41. Berusaha Sembuh

15.7K 852 14
                                    

'Tidak ada usaha yg mengkhianati hasil. Jika tidak berhasil berusahalah kembali!'

。。。。。。。
。。。。。。。

"Sudah berapa kali saya bilang?! Cepat hancurkan!" Desis pria paruh bayah menatap berang ke anak tunggalnya.

Lelaki tersebut hanya menatap papah nya datar. Baginya ini sudah biasa. Terlalu banyak drama di keluarganya membuat ia muak. Jika bukan karna ibunya ia tidak akan mau melakukan hal keji ini.

"Saya ingin berhenti!" Desisnya tajam.

"Kamu ingin kehilangan ibumu rupanya" Ucap pria paruh bayah tersebut dengan nada sinis.

"JANGAN MACAM MACAM!" Triak lelaki tersebut marah. Dada nya naik turun saat mendengar nada ancaman yg ia dengar dri manusia busuk di hadapannya yg sialnya itu adalah papahnya sendiri. Takdir buruk untuknya mempunyai orang tua iblis seperti papahnya.

"Jika kamu ingin ibumu selalu baik! Turuti perintah saya!" Tekannya di akhir kalimat lalu berlalu pergi meninggalkan ruang tamu yg ada di rumahnya ini.

Lelaki tersebut mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras. Selalu! Selalu ancaman itu yg ia dengar. Ia muak! Muak menjadi babu untuk membalaskan dendam nya kepada orang yg tidak tau apapun. Papah nya terlalu terobsesi untuk membalaskan dendamnya karna masa lalu.

🌻🌻🌻🌻

Ini sudah hampir seminggu setelah kejadian dimana mereka di ganggu oleh geng renald. Ana pun semakin mengenali keluarganya. Hari hari yg ia lalu hanyalah kesembuhannya.

Seperti saat ini, setiap sore hari ia akan berlatih berjalan bersama dokter dan perawat pilihan papinya. Dan selalu ada arthur yg bersama. Bahkan ana bingung, apa arthur tidak bosan menunggunya seperti ini?

Ana mengelap kening yg berkeringat dengn punggung tangannya. Melelahkan. Perjuangan baginya agar bisa menggerakan kakinya kembali.

Arthur mengambil tissu dan membantu mengelap keringat ana yg berada di dahinya. Menyerahkan air putih kepada ana yg di terima baik. Perilaku arthur membuatnya terbiasa dan tidak terlalu canggung walpaun jantung selalu berulah.

Setiap harinya yg ia lakukan hanya untuk menyembuhkan penyakitnya. Terkadang ana bosan dengan ini semua. Kambuh, meminum obat, ke rumah sakit untuk mengontrol penyakitnya. Membosankan. Apa lg dengan keposessifan kaka nya dan orang rumah. Uhhh ana kadang di buat jengkel.

Sikapnya pun tidak terlalu kaku seperti awal. Ia sudah terbiasa dengan ini semua. Yg terkadang membuat ana kesal adalah larangan dari keluarganya. Ana ingin mengambil minum saja di larang dan harus memanggil sarah, jika tidak sarah akan di pecat. Mana bisa ana membuat sarah di pecat hanya karna ia tidak menyuruh sarah. Belum lagi kemarin saat ia ke dapur untuk membantu para maid, Namun semua maid panik yg berakhir kaka nya justin marah. Padahal ana baru saja memegang pisau dapur.

Ana tidak mengerti, tugasnya hanya diam dan menurut. Dirinya bosan sekali. Biasanya ia akan selalu membantu bunda, bekerja untuk membeli obat. Dan sekarang? uhhh baru niat untuk mengerjakan saja sudah di larang. Menyebalkan.

"Cape?" Tanya arthur yg masih mengelap wajah ana yg berkeringat. Kemoterapi saat ini sudah selesai dan akan berlanjut esok hari. Jadwalnya memang setiap hari, sampai membuat ana kesal.

Different [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang