26. Promise

5.6K 467 16
                                    

26. Promise

"Dengan meminta maaf, tidak akan membuat derajat seseorang menjadi tinggi atau rendah, dan orang yang memaafkan pasti berhati mulia."

Kabhi Kushi Kabhi Gham

Romeo: Gil ...

Ragil yang saat itu baru tiba di rumah dan mengaktifkan ponselnya terkejut melihat chat dari Romeo. Saudaranya itu hanya mengirim satu pesan, tidak lebih. Tapi, kenapa Romeo mengirimnya pesan setelah sekian lama? Bahkan saat dia mencoba menelepon Romeo, cowok itu tidak pernah menjawab panggilannya.

Ragil hendak membalas chat Romeo namun tangannya malah menekan panggilan. Ketika sadar apa yang dia lakukan, buru-buru Ragil hendak membatalkan panggilan saat mendengar suara dari speaker ponsel.

"Halo."

Tangan Ragil bergetar, mungkin terkesan lebay. Tapi sebenarnya saat ini dia belum siap bicara secara langsung dengan Romeo meski itu lewat telepon.

"Ragil?" panggil Romeo karena Ragil tidak juga bersuara.

Ragil memutus sambungan lalu menyandar ke sofa. Tidak lama kemudian ponselnya bergetar, Romeo yang menelepon. Butuh beberapa detik untuk Ragil menjawab panggilan dari Romeo.

"Kenapa teleponnya ditutup?" tanya Romeo, lagi-lagi dengan suara serak.

Ragil menelan ludah. "Pulsaku habis barusan."

Di seberang telepon, Romeo menggumam pelan. "Kenapa nelepon?"

Ragil semakin gugup. "Tadi kenapa kamu ngechat?"

Terdengar kekehan khas Romeo yang membuat hati Ragil menghangat. "Kenapa malah balik nanya?"

Sesaat Ragil terdiam kaku. "Karena aku gugup. Nerima telepon dari kamu tuh lebih menegangkan daripada dapat telepon dari gebetan."

Kali ini Romeo tertawa. "Sejak kapan kamu punya gebetan?" Dia batuk sekali. "Setauku, kamu itu orangnya lebih mentingin pelajaran daripada cewek."

Ragil tersenyum, teringat dulu saat dirinya bisa bicara santai dengan Romeo. "Romeo," panggilnya.

"Udah aku maafin, kok," kata Romeo seolah tahu apa yang akan dikatakan Ragil. "Jangan minta maaf lagi. Lagian, wajar kalau kamu salah paham sama aku. Selama ini aku nggak pernah bicara jujur."

Ragil menegang. "Wa-waktu itu kamu ... dengar?"

"Mm, aku mendengar semuanya. Tadinya aku mau bangun, tapi nggak jadi. Kalau aku bangun kamu pasti pergi." Hening sesaat. "Selama ini kamu selalu menghindariku. Apa aku membuat kesalahan lagi?"

Ragil menarik napas panjang. "Bodoh. Kenapa selalu nyalahin diri sendiri? Seharusnya kamu tau kenapa aku menghindarimu." Dia menatap atas langit-langit. "Aku terlalu malu berhadapan denganmu. Kesalahan yang kuperbuat sangat keterlaluan."

Romeo tidak langsung merespon. Hening sesaat. "Tapi kamu nggak perlu pergi ke Malang dan gantiin aku."

"Aku sudah merusak masa depanmu sudah seharusnya aku bertanggung jawab."

"Ragil ..."

"Aku tau semuanya, Romeo. Nggak perlu disembunyiin lagi." Ragil menahan sesak di dadanya. "Kamu yang sakit. Waktu kamu yang terbatas. Mimpi kamu. Semuanya aku tau dan semua itu gara-gara keegoisanku. Kali ini aku akan menebusnya."

"Yang kulakukan selama ini adalah untuk melindungimu. Untuk masa depanmu. Kalau sekarang kamu malah pergi ke Malang cuma buat gantiin peranan aku, rasanya yang aku lakuin selama ini sia-sia."

I'M BROKENWhere stories live. Discover now