27. Chance

496 64 9
                                    

Senja tak pernah dusta perihal janji akan selalu ada, hanya saja malam terlalu baik dengan tugas semesta untuk datang dan menjadikan senja tiada.

-Someone With Her Words-

Hari-hari berikutnya berjalan tanpa Arseno bagi Tari, begitu pun sebaliknya. Diantara mereka berdua tanpa sadar membentuk jarak satu sama lain. Tapi tak hanya pada Arseno, Tari juga menjauhi Veril dan Pojokan.

Padahal beberapa kali Arseno menjemput Tari untuk pergi bersama, atau mendatangi Tari ke kelas dan menawarkan untuk di antar pulang. Tapi Tari menolak, bahkan beberapa kali secara terang-terangan menghindari Arseno.

Jelas saja Arseno juga menjauh secara berlahan karena lelah diabaikan terus menerus.

Sekarang kelas 11 Ipa 2 sedang ada ulangan olahraga untuk nilai praktek—karena ulangan untuk nilai pengetahuan sudah dilakukan minggu lalu—membuat Tari terasa begitu hectic, mau tak mau mengikuti lari bolak-balik selama lima menit agar mendapatkan nilai.

Lima menit terpanjang dalam hidup Tari, ia merasa tengah disiksa di neraka.

Rambut Tari yang dikucir tinggi jadi sedikit basah, anak kelas Tari sedikit kaget karena melihat gadis itu dalam tampilan yang lebih fresh—terlihat lebih cantik.

Baru saja Veril mengambil tempat duduk di bawah pohon mengikut Tari, gadis itu justru buru-buru berdiri dan menepuk debu yang menempel di celana. “Gue mau beli minum, haus,” dalihnya, padahal Tari memang tak nyaman di dekat Veril.

Tentu saja ujaran tak biasa Tari membuat Veril curiga. “Biasanya juga nitip, ini tumbenan pergi beli sendiri. Mau di temenin?”

Tari menggeleng, pergi begitu saja tanpa banyak kata. Meninggalkan Veril yang keheranan dengan tingkah aneh Tari yang tak biasa.

Tapi sial untuk Tari, dia malah bertemu Arseno di koperasi. Lelaki itu sedang berdiri di depan mesin pendingin seraya mengambil susu kotak cokelat.

Padahal Tari mau memgambil itu juga.

Seakan sadar dengan keberadaan Tari yang masih berdiri di depan mesin pendingin, Arseno justru menyerahkan kotak susu itu pada Tari secara mendadak. “Kayaknya nggak enak, padahal udah gue bayar duluan. Sialan,” umpatnya kemudian pergi begitu saja tanpa menunggu respon Tari.

Tari memandang kepergian lelaki itu dengan tatapan bingung. Sayup-sayup diantara keributan, Tari bisa mendengar ucapan teman Arseno. “Lo aneh banget, biasanya beli minuman soda. Ini kenapa dadakan beli susu cokelat? Mana dikembaliin lagi.”

“Gak tau ah,” sahut Arseno cuek, malah agak ketus juga.

Tari tak paham dengan sifat lelaki satu itu.

***
“Gue ada salah ngomong, ya?” tanya Veril yang mulai sadar kalau Tari menjauhi Pojokan. Gadis itu sudah beranjak pergi sejak lima belas menit yang lalu dengan alasan ingin pergi ke toilet. Padahal sejak jaman orok, Veril dan Tari adalah unit tetap saat pergi ke toilet.

Sekarang? Tari kemana-mana lebih sering sendiri tanpa mengajak siapa pun.

“Apa gara-gara kemarin kami berantem soal kucing bunting ya?” ujar Veril mulai berspekulasi. Sekarang jam istirahat, jadi mereka bisa santai sambil ngobrol minum susu kotak cokelat dingin.

My Illegal Boyfriend Where stories live. Discover now