18. "Iming Li Siipi, Yi?"

7.6K 2K 1K
                                    





UPDATE TENGAH MALAM BEGINI FAEDAHNYA APA GATAU ABIS GUE GABISA TIDUR BANGET ANEHHHH. HAPPY READING (((((((BUAT YANG MASIH BANGUN)))))))










A.N Ini chapter paling panjang selama aku nulis di Wattpad. Semoga ga lemes matamya aamiin.










□■□






"Kemarin ada tamu kan ... buat gue?"

"Eh bukan buat gue, maksudnya, tamu yang ada sangkut pautnya sama gue?"

Aku langsung melempar pertanyaan yang sudah menunggu untuk keluar dari dalam otakku ketika aku sudah sampai rumah dan bertemu Jaemin.

"Ohh ... iya itu, helm?" tanya dia.

"IYA!"

"Ada," katanya.

"Kok lo nggak ngasih tau gue kalo ada yang ngambil itu barang kemarin?"

Betul nggak sih? Seharusnya Jaemin bilang, setidaknya dia kan masuk kamarku. Aku ingat kalau helmnya itu aku simpan di kamar.

"Kata dia nggak usah kasih tau!" jawaban Jaemin buat aku melongo. Kok rasanya isi dunia ini jadi pada nurut sama perkataan Haechan semua? Haechan ini dajjal apa ya?

"Kenapa lo iya iya aja sih, lo dibayar?"

"Ya nggak sih ..., lu aja baru tanya sekarang," jawab Jaemin. Aku duduk di kursi makan, kemudian menyimpan kedua sikutku ke atas meja dan memijat-mijat kepalaku yang rasanya pening.

"Emang kenapa kalau Bang Alex kesini?" tanya Jaemin selanjutnya.

Dahiku mengernyit, ini anak lagi ngomongin siapa?

"Alex siape?"

"Yang kemarin kesini kan yang ngambil helm,"

"Apaan sih Alex! Haechan namanya, ngaco lo!" aku geleng-gelengin kepalaku. Bayangin kenapa jadi banyak banget nama dia? Udon lah, Haechan lah, Alex lah. Ada motivasi apaan dia namain diri dia Alex?

Jaemin diem, agak mikir, "Kemarin mah bilangnya Alex," jawab Jaemin.

"Lo nggak usah percaya sama omongan dia, dia tukang bohong anaknya,"

Jaemin duduk bersebrangan dengan kursi milikku, gelagatnya seperti tertarik dengan apa yang katakan.

"Emang dia siapa si? Kok helm dia bisa ada di kamar lu?"

Aku menaikkan kedua bahuku untuk menjawab, "ah, nggak tahu lah orang aneh. Pokoknya kalau suatu saat dia ke rumah lagi, terus gue lagi nggak ada, lo jangan bukain pintu, lo tutup-tutupin gordennya, pintunya kunci, pokoknya kayak nggak ada orang aja gitu. Paham nggak lo?"

"Tapi anaknya baik sih, Teh," kata Jaemin, bukannya ngejawab malah ngasih pendapat. Emangnya gue mau tau, apa?

"Kemarin ngobrol anaknya asik,"

"Gue nggak peduli. Lo paham nggak apa yang tadi gue omongin?"

Jaemin berdecak, "he'euh!"

Setelah dirasa tidak ada lagi pembahasan yang perlu aku bahas dengan Jaemin, aku beranjak mengambil tas sekolahku dan pergi menuju kamarku yang berada di samping kamar mama dan papa di lantai satu. Selain alasan sebelumnya, hal itu disebabkan juga karena Lily tiba-tiba menelpon. Baru juga ngobrol tadi kok udah nelepon lagi?

Sebelum aku mengangkat panggilan teleponnya, aku mengunci pintu kamarku dan bergegas mengganti kemeja seragam dengan baju rumah.

Klik.

(✓.) Midnight StrangersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang