24. Please, Can You Trust Me?

645 70 20
                                    

Ada baiknya saat menjadi sendiri adalah ketika seseorang tak datang, maka hati tak perlu merasa takut untuk kehilangan disaat seseorang itu harus pergi.

-Tari Ashallegra-

Di permukaan, orang-orang cenderung memandang Veril bahwa hidupnya baik-baik saja. Jika ada masalah pun, orang-orang juga terbiasa berpikir jika Veril pasti bisa mengatasi masalah tersebut. Bahkan sepertinya pola pikir seperti itu pun telah tertanam di otak Tari yang notabene adalah sahabat karib Veril.

Lima menit mungkin menjadin rekor terpanjang selama hidup Veril untuk terdiam termenung dengan mata berkaca-kaca.

Tapi jauh di dasar hati, ada berbagai gumpalan yang Veril sembunyikan dan ingin ia tenggelamkan agar tak terlihat di permukaan.

Serena menemui Veril beberapa hari yang lalu. Awalnya Veril berpikir jika Serena mencarinya hanya untuk membujuk Veril agar mau kembali pulang ke rumah. Tapi ternyata Serena membawa berita lain. Dua berita, dengan kadar respon yang jelas berbeda.

Berita pertama, jelas membuat Veril bahagia meskipun tak ia ungkapkan di depan Serena. Wanita yang sudah lama sendiri itu telah di lamar oleh seorang pria, dan lamaran secara resminya akan di laksanakan dalam waktu dekat.

Namun kabar kedua yang membuat Veril terdiam.

“Nanti Mami sampaikan pas acara lamaran Mami. Kalau kamu mau nerima hadiah Mami, Mami janji, bakalan bolehin kamu buat ambil jurusan musik saat kuliah.”

Jelas-jelas tawaran Serena terdengar menggiurkan sekaligus terdengar ganjil di waktu yang bersamaan. Ada angin apa hingga Serena merelakan Veril masuk ke dunia yang selama ini Serena benci?

Veril tak mau berprasangka buruk, bisa saja calon suami Serena sekarang memiliki pemikiran yang bagus sehingga bisa membuka pikiran Serena soal dendam lamanya. Tapi tetap saja, meskipun sudah berusaha sekeras apa pun untuk tak berprasangka buruk, perkataan Serena masih saja menjadi buah pikiran di otak Veril.

Mau tak mau, Veril jadi sering melamun untuk menerka-nerka ‘hadiah’ apakah yang Serena maksud? Kenapa sampai harus menunggu waktu lamaran Serena tiba?

“Hei, ngelamun?” Cakra menepuk pundak Veril dari belakang. Gadis itu sudah terdiam di dekat tredmil sejak lima belas menit yang lalu seolah-olah memikirkan sesuatu. Veril menoleh saat Cakra mengambil tempat di sampingnya. “Mikirin apa? Udahan olahraganya?”

Veril mengendikkan bahu, ragu. Memang benar, sekarang dia sedang ada di gym Aksara milik Cakra. “Lagi kepikiran sesuatu aja, Bang.”

Padahal rata-rata cewek yang mengenal Cakra pasti memanggil lelaki itu dengan sebutan ‘Kak’. Tapi Veril berbeda, karena keseringan main sama anak cowok sejak kecil, ditambah selalu mengikut kemana perginya Leo, dia jadi terbiasa bersikap mengikuti anak laki-laki pada umumnya.

“Mau cerita?” tawar Cakra, atau anak-anak biasa memanggil dengan sebutan Cacang. Dia memang dekat dengan Veril. Well, laki-laki mana yang tak Veril dekati meskipun bukan untuk dijadikan pacar? “Lo tahu kalau gue lumayan bisa dijadikan tempat curhat.”

Veril terkekeh samar. Tangan yang terpoles cantik oleh kutek berwarna baby pink itu mengusap lututnya yang terbalut kain celana dengan pelan. “Gue lagi khawatir sama sesuatu, tapi gak tahu apa. Perasaan gue nggak enak.”

“Palingan perasaan lo doang,” ujar Cakra berusaha tak ambil pusing. Toh kalau berspekulasi macam-macam justru malah membuat Veril mumet sendiri. “Udah nggak usah dipikirin, cewek emang suka gitu, apa-apa aja dipusingin.”

Veril mengangguk setuju, membuat Cakra kian mengerutkan kening. Tak biasanya cewek satu ini terlihat kalem. Gadis itu menekuk lutut, lantas menunduk kembali dengan tatapan kosong menghadap lurus ke depan.

My Illegal Boyfriend Where stories live. Discover now