Part 1💜

97 20 34
                                    

"Tapi ya, kuliah disana itu susah. Nggak yakin aku lulus. Lulus, dan ortu gimana?" Ucap Raisya.

Salah satu di antara mereka menggeram, "aku sih bisa aja! Cuma ortu neresahkan!"

"Astaga..m–mungkin itu tak akan terjadi hehe" Ucap Maura.

"Ya tu Nya! Astaga dragon Nyaaaaa..cem mana pula lah minta izin ni ha..nanti yang ada diomelin. Ya Allah!!! Sabarkan lah hambamu ini" Ucap Dhila. Dengan. Melengking.

"Tasy..kok diem aja.."

"Hah? Aku kayak nya setuju deh! Pasti seru tuh..kita itu cuman ikut tes guys. Diterima atau nggak nya belakangan deh. Gini-gini bilangin aja ke ortu kalian tu. Mama dan Papaku ini cuma ikut tes. Kan mana tau dapat beasiswa. Apa yang kalian pikirin lagi?"

"Uang, bahasa, dan tempat tinggal. Emang mu bisa Tasy? Itu yang aku khawatirin. Andai aja ni heh kita keterima. Terus kita gak jadi kuliah disana gara gara itu tasy!" Ucap Raisya final.

"Gimana kalau kita minta izin aja dulu. Gak mungkin lah gak boleh. Masa mau tes kuliah sana gak boleh" ucap Puty. Dia sudah lelah melihat perdebatan ini.

"So? Gimana semuanya?" Maura langsung saja ke intinya. Sepertinya dia punya pilihan Universitas yang bagus di Korea. Sebenarnya dia ingin sekali kuliah di sana tapi..apa orang tuanya membolehkan? Jurusan bagaimana? Dan kalimat itu membuat mood Maura menjadi buruk. Rasanya berat sekali, kalau impian dihambat orang tua.

"Kalian ini kenapa diam? Aku yakin sekali kalian mencurahkan keluh kesahnya kan? Aku tau itu..jelas sekali dari raut wajah kalian". Tiba tiba Raisya menjadi cenayang. Ntahlah jelas sekali melihat raut wajah sahabatnya itu. Raisya tersenyum binar.

"Lah kok cenayang?!" Raisya tertawa terbahak bahak melihat itu. Berbalik sekali dengan tatapan sahabatnya, menyeramkan sekali, pikir Raisya. Dan tentu saja banyak terseyum kagum.

🌻🌻🌻.

'Membosankan'. Kata itu yang menggambarkan kelas ini. Matematika. Arrrrgh..rasanya ingin terjun saja. Liat lah Raisya dan Tasya itu wah modal nekat sekali. Guru lagi menjelaskan malah tidur. Ckckck. Sahabatnya jadi geleng geleng kepala.

"Baiklah anak anak sekian untuk hari ini dan jangan lupakan pr halaman 110. Terima kasih. Assalamualaikum"

Dengan sigap Raisya dan Tasya melipat ujung bagian kertas halaman 110 dan langsung menghampiri meja sahabatnya itu. 'Maura sepertinya badmood' pikir Tasya.

"Mo..ada masalah? Kuliah tadi? Kalau mu nggak bisa. Kami juga gak ikut kok" ucap Tasya dan diangguki yang lain.

"Nggak, cuma aku bingung mau jurusan apa hehe...aku pengen bet masuk jurusan psikolog, suer dah. Tapi orangtu.." ucapan moa terpotong karna Raisya

"Ck..ngapain dengerin ortu? Yang mau kuliah siapa? Kita cuma minta duit buat biaya, udah itu doang" ucap Raisya santai.

"Terus kita ngelawan?"

"Fiuh..mau ku tampol ni anak rasanya. Biar kami saja yang bicara. Atau minimal aku saja. Serahkan padaku" ucapnya dengan kesal, ditambah cuaca yang sangat panas membuat moodnya buruk.

"Dan sekarang ayo kita cus ke rumah moa" ucap Raisya sambil berjingkrak jingkrak.

"Rumah moa? Tiba tiba kali..tapi gak papa lah ya. Jom!!" Ucap Dhila mengikuti Raisya, tapi Dhila itu lebih kalem daripada Raisya.

"DASAR MAKNAE!!" Ucap semuanya. Sedangkan yang disindir malah udah jauh di delan sana. Maknae durhaka emang :v

🌻🌻🌻

Setelah berpanas panasan menaiki angkot. Akhirnya tiba juga di rumah Maura. Terkadang..mereka merasa rumah Maura adalah rumah kenangan. Tak terasa saat di rumah Maura, Raisya meneteskan air matanya. Mereka sepertinya belum sadar. Ya, wajar saja Raisya jalannya di belakang. Saat di kamar Maura, Raisya buru buru menghapus air matanya.

"Eh, Rai, kamu nangis? Matamu merah" Tanya Puty penasaran, sebenarnya sejak tadi dia merasa aneh dengan Raisya. Tiba tiba dia diam aja di belakang. Makanya dia langsung tanya aja

Sial ketahuan. Batin Raisya

"Hah? Siapa yang nangis? Mana pula mataku merah..enak aja!" Sangkal Raisya

"Please Rai, kamu gak anggap kami sahabat? Kita udah lama sahabatan tau..jangan mu sangka aku gak tau mu sering nangis diam diam di rooftop sama taman belakang sekolah. Kalau kamu punya masalah kasih tau Rai" kali ini Maura menjawabnya. Dia tak tahan dengan tingkah Raisya ini seolah baik baik saja. Sudah muak dia dengan ini. Ingin sekali dia memeluknya saat dia meneteskan air matanya. Tapi apalah dayanya. Dia takut ketahuan.

"Maksud mu apa Mo? Raisya suka nangis diam diam? Rai, bilang aja ke kami kamu kenapa mulai saat ini. Rahasia? Kalau itu memang privasi mu, ok, gak kami paksa, tapi berusahalah bilang sesuatu apa yang terjadi pada orang lain, ya?" Vania tak tau kalau selama ini Raisya suka begitu. Hah..dia merasa tak berguna sebagai sahabat.

"Hei..kalian ini kenapa? Ok, aku ngaku tadi nangis..aku lagi gak punya masalah kok..cuma aku merasa kenangan kita banyak di kamar ini. Hah..aku tak tega kalau kita pisah. Itu yang ku pikirkan..hiks" Raisya tak tahan lagi dia akhirnya menangis. Termasuk Dhila. Tentu saja. Meskipun para maknae ini seperti tak punya malu. Tapi mereka..ya..begini..mudah menangis.

"Sungguh aku gak tahan..hiks..kalian berharga buat aku. Jangan lupain aku ya? Hiks..kalau kalian lupain aku pun..aku akan berusaha mengingat kalian..hiks..hiks. Aku sudah menganggap kalian seperti saudariku..sejak dulu aku ingin punya kakak. Ternyata sekarang aku punya kalian. Aku sampai tak tega kalau kita pisah kuliah. Aku gak mau..hiks. Sebenarnya rencana kita kuliah ke Korea tadi, aku sangat setuju. Aku bersyukur kali kita bisa bersama lagi. Tapi ya gini..kita terlalu bermasalah dengan ortu..takut. hiks. Sudahlah kalian tak perlu menangis juga. Aku takut itu saja. Takut apa? Takut kita bertengkar gara gara hal sepele. Aku gak mau ada yang kayak novel novel yang ku baca..hiks. Aku gak mau kehilangan kalian..huaaaaa mamakkkkk anakmu menangis" Raisya sudah mengeluarkan semua unek uneknya..sahabatnya pun menangis. Mereka tak menyangka pemikiran Raisya sedewasa itu. Walaupun dia sanagt pecicilan dan bar bar..tapi..ya..mereka semua menangis..tak tahan lagi Dhila menangus sejadi jadinya. Sedangkan Maura dan Puty, mereka menangis tertahan, walau setetes air mata tetap keluar. Tasya? Dia sudah sibuk dengan tisunya. Vania dia menutup muka nya dengan telapak tangan.

"Aku gak mau kehilangan kalian, selamanya" ucap mereka bersamaan. Seperti keajaiban. Mereka sudah satu hati dan pikiran.
Raisya pun memeluk Maura dan Puty secara bersamaan. Dan dia mengode kepada Dhila, Tasya, Vania untuk berpelukan juga.
"Ku harap kita selamanya"
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang menangis melihat itu. Sungguh dia terharu.

🌻🌻🌻

Setelah adegan berpelukan itu, mereka hening beberapa saat. 'Aku harus rajin belajar biar dapat kuliah di Korea!' Kira kira seperti itulah kata kata mereka dalam hati. Mata mereka masih sembab. Hidung nya ada yang merah. Tak usah tanya siapa. Yang jelas mereka hanya ingin bersama selalu dan jangan melupakan satu sama lain. Hilang kontak? Cari sampai dapat!

"Rai, aku gak nyangka kamu bisa mencurahkan hal itu kepadaku. Bagaimana caranya? Mu tengok mbah gugel ya? Sudahlah merusak moment saja aku ini" ucap Tasya sambil terseyum nyengir

"Sudah tau merusak moment, mu lakuin juga baru, aneh!" Sewot Dhila

"Ck..entahlah..kata kata itu mengalir di otakku. Itu yang ku inginkan. Bisa kah kalian mengabulkannya?" Raisya sangat berharap agar ucapannya bisa di tepati semua sahabatnya. Kecuali satu, dia tak ada disini, kemana dia? Kenapa meninggalkan kami?

"Tentu saja kami bisa, itu janji persahabatan kita ya.." ucap puty

Tiba tiba pintu Maura terbuka, dan menampakan mamanya yangbsedang membawa minuman.

"Eh..mata kalian kok sembab semua. Ngapain emang?" Tanya Mama Maura penasaran

"Eh..gak kok tan. Tadi itu nonton drakor, habis itu sad ending pula lagi tan..makanya nangis" ucap Raisya lancar. Pintar kali lah ni anak boong nya. Kira kira itu batin sahabatnya katakan.

"Bukannya Maura nggak suka drakor ya?"

"Aku paksa tan, hehehehe" ucap Raisya sambil nyengir kuda

"Pintar banget boongnya!"

Our Way [END]Where stories live. Discover now