada tiga lantai di atasnya. Mungkin dengan alasan yang sama, orang-orang menjadi malas parkir di sini pada jam-jam malam seperti ini.

Berkat Dante, aku beruntung bisa memiliki tiket parkir berlangganan, mengingat betapa mahalnya harga parkir di kota ini. Namun, walaupun tiket parkir berlangganan lebih mahal daripada tiket transportasi umum, aku tetap lebih senang berkendara dengan chevy tuaku. Aku merasa aman dan tenang, jauh dari tatapan menakutkan orang-orang asing di sekitarku.

Mataku bisa melihat tiang baja besar bercat putih bertuliskan huruf D mencolok warna hitam dengan sebuah tanda panah. Berbelok ke sebelah kanan, berada di sudut, tersembunyi dan sedikit gelap, di sanalah chevy tuaku menunggu.

[ END ] Broken ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang