Empatbelas

19 7 1
                                    

|| Tamu Istimewa ||

☆☆☆

Setelah acara reuni, Calya dan Gama semakin akrab. Mereka saling bertukar pesan, kadang membicarakan soal pekerjaan tetapi tidak jarang mereka hanya mengobrol santai sambil membahas hal yang tidak penting.

"Aura-aura bahagia nih, serasa ada yang beda. Ada yang lagi belajar jadi istri idaman, bangun pagi terus bikin sarapan," ledek Nata yang mendapati sahabatnya sibuk di dapur memakai celemek motif kotak-kotak.

Nata menyandarkan tubuhnya pada tempat cuci piring, kemudian menyilangkan tangan di depan dada.
"Gimana perkembangannya si Gama?"

"Lancar. Ada kemajuan tapi gue masih nyari waktu yang tepat buat ngungkapin perasaan gue. Masih ada waktu dua bulan lagi, gue ngegantiin tugas Nanda yang cuti."

"Cepetan aja ditamatin, gue nggak sabar jadi saksi kisah perjalanan cinta monyet lo," ledek Nata lagi.

Calya mematikan kompor, mengambil dua piring dari balik tubuh Nata kemudian menuangkan isi wajan dengan sama rata.

"Sarapan dulu, yuh! Gue laper banget, kemarin malam nggak sempet makan," ajak Calya.

Calya berjalan dengan membawa satu piring, diikuti oleh Nata di belakangnya.  Baru saja Calya menempelkan pantat pada kursi makan, terdengar suara pintu di ketuk dari luar.

"Siapa ya, Nat?"

Nata mengangkat bahunya bersamaan," Air, listrik semuanya udah dibayar kan?"

Jawaban Nata sontak membuat Calya melepaskan celemek dan melemparnya ke arah Nata.
"Coba gue lihat, lo makan duluan!"

Bukannya menuruti Calya, Nata justru berjalan pelan mengekori sahabatnya. Penasaran juga di hari Minggu seperti ini ada tamu datang.

Nata terperangah, matanya melebar. Tidak menyangka tamu di pagi hari ini adalah seorang pria.

"Pagi, Calya."
Calya tidak percaya, pria itu berada di depan pintu rumahnya.

Ngapain Gama kesini?
Untung gue udah mandi, tapi bau bawang nggak sih?

Calya mencoba mengendus udara di sekitar tubuhnya, berharap ia bisa menangkap aromanya sendiri.

"Gama kamu darimana?" tanya Calya dengan gerakan pelan tapi pasti merapikan rambutnya yang ia ikat dengan berantakan.

"Dari rumah temen, ternyata daerah sini. Boleh masuk? Atau duduk di depan aja takut kena tegur pak RT?"

"Masuk aja, nggak papa. Di dalam juga ada Nata, yang waktu itu aku kenalin di reuni."
Calya menggeser tubuhnya, memberi jalan pada Gama untuk memasuki ruang tamunya yang kebetulan masih rapi.

"Duduk, Gam. Aku buatin minum ya."

"Nggak usah, Cal. Cuma mampir aja, kebetulan di rumah juga lagi nggak ada kerjaan."

Calya membulatkan bibirnya, kemudian duduk menemani pria seangkatannya. Perasaan canggung dan bahagia bercampur menjadi satu.

Boleh nggak sih, gue bilang kalo gue lagi diapelin
jiwa muda Calya yang lagi kasmaran meronta, menggantikan perasaan yang seharusnya belasan tahun lalu ia rasakan.

Keadaan hening, membuat Calya semakin canggung untuk mencari topik pembicaraan. Karena nyatanya mengobrol lewat ponsel lebih santai dibandingkan ketika bertatap muka seperti ini.
"Bentar ya, Gam, aku ke belakang dulu."

Baru saja Calya berdiri dan membalikkan badan, hampir saja ia menabrak sahabatnya yang sudah berpenampilan wangi dan rapi. Membuat kening Calya berkerut, lo mau kemana?

"Kebetulan banget, Gam. Calya baru aja bikin nasi goreng, cobain deh dijamin bikin ketagihan," ucap Nata sambil meletakkan nampan yang berisi dua piring nasi goreng dan dua gelas air putih.

"Nggak usah repot-repot, Nat. Aku juga udah sarapan,"  tolak Gama sopan.

"Nggak papa, sayang banget nih masih dua piring. Barusan juga gue udah makan," tambah Nata lagi.

Calya terdiam memperhatikan tingkah teman serumahnya, berusaha mengerti maksud Nata. Sudah jelas tadi ia hanya membuat nasi goreng dua piring, itu berarti Nata sengaja tidak menyantap sarapannya. Lalu, penampilan ini?

"Lo mau kemana, Nat? Bukannya hari ini libur ya?"

"Gue lupa ada janji."
Nata menarik tali tas yang terurai ke lengannya,"gue saranin setelah sarapan kalian juga pergi, Gam. Takutnya digerebek sama tetangga lho."

Dan dengan santainya Nata melambaikan tangan dan berlalu menghilang dari hadapan mereka.

Bersambung

Calon Papa (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang