Ada lima meja bundar di ruangan itu dengan diisi tiga orang di setiap mejanya. Semuanya lansia, yang memiliki ciri khas serupa dengan rambut memutih juga dibalut pakaian hangat. Yang tampak begitu gembira menyambut kedatangan Romeo. Seolah laki-laki itu adalah anak mereka.

"Bukan hanya Romeo yang datang hari ini," gerutu Jack. "Kenapa aku tidak disambut seramai itu?"

"Kau selalu menggerutu, Jack. Perbaiki penampilanmu itu. Aku tidak suka melihat kemejamu kusut begitu. Kau bukan anak jalanan." ujar seorang wanita tua lain, yang tidak jauh dari tempat Jack berdiri.

"Kalau begitu aku saja yang memelukmu," Jack menunduk dan memeluk wanita itu erat meski dihadiahi pukulan lemah di punggungnya.

Ronald berada di ujung ruang tengah mengeluarkan barang-barang yang tadi mereka bawa. Romeo meletakkan kotak yang tadi juga dibawanya di sana.

"Hari ini kami juga membawa seorang teman baru," Romeo menoleh ke arahnya. "Namanya Bella. Dan dia memiliki tangan ajaib."

Seketika seluruh pasang mata di ruangan itu melihat ke tempat Bella berdiri. Bella tersenyum kikuk, tidak siap atas perkenalan tiba-tiba itu. Romeo menghampirinya, dan menggandeng tangan Bella. Ia merasakan ada sesuatu mengganjal di sana, tapi tetap mengikuti tarikan laki-laki itu mendekati sebuah meja.

"Tidak ada yang memiliki tangan ajaib, Romeo. Kau mengira aku anak kecil?"

"Tidak, Mary, " Romeo mengusap bahu wanita itu. "Ulurkan tanganmu agar aku bisa membuktikannya."

Wanita itu mengulurkan tangan menghadap ke atas. Lalu Romeo melepaskan genggaman mereka dan meletakkan tangan Bella menggenggam tangan wanita itu.

"Kau bisa merasakannya, Mary?" tanya Romeo.

Semula wanita tua itu mengernyitkan dahi, lalu meremas tangan Bella sedikit lebih kencang. Seketika senyuman terbit di wajah keriput yang menularkan senyuman bahagia.

Wanita itu lalu menatap Bella. "Senang melihatmu, Bella."

"A-aku juga. Senang mengenalmu, Mary." ketika genggaman tangan mereka terlepas, ada sebuah cokelat berbentuk persegi kecil di tangan Mary. Cokelat itu tadi yang diselipkan Romeo ke tangannya sebelum bersalaman dengan wanita itu.

Mary langsung menyimpan cokelat itu di saku baju hangatnya. Wanita itu masih sempat meremas tangannya dengan senyuman hangat sebelum Romeo membawanya bergabung dengan Ronald dan Jack yang sedang menyiapkan kopi.

Romeo langsung mengambil alih mesin espresso setelah sebelumnya menggulung lengan kemejanya lebih dulu. Ronald bicara dan tertawa dengan para lansia. Jack juga menyajikan kopi-kopi yang sudah siap ke meja. Bella mempersiapkan kue-kue yang ada di dalam kotak untuk dipindahkan ke piring.

"Mary sangat suka cokelat. Tapi harus mengontrol jumlah konsumsinya karena masalah kesehatan," Romeo menjelaskan. "Aku membawakannya sedikit setiap berkunjung kemari."

"Kalian sering berkunjung dan menyajikan kopi?"

Romeo mengangguk. "Kopi sangat dianjurkan untuk lansia. Bisa memberikan energi untuk mereka yang tidak sekuat dulu." Romeo meletakkan dua cangkir kopi yang baru di buatnya di atas meja. Laki-laki itu berdiri di sebelah Bella. "Aromanya juga bisa membangkitkan gairah."

Ronald datang dengan nampan kosong. "Mary memanggilmu, Romeo."

Romeo membawa beberapa cangkir kopi yang sudah dibuatnya dan menghampiri Mary. Wanita tua itu terlihat bersemangat bercerita dan Romeo mendengarkannya dengan penuh perhatian.

PrepossessWhere stories live. Discover now