22. CLBKTSSYE

8.9K 2K 1.4K
                                    

SECARA HARFIAH aku akan selalu mengingatkan fakta bahwa aku anaknya apa-apa curhat. Apalagi ke Lily. Mungkin jika ada surat resign pertemanan, cewek ini bakalan ngantre paling depan.

Tapi nggak juga sih???? Kan??? Kita??? Sahabat????

Judul besarnya aku nggak bisa lupain omongan Yangyang. Nggak bisa. Ada banyak keraguan ketika aku harus ceritain ini ke Lily, dan yang paling bisa aku tangkap dari respons Lily nantinya Lily bakalan nyaranin aku buat nolak Yangyang.

Karena secara logika, cewek itu udah mati-matian bantuin aku buat lupain Yangyang selama tujuh bulan dan dalam waktu tujuh menit Yangyang merubah semua usaha Lily dengan berupa ucapan.

Aku harap aku bisa ngikutin kata logika, yang mana artinya aku MIKIR kayak woy lo tuh udah capek banget lupain dia pake acara download aplikasi terus bohongin semua orang terus terlibat masalah, belum lagi Yangyang udah jalan sama Yiren udah nyuruh lo buat lupain dia WAKE UP?????

Huft ... i hope i can through it well.

"Ayo Feb!" kata Lily yang lagi gandeng Yena.

"Duluan deh gue masih ada soal yang belum keisi," jawabku.

Yena memajukan bibir bawahnya, "Gaya banget soal katanya???? Lo sama gue kan sebelas duabelas! Kalo Lily yang ngomong baru gue percaya!"

Lily ketawa, "yaudah deh lo nyusul aja, ya! Gue sama anak-anak duluan?" Katanya dan aku mengangguk.

Setelah mengiakan, keduanya pergi dari ruang kelas dan meninggalkanku, maksudnya dan meninggalkanku disini berempat dengan Soodam, Jiwoo dan Yehana. Namun kemudian aku berhenti mengerjakan soal karena sebetulnya daritadi juga mikirin Yangyang bukan mikirin tugas.

Soodam membeku. Dia bahkan nggak gerak sama sekali, duduknya kaku bahkan itu sudah 10 menit berlalu semenjak bel dibunyikan. Oh fyi, semua anak cewek yang hendak keluar pasti ngajak dia buat join tapi daritadi dia tolak, literally dia tolak bahkan natap wajah orang juga cuma seperempat detik.

Kalau dia begini aku yang takut.

"Eh Dam, kok lo nggak keluar gitu, emang gak laper?" tanyaku mencairkan suasana diantara kami berdua. Karena pada dasarnya tempat duduk Jiwoo dan Hana cukup jauh dari letak tempat dudukku dengan Soodam jadi seolah-olah cuma kita berdua yang ada di kelas.

Soodam menggelengkan kepalanya sekali.

"Ooh ... eh lo sekolahnya dulu dimana?" tanyaku lagi. Soodam nggak jawab. BINGUNG.

"Gimana disini betah nggak? Disini tuh ya kaya gini sih,  berisik kan ya? Meskipun dalam pertemanan berkubu tapi kalau dalam pelajaran solid kok ... kalo ulangan."

Dia masih diem.

"Bercanda deng. Intinya enjoy aja sih ... heheheh???" Kataku. Soodam cuma senyum kecil. Ngapain lagi ya enaknya? Soalnya serius, aku lagi nggak mau keluar kelas, aku nggak mau ketemu Yangyang.

"Eh iya, lo temennya Lucas bukan, sih? Soalnya si Lucas pernah cerita ke gue kalau temennya mau pindah kesini?"

Soodam nengok ke arahku, "Temen?" tanya dia.

"Iya temen, emang kenapa? Lo saudaranya?"

"Bukan. Iya kenal, tetangga." Jawab Soodam akhirnya.

"Serius?"

Soodam ngangguk. Aku menopamh daguku dengan menghadap ke arah cewek ini.

"Eh ngomong-ngomong kok lo pindah dari sekolah lo yang dulu?"

Soodam diam, dia menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa." Katanya dan bisa aku simpulkan bahwa dia nggak mau banyak kasih informasi tentang diri dia ke orang baru, dan karena aku takut dia risi karena aku tanya-tanya, aku menghentikan kegiatan mengobrolku denganya.

(✓.) Midnight StrangersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang