Sembilan belas

26 5 3
                                    

||Kencan Pertama||

☆☆☆

Beberapa kali Calya mencubit punggung tangan yang satunya, rasanya masih tidak percaya. Malam ini ia berada di tempat ini dengan Gama. Momen yang sudah sangat lama dan sering Calya angankan. Alunan musik yang lembut mengiringi pertemuan pertama mereka setelah pengakuan Calya.

Sesekali Calya memperhatikan pria di hadapannya, garis wajah Gama masih sama seperti belasan tahun lalu, model rambutnya ...
Lamunannya melayang di masa putih biru, ketika ia melihat Gama di kantin sekolah, tingkah lakunya sama seperti sekarang.

"Kenapa, Cal?" tanya Gama menghentikan gerakan sendoknya, menatap Calya ketika menyadari wanita ini belum menyentuh menunya.

"Rasanya masih nggak percaya, kalo aku bisa sedekat ini sama kamu."
Calya masih berada di posisinya, seolah dengan memperhatikan Gama membuat perutnya kenyang dan yang paling istimewa kerinduan yang selama ini ia pendam bisa terlampiaskan.

Gama meletakkan sendoknya. Ia melipat dan menumpuk lengan, kemudian menatap dalam menyusuri manik Calya.

"Apa sih yang membuat seorang bintang sekolah seperti kamu menyukai aku. Anggota OSIS enggak, terkenal juga enggak, apalagi pinter. Kenapa nggak tertarik dengan Andika atau Rizki?"
Gama menaikkan sebelah alisnya, menggoda Calya.

"Mana aku tahu, Gam."
Calya mengerucutkan bibirnya, pertanyaan Gama telah mengganggu moodnya. Ia meraih gelas dengan hiasan irisan lemon dan menyeruput isinya.

"Tiga belas tahun itu waktu yang lama. Apa iya aku memang sering mampir di mimpi kamu? Sebegitunya, Cal?" Gama mengernyitkan kening, seulas senyum tercipta di bibir tipisnya. Senyuman yang seperti daya tarik tersendiri bagi Calya.

Gama meraih jemari Calya, menggenggamnya dengan erat. Calya tersenyum dengan hawa hangat menjalari pipinya, ia sangat menikmati kebersamaan ini. Penantian, kerinduan dan kehampaan yang selama ini membelenggunya kini sudah sirna menemukan titik akhir cerita.

"Maaf ya, Cal."
Gama mengecup lembut punggung tangan Calya, membuat gadis itu mengeratkan jemarinya.

"Maaf buat apa?"
Calya bertanya pelan dengan memandangi mata hitam Gama.

"Seharusnya kamu nggak perlu menunggu terlalu lama, seandainya ...," kalimat Gama tidak dilanjutkan, pandangannya beralih ke meja lain dengan sepasang keluarga yang sedang menikmati makan malam.

"Seandainya apa, Gam?"
Calya mengeratkan tautan mereka sehingga membuat sedikit gerakan menarik tangan Gama.

"Nggak papa. Aku janji, kamu pasti yang akan menjadi istri aku, Calya."

Senyum Calya lebih merekah, kalimat Gama terdengar hangat menjalari hatinya. Menghangatkan Calya dari hembusan angin malam ini.

"Gam, aku mau nanya sama kamu," ucap Calya hati-hati.

"Soal apa?"

Calya berpikir beberapa saat, "Nggak jadi." Calya menurungkan niatnya, ia tidak mau merusak moment bahagia ini.

Gama menarik dagu Calya, melemparkan senyum yang tidak pernah Calya lupakan dan tidak berubah seperti di saat mereka bertemu di bus sekolah.

Setelah menikmati makan malam, Gama tidak langsung mengajak Calya pulang. Mereka justru menyusuri jalanan yang masih ramai meski sekarang sudah menunjukkan pukul 11 malam. Mereka berjalan berdampingan dengan Calya bergelayut pada lengan Gama. Ia tidak banyak berbicara, sikap dan diamnya lebih mewakili isi hatinya.

"Kalo kamu nggak bisa nglupain aku, berarti selama ini kamu nggak pernah dekat sama pria?" pancing Gama dengan menaikkan bahu yang digandeng gadis mengenakan dress hitam selutut.

"Ya, nggak gitu juga."

"Berarti sama aja bohong."

"Ya siapa yang nyangka kalo kita bakalan ketemu lagi. Aku nggak dekat sama pria ternyata kamu udah berkeluarga. Aku gimana?"
Gama gemas dengan penjelasan Calya, ia mencubit lembut pipi tembem gadis di sampingnya.

"Sakit, Gam." Gama terkekeh.

"Kalo kamu? Pasti selama ini udah banyak wanita yang mengisi hati kamu, kan?"

Calya sengaja memancing kalimat untuk membuka soal siapa gadis berambut ikal.

"Kamu nggak perlu tahu, Cal."

"Tuh, kan."
Tangan kiri Calya terulur melewati belakang punggung Gama, memberikan cubitan pada pinggang pria yang kini merangkulnya.

Bersambung ... ☺☺☺

Calon Papa (TAMAT)Where stories live. Discover now