44. Terluka

15.1K 860 52
                                    

'Satu luka dibalas oleh seribu luka!'


。。。。。。
。。。。。。

Hari senin kembali hadir. Mungkin bagi sebagian orang membencinya, namun tidak untuk ana. Pagi seperti ini di meja makan keluarga radja telihat hangat dengan candaan candaan yg keluar dari alatha. Sikap Alatha sangat berubah 180°. Apalagi semenjak mami nya sudah sembuh membuatnya semakin seperti bukan alatah.

"Pii kenapa ana ga di pindahin aja bareng all?" Sepertinya ini kalimat yg keseribu yg alatha ucapkan. Selama ana tinggal disini kalimat tersebut selalu saja di keluarkan dari mulut alatha.

"Ana ga mau ka" Dan itu adalah jawaban ana setiap kali alatha memohon agar ana pindah dengannya.

"Ga mau kenapa? Pasti karna gebetan kmu itu kan si arthur?" Tuduh alatha dengan menunjuk ana dengan sendok nya.

"Bu-bukan lah ka, aku disana udh nyaman ko" Ana sebursaha mungkin menjawab tanpa ada kegugupan, namun sepertinya itu tidak berhasil. Terlihat jelas wajah salah tingkah ana.

"Uhhh anak mami ternyata sudah besar" Ucap tiara menggoda membuat ana semakin merona.

"Bullshing?" Tanya justin yg membuat ana semakin merona.

"Apasih bang" Ucap ana sedikit kesal lalu meminum susu nya.

"Sejak kapan kembaran kaka ini malu malu?" Alatha ikut menggoda dengan terkikik geli melihat ana yg semakin malu.

"Papiii" Ana merengek kepada papinya yg membuat semuanya terkekeh melihat ana yg merona dengan wajah yg cemberut.

"Tenang aja, papi setuju ko ana sama arthur" Alex ikut menggoda putrinya. Ana semakin cemberut melihat semua keluarga nya menggodanya. Namun ia pun bahagia dengan kondisi hangat seperti ini.

"Udah udah kasian anak mami wajah nya udah merah gituu" Lerai tiara melihat sang putrinya yg semakin malu.

"Lgian nihh ya mii masa ana punya gebetan modelan tembok gitu, all aja jarang banget denger dia ngomong" Gertu alatha seolah tak terima.

"Kan 11 12 sama abang kamu" Ucap tiara dengan melirik justin yg memakan nasi goreng.

"Iya juga sii" Ucap alatha dan kembali memakan makanannya.

"Ana jangan lupa minum obatnya yah" Peringat tiara kepada putri satu satunya. Ana pun mengangguk dan mengeluarkan obat dari dalam ranselnya.

Tiara tersenyum sendu melihat anaknya yg berbeda seperti gadis lain di luaran sana. Disaat gadis lain bisa berjalan bebas, maka anaknya sulit untuk berjalan. Disaat gadis lain tidak memusingkan kondisi tubuhnya, maka anaknya harus memikirkan kondisinya. Ahhh putrinya ini gadis yg berbeda. Semoga saja itu hanya sementara dan cobaan dari yg tuhan kasih.

"Pagii" Suara bass tersebut mengalihkan semua perhatiaan semua yg berada di meja makan. Terlihat arthur dengan wajah datarnya yg berdiri tak jauh dari meja makan.

"Pagii" Semuanya menjawab. Tiara pun menghampiri anak dari sahabatnya ini. Dulu anak ini masih mungil. Hanya beda berapa bulan saja oleh anak kembarnya. Sekrang anak ini sudha besar dan tampan persis seperti samuel remaja.

"Mau jemput ana?" Tanya tiara mengusap rambut arthur lembut yg sedang menyaliminya. Arthur pun hanya mengangguk dengan senyum tipis nya.

Tiara mengajak arthur duduk bersama, masih terlalu pagi jika berangkat sekarang. Arthur menyalami alex dan menyapa justin sesaat. Justin pun hanya membalas anggukan dan senyuman tipisnya. Dua manusia kutub.

Mereka pun kembali memakan makanannya masing masing dengan arthur yg hanya memakan selembar roti sebab dirinya sudah makan saat dirumah. Diselingi candaan membuat arthur terkadang harus tersenyum tipis. Apa lg bahan candaan nya ialah dirinya dan juga ana. Tiara, alex dan juga alatha terus menggodanya. Dan mau tak mau ia harus membalas walapun hanya dengan senyuman tipis dan beberapa kata.

Different [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant