Lima

40 16 7
                                    

|| Harta Karun ||

Meski hampir sepekan Calya memasuki bangunan ini, nyatanya ia masih belum bisa menjaga rasa gugupnya. Apalagi semenjak ia menyadari bahwa seseorang di dalam sana adalah pengunjung setia di alam mimpinya.

Berkali-kali Mbak Amira dan yang lainnya meyakinkan, bahwa semuanya akan terbiasa seiring dengan berjalannya waktu.
Tetapi mereka tidak tahu, bahwa sumber kegugupannya bukan tugasnya yang sekarang melainkan seorang pria yang seperti biasa duduk di balik meja dan dengan senyuman ramah menyambut kedatangan mereka.

Calya membetulkan letak kartu identitas pegawainya, berusaha menghilangkan canggung yang semenjak di perjalanan terus menghinggapinya.

"Oia, Mas Gama. Mulai minggu depan Calya yang akan bertugas sendiri mengambil pick up ya, Mas," ujar Amira menoleh ke arah Calya yang masih sibuk memainkan jemarinya pada tumpukan uang koin.

Seorang pria yang bernama Gama dengan jabatan sebagai staff keuangan di PT. Indorama termenung sambil memperhatikan wanita di samping Amira.

"Sepertinya saya tidak asing dengan wajah Mbak Calya ya?"

Degg!!!

Dunia serasa berhenti beberapa detik, sampai-sampai Calya tidak sadar menjatuhkan miniatur yang berada di sudut meja.

"Maaf, Mas," ucap Calya buru-buru menunduk mengambil benda yang ia jatuhkan.

"Calya inikan sudah dua tahun bergabung dengan kami. Hanya saja selama ini ia berada di conter. Mas Gama pasti sering bertemu, apalagi kami baru pickup selama 6 bulan kan?"

"Oh iya ... mungkin begitu ya," Gama mangut-mangut membenarkan perkataan Amira.

Kirain tahu kalo beberapa tahun yang lalu kita pernah se almamater, batin Calya dengan perasaan lega.

***

"Kenapa Cal? Mukanya serius banget?" Amira yang sudah berniat pulang menghampiri meja Calya.

"Selisih nih, Mbak," nadanya pelan, apalagi ekspresi wajahnya sudah seperti balon yang sudah ditiup dan kini kehilangan udara di dalamnya.

"Sabar aja, kalau nggak pernah selisih bukan teller namanya." Amira masih menyemangati rekannya.

Calya tersenyum hambar, selisih kalo jumlahnya ribuan tidak masalah tapi ini? Satu bendel lima puluh ribuan bisa dihitungkan berapa nominalnya?

"Banyak?" tanya Amira lagi, melihat ekspresi Calya yang belum berubah.

"Menurutku sih banyak, Mbak."

Amira mengerlingkan matanya. Berdasarkan pengalamannya selama di profesi ini, jika selisih nominalnya lumayan banyak kemungkinan berasal dari kesalahan yang berkaitan dengan nasabah.

"Coba kamu hubungi Gama. Siapa tahu waktu tadi kamu menjatuhkan barang, ada uang yang ikut  terjatuh," usul Amira mengambil buku bersampul coklat, matanya meneliti mencari sebuah nomor telepon.

"Nih, coba kamu hubungi ya!" menyodorkan sebuah nama dengan beberapa angka di baris bawahnya.

"Apa jam segini dianya belum pulang, Mbak?"

"Coba aja dulu," saran Amira lagi.

Calya memencet tombol angka di telepon yang berada di mejanya. Sementara Amira masih menunggu kabar dari rekannya, dengan melipat tangan dan bersandar pada tepi meja Calya.

Beberapa menit kemudian ....
"Gimana?" Melihat garis wajah Calya, sebenarnya Amira sudah tahu jawabannya.

"Ternyata jatuh di bawah meja. Rasanya lega banget, Mbak."

"Syukurlah kalo begitu. Lain kali lebih hati-hati lagi ya, kan mulai minggu depan kamu tugas sendiri lho." Amira menyambar tasnya, melangkahkan kaki meninggalkan Calya yang sempat kehilangan beberapa oksigen di dalam tubuhnya.

"Jangan sampai kamu kesengsem sama wajahnya, setoran kamu jadi selisih tiap hari, Cal,"ledek Amira sebelum benar-benar pergi.

"Ah ... Mbak Amira bisa aja," Calya tersipu malu, kini wajahnya sumringah. Selain karena hari ini ia tidak jadi mengganti selisih uang setoran, juga karena hari ini si Dora telah mendapatkan kunci harta karun.

Nata mana Nata ... Ada bisnis penting sama lo, Nat !!!

Bersambung ...
Vote dan coment jangan ketinggalan ya para pembaca yang baik dan budiman

Calon Papa (TAMAT)Where stories live. Discover now